Jumat, 23 November 2012

KTI KEPERAWATAN hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Data Demografi menunjukkan bahwa  penduduk di dunia jumlah populasi  remaja
merupakan populasi yang besar. Menurut  World Health Organization  sekitar seperlima
dari penduduk dunia dari remaja berumur 10 -  19 tahun. Sekitar Sembilan ratus  juta
berada dinegara sedang berkembang. Data Demografi di Amerika Serikat menunjukkan
jumlah remaja berumur 10  -  19 tahun sekitar 15 %  populasi. Di Asia Pasifik jumlah 
penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlima nya adalah remaja umur
10 -  19 tahun. Di  Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok umur 10 -  19 tahun
adalah 22 %, yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki  dan 49,1 % remaja perempuan
(Soetjiningsih, 2010).
Remaja atau “  Adolessence ” (Inggris), berasal dari bahasa latin “  Adolescare  ” yang
berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan dimaksud adalah bukan hanya
kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologi.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai
oleh perubahan fisik, emosi, dan psikis. Batasan usia remaja menurut  Worl d  Health
Universitas Sumatera Utara Organization   adalah 12 -  24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara  10 -  19 tahun dan belum kawin menurut BKKBN adalah 10  -  19 tahun (Widyastuti, 2008). 
Masa remaja adalah masa yang penting karena merupakan masa peralihan kemasa dewasa. Berbagai masalah dan perubahan-perubahan baik fisik, biologik, psikologik maupun sosial, harus dihadapi remaja dalam perjalanan hidupnya menuju masa dewasa. Dalam pada masa itu mereka menjadi tanggungjawab orang tua dan dewasa lainya dalam masyarakatnya sampai dia dewasa dan dapat mandiri (Moersintowarti, 2008: 169).

Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Datangnya haid pertama (menarche) dapat menimbulkan reaksi yang positif maupun negatif bagi remaja perempuan. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapat informasi tentang akan datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi maka akan merasakan pengalaman yang negatif. Kematangan seksual yang terlalu cepat atau lambat juga dapat mempengaruhi kehidupan psikososialnya, yaitu status mereka di dalam kelompok sebayanya.

Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya, mulai muncul kecemasan-kecemasan dan pertanyaan-pertanyaan seputar menstruasi, mimpi basah, ukuran buah dada, penis dan lain sebagainya. Selain tertarik kepada dirinya juga muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis, walaupun masih disembunyikan, karena itu mereka menyadari masih terlalu kecil untuk berpacaran.
Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-kesulitan yang membutuhkan suatu keterampilan untuk mengatasinya. Pada masa remaja mereka dihadapkan pada dua tugas utama, yaitu: mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua, membentuk identitas untuk tercapainya integritas diri dan kematangan pribadi.
Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari lingkungan dan ikatan dengan orang tua karena mereka ingin mencari identitas diri. Erikson mengatakan bahwa pada saat memasuki usia remaja, remaja akan dihadapkan pada suatu pertanyaan yang sangat penting yaitu tentang “Siapa aku?”. Dengan demikian remaja harus berusaha menemukan jawabannya baik untuk dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya (Soetjiningsih, 2007: 45-48).
Timbulnya masalah pada remaja disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, yang terjadi pada masa remaja. Secara garis besar, faktor tersebut adalah adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat pada masa remaja yang akan memberikan dorongan tertentu yang sifatnya sangat kompleks, orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu, karena ketidaktahuannya serta membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan teknologi menyebabkan banjirnya arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi (Moersintowati, 2008:173).
Orang tua merupakan faktor penentu keberhasilan program pembinaan kesehatan remaja atau siswa, karena orang tua yang paling dekat dengan siswa. Penyuluhan secara langsung melalui media massa, koran, majalah, TV maupun radio, dan ceramah di sekolah.
Program yang dapat diberikan adalah penyuluhan bagi orang tua siswa salah satunya mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Selain orang tua, guru adalah ujung tombak pelaksanaan pelayanan kesehatan siswa di sekolah, maka perlu diberikan pelatihan khusus bagi mereka agar dapat membantu melaksanakan berbagai kegiatan tertentu, misalnya: pengamatan (Observasi). Pengamatan siswa secara sepintas lalu, misalnya : keadaan umum murid, baik keadaan penampilan umum atau kebersihan diri dan kebiasaan perilaku hidup sehat siswa sehari-hari, apakah ada siswa yang prilakunya menyimpang, apakah ada siswa yang mempunyai masalah baik kesehatan maupun psikososialnya, dll (Moersintowarti, 2008: 206).
Pada studi pendahuluan yang dilakukan penulis di SD Ardimulyo Singosari Malang didapatkan bahwa program kesehatan reproduksi remaja belum terlaksana di SD tersebut. Karena itu belum ada kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua siswa dalam melakukan pendidikan kesehatan reproduksi terhadap siswa, termasuk di dalamnya adalah upaya mempersiapkan masa pubertas pada siswa kelas 6 SD Ardimulyo Singosari Malang.

B. Perumasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
“Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya di SD Ardimulyo Singosari Malang?”
C. Tujuan Penelitian
1.        Tujuan Umum:
Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.
2.        Tujuan Khusus:
a.       Mengetahui karakteristik responden.
b.      Mengetahui pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja.
          c.   Mengetahui upaya yang dilakukan ibu mempersiapkan anak memasuki masa            pubertas.
          d.  Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.
D. Manfaat Penelitian
1.      Bagi Peneliti
Memberikan tambahan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja, khususnya dalam mempersiapkan anak memasuki masa pubertas.
2.      Bagi Remaja 
  Sebagai sumber pengetahuan informasi bagi remaja dalam menghadapi masa pubertas
3.      Bagi Ibu (Subjek Penelitian)
Sebagai bahan masukan dan meningkatkan kesadaran dalam upaya mempersiapkan anaknya memasuki masa pubertas.
4.      Bagi Institusi Pendidikan (SD)
Mengetahui keadaan kesehatan reproduksi siswanya dan hal yang melatarbelakangi (termasuk peran orang tua) sehingga dapat menentukan arah kebijakan dalam melaksanakan program kesehatan reproduksi remaja (KKR) di sekolah.
5.      Bagi Institusi 
Dengan terlaksanakan penilitian  diharapkan dapat menjadi bahwa referensi dan
bahan bacaan diperpustakaan D-III Poltekkes Kemenkkes Malang Prodi Keperawatan Lawang dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar