Rabu, 14 November 2012

Pelayanan kesehatan Reproduksi bagi Remaja

Pilihan dan keputusan yang diambil seorang remaja sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas informasi yang mereka miliki, serta ketersediaan pelayanan dan kebijakan yang spesifik untuk mereka, baik formal maupun informal ( Pachauri, 1997 ). Sebagai langkah awal pencegahan, peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi harus ditunjang dengan materi komunikasi, informasi dan edukasi ( KIE ), yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi perilaku seksual, apa yang harus dilakukan dan dilengkapi  dengan informasi mengenai sarana pelayanan yang bersedia menolong seandainya telah terjadi kehamilan yang tidak diinginkan atau tertular PMS. Hingga saat ini informasi tentang kesehatan reproduksi disebarluaskan dengan pesan- pesan yang samar dan tidak fokus, terutama bila mengarah pada perilaku seksual ( Iskandar, 1997 ).
Dari segi pelayanan kesehatan,  pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana di Indonesia hanya dirancang untuk perempuan yang telah menikah,  tidak untuk remaja. Petugas kesehatanpun belum dibekali dengan keterampilan   untuk   melayani  kebutuhan  kesehatan  reproduksi    para   remaja  ( Iskandar, 1997 ).
Jumlah fasilitas kesehatan reproduksi yang menyeluruh untuk remaja sangat terbatas. Kalaupun ada,  pemanfaatannya relatif terbatas pada remaja dengan masalah kehamilan atau persalinan tidak direncanakan. Keprihatinan atau jaminan kerahasiaan  ( Privacy ) atau kemampuan membayar, dan kenyataan atau persepsi remaja terhadap sikap tidak senang  yang ditunjukan oleh pihak petugas kesehatan, semakin membatasi akses pelayanan yang lebih jauh,  meski pelayanan itu ada. Disamping itu, terdapat pula hambatan legal yang berkaitan dengan pemberian pelayanan dan informasi kepada  kelompok remaja ( Outlook, 2000 ).
Karena kondisinya, remaja merupakan kelompok sasaran pelayanan yang mengutamakan privacy dan confidentiality ( Senderowitz, 1997 ). Hal ini menjadi penyulit, mengingat sistim pelayanan kesehatan dasar di Indonesia masih belum menempatkan kedua hal ini sebagai prioritas dalam upaya perbaikan kualitas pelayanan yang berorentasi pada klien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar