Evaluasi
Pengembangan Model Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja
(KRR) Melalui Pendidik Sebaya (PS) dan Konselor Sebaya (KS)
Informasi kesehatan reproduksi kepada remaja dirasakan
sangat penting, mengingat banyaknya kasus tentang kesehatan reproduksi di
antara remaja. Hal ini dapat ditunjukkan dari tingginya kasus AIDS pada
kelompok umur remaja yang mencapai 240 kasus (menurut laporan Departeman
Kesehatan pada September 2001). Disamping itu, banyaknya kasus pergaulan bebas
di antara remaja yang menyebabkan timbulnya hamil di luar nikah.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga
Demografi-UI, dengan BKKBN tentang Baseline
Survey Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia, banyak remaja yang telah
mendiskusikan masalah hubungan seksual termasuk hubungan seksual premarital
status dengan teman sebaya. Sebagai tambahan, remaja atau pemuda di Indonesia
saat ini mulai cenderung memilih pasangannya sendiri daripada dipilihkan oleh
orang tua mereka. Lebih dari 40 persen remaja (15-24 tahun) mengatakan bahwa
AIDS adalah penyakit yang berbahaya, namun pengetahuan mengenai proses penyakit
tersebut, dan faktor risikonya sangat rendah.
Masalah remaja mengenai penyalahgunaan narkoba juga
semakin hari semakin memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
pemberitaan baik di media cetak maupun media elektronik tentang penularan
HIV/AIDS melalui jarum suntik mengalami peningkatan yang sangat tinggi.
Kondisi tersebut menggambarkan cukup banyak permasalahan
kesehatan reproduksi yang timbul di antara remaja. Mengingat hal tersebut,
timbullah suatu ide untuk mengembangkan model pusat informasi, dan konsultasi
kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik/konselor sebaya. Model semacam ini
merupakan suatu model pemberdayaan masyarakat dan telah dikembangkan oleh Direktorat
Remaja dengan tujuan menumbuhkan/membangkitkan kesadaran/peran serta individu
di tengah masyarakat/kelompok untuk berperan sebagai teman sebaya (peer) bagi anggota kelompok yang
membutuhkan.
Meskipun telah dibentuk dan telah dilakukan penyeleksian
dan pelatihan untuk peer tersebut,
namun apakah model tersebut dapat berjalan efektif dengan kemampuan yang telah
dimiliki oleh Pendidik Sebaya (PS), dan Konselor Sebaya (KS) melalui Model
Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja dalam menyampaikan
materi kesehatan reproduksi, dan memberikan solusi kepada teman sebayanya yang
mengalami masalah kesehatan reproduksi?.
Berdasarkan fakta-fakta dan latar belakang yang dipaparkan
diatas, telah dilakukan penelitian yang dimaksudkan untuk menggali efektifitas
model tersebut dengan mengevaluasi kemampuan PS dan KS dalam menyampaikan
pengetahuan kesehatan reproduksi kepada remaja teman sebayanya, sehingga pada
akhirnya diharapkan terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja
terhadap kesehatan reproduksi.
Para Pendidik Sebaya (PS) yang telah dilatih melakukan
beberapa tugas, yaitu: melakukan pelatihan, pendidikan dan pendampingan kepada
sejumlah remaja, dan orang tua secara intensif sesuai dengan materi yang telah
diterima dalam pelatihan. Mereka juga telah melakukan penyuluhan-penyuluhan
kepada remaja yang berada pada lingkungan sekolah dan kelompok masyarakat, dan
melakukan penyuluhan kepada orang tua melalui berbagai kelompok yang ada di
dalam masyarakat seperti PKK, pengajian, kelompok arisan.
Di samping itu Pendidik Sebaya diharapkan juga melakukan
sosialisasi program KRR kepada tokoh masyarakat dan instansi terkait yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dari instansi terkait terhadap
permasalahan KRR maupun sebagai wahana untuk sosialisasi "keberadaan
mereka" di tengah masyarakat. Di antara PS yang telah terlatih tersebut,
dipilih beberapa orang yang dilatih sebagai Konselor Sebaya (KS). Dalam
pelatihan KS ini diberikan pendalaman materi KRR, dan tehnik KIP Konseling.
Setelah pelatihan, para KS ini melakukan penyuluhan secara massal antara lain
kepada: siswa sekolah, tokoh masyarakat (Toma), aparat pemerintah, santri
pondok pesantren, dan lainnya.
Untuk mengetahui efektivitas dari pengembangan model
tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian evaluasi terhadap berbagai
kegiatan yang telah dilakukan selama ini. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengevaluasi efektivitas Model Pusat Informasi dan Konsultasi sebagai bentuk
pelayanan program KRR yang terintegrasi melalui kemampuan Pendidik Sebaya dan
Konselor Sebaya dalam merubah pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang
kesehatan reproduksi.
Secara khusus peneletian tersebut bertujuan mengevaluasi karakteristik
PS dan KS yang dapat mendukung kemampuan PS dan KS, Penguasaan materi KRR dan
metode Komunikasi Interpersonal (KIP) PS dan KS, Jejaring kerja (networking system) yang telah
dikembangkan oleh PS dan KS, Pengelolan Model Pusat Informasi dan Konsultasi
Kesehatan Reproduksi Remaja yang telah dilaksanakan, Kelangsungan pengelolaan
PS dan KS, Pemanfaatan PS dan KS oleh "stakeholders", seperti: Toma,
instansi/ institusi lain, pemda, pesantren?, Masalah dan kendala yang dijumpai
dalam pengelolaan Model Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi
Remaja, melalui Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya.
Kesehatan reproduksi haruslah terus dikembangkan mengingat
pentingnya hal ini, agar para remaja dapat memahami dan menjaga kesehatan
mereka dan lingkungannya sehingga kasus-kasus penyakit berbahaya seksual
seperti AIDS dan penyakit seksual lainnya dapat dihindari.
Pusat informasi kesehatan reproduksi juga diperlukan untuk
mendukung pelayanan akan kebutuhan pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi
bagi para remaja. Kesemua ini tentunya dilakukan oleh berbagai pihak yang
terkait dengan dukungan seluruh lapisan masyarakat demi terciptanya lingkungan
kesehatan masyarakat yang prima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar