BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
belakang
Keberhasilan
pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari keberhasilan nasional yang
bertujuan mewujudkan manusia Indonesia
seutuhnya. Dalam Undan-undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Begitupun
yang tertuang dalam setiap arah kebijakan pembangunan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan mutuh sumber daya manusia dan lingkungan yang saling
mendukung dengan pandangan paradigma
sehat yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan,
penyembuhan dan rehabilitasi.
Menurut
Guru Besar Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan FKM UI Does Sampoerna, tanpa
adanya sumber daya manusia yang berkualitas, maka kemajuan yang telah dicapai
oleh suatu Negara tidak bisa dipertahankan apalagi untuk dikembangkan. Sumber
daya manusia yang berkualitas yaitu sumber daya manusia yang memiliki kesehatan
dan kecerdasan yang tinggi.
Era globalisasi yang
didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi tatanan
kehidupan masyarakat termasuk remaja. Sejak lebih dari satu dekade ini, telah
terjadi perubahan dalam pandangan dan perilaku seksual masyarakat khususnya
dikalangan remaja Indonesia.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dibeberapa kota menunjukan adanya perubahan itu, yang
didukung oleh berbagai fasilitas, sehingga aktifitas seksual semakin mudah
dilakukan, bahkan mudah berlanjut menjadi hubungan seksual. Agaknya hubungan
seksual tidak lagi dianggap sesuatu yang sakral yang hanya patut dilakukan
dalam ikatan perkawinan ( Wimpie Pangkahila, 1999 ).
Masalah kesehatan
reproduksi remaja merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam pembangunan
nasional di Indonesia. Masalah remaja terjadi karena mereka tidak dipersiapkan
mengenai pengetahuan tentang aspek yang berhubungan dengan masalah peralihan
dari masa kanak-kanak ke dewasa. Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik,
biologis, mental dan sosial. Perubahan fisik yang pesat dan perubahan
endokrin/hormon yang sangat dramatik pemicu masalah kesehatan remaja yang
serius karena tumbuhnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan
terhadap masalah kesehatan reproduksi seperti hubungan seks pranikah, kehamilan
yang tidak diinginkan (KTD), aborsi dan penyakit menular seksual ( PMS )
termasuk HIV/AIDS.
Masalah kesehatan
reproduksi remaja di Indonesia kurang mendapat perhatian dari semua pihak, hal
ini disebabkan karena banyak kalangan yang berpendapat bahwa masalah kesehatan
reproduksi seperti juga masalah kesehatan lainnya, semata-mata menjadi urusan
kalangan medis, sementara pemahaman terhadap kesehatan reproduksi (apalagi
kesehatan reproduksi remaja) diakalangan medis sendiri juga masih minimal, banyak kalangan yang beranggapan bahwa masalah
kesehatan reproduksi hanyalah masalah kesehatan sebatas sekitar proses
kehamilan dan melahirkan sehingga dianggap bukan masalah kaum remaja, banyak
yang masih mentabuhkan untuk membahas masalah kesehatan reproduksi remaja
karena membahas masalah tersebut berarti juga membahas masalah hubungan seks
dan pendidikan seks.
Menurut Asrul Aswar
masalah kesehatan reproduksi remaja termasuk perilaku seksual terjadi justru
karena remaja kekurangan informasi yang benar dan bertanggung jawab sehingga
mereka mengakses informasi yang keliru dari berbagai sumber seperti melalui
film, buku, majalah, internet dan lain-lain. Perilaku seksual remaja yang
demikian, besar resikonya terhadap penularan PMS termasuk HIV/AIDS, KTD serta
aborsi atau pengguguran gandungan. Ketiga masalah ini merupakan data yang
memperkuat hasil penelitian perilaku seksual yang telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia
(Wimpie Pangkahila, 1999).
Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2000,
populasi remaja Indonesia
mencapai 44 juta usia 10 – 24 tahun dari total penduduk. Remaja merupakan bagian fase kehidupan manusia dengan
karakter khasnya yang penuh gejolak. Perkembangan emosi yang belum stabil dan
bekal hidup yang masih perlu dipupuk menjadikan remaja lebih rentan mengalami
gejolak sosial
Beberapa penelitian menunjukkan, remaja putra
maupun putri pernah berhubungan seksual. Penelitian di Jakarta tahun 1984
menunjukkan 57,3 persen remaja putri yang hamil pranikah.. Penelitian di Bali
tahun 1989 menyebutkan, 50 persen wanita yang datang di suatu klinik untuk
mendapatkan induksi haid berusia 15-20 tahun. Menurut Prof. Wimpie, induksi
haid adalah nama lain untuk aborsi. Kejadian
aborsi di Indonesia
per tahun cukup tinggi yaitu 2,3 juta per tahun. “ Dan 20 persen di antaranya
remaja,”( Guru Besar FK Universitas Udayana, Bali)
. Di Denpasar sendiri, menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, per November 2007, 441 wanita dari 4.041 orang dengan HIV/AIDS. Dari
441 wanita penderita HIV/AIDS ini terdiri dari pemakai narkoba suntik 33 orang,
120 pekerja seksual, 228 orang baik. Karena keadaan wanita penderita HIV/AIDS
mengalami penurunan sistem kekebelan tubuh menyebabkan 20 kasus HIV/AIDS
menyerang anak dan bayi yang dilahirkannya.
Menurut WHO, di seluruh dunia,
setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan
kehamilan melakukan aborsi. Setiap tahun diperkirakan 500.000 ibu mengalami
kematian oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50 % diantaranya meninggal akibat
komplikasi abortus yang tidak aman dan 90 % terjadi di negara berkembang
termasuk Indonesia.
Data WHO, setiap tahun 15 juta
remaja mengalamii kehamilan dimana 60 %-nya berupaya mengakhirinya. Tetapi
ketika mengambil keputusan untuk mengakhiri kehamilan di dalam lingkungan
dimana pengguguran masih dilarang atau sukar didapat, akan mendorong mereka
melakukan unsafe abortion. Hal ini menyebabkan komplikasi akibat
aborsi tidak aman berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi bahkan sepsis yang
dapat menyebabkan kematian. Disisi lain, pengetahuan remaja tentang resiko
melakukan hubungan seksual masih sangat rendah karena kurangnya informasi
mengenai seksualitas dan reproduksi.
Survey demografi
kesehatan Indonesia ( SDKI) tahun 1998 memperlihatkan bahwa 6,1 % wanita yang
menikah di usia 20 – 24 tahun telah melakukan hubungan seksual pada saat mereka
berusia 15 tahun ( BKKBN, 2003). Penelitian Sahabat Remaja tentang perilaku
seksual di 4 Kota menunjukan 3,6 % remaja di Kota Medan, 8,5 % remaja di Kota
Yogya, 3,2 % remaja di Kota Surabaya serta 31,1 % remaja di Kota Kupang telah melakukan
hubungan seksual secara bebas ( Kompas, 2003 ). Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Synovate Research tentang perilaku seksual remaja di 4 Kota yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan
Medan dengan jumlah responden 450 orang dengan usia antara 15 – 24 tahun.
Penelitian ini menghasilkan bahwa sekitar 50 % informasi tentang seks mereka
dapat dari kawan, Film porno sebanyak 35 % dan untuk sekolah hanya 10 %,
ironisnya hanya 5 % dari responden remaja ini memperoleh informasi tentang seks
dari orang tuanya. Dan sebanyak 81 % remaja tersebut mengaku lebih nyaman
berbicara seks dengan teman-temannya.
Hasil survey yang
dilakukan PKBI NTT pada tahun 2006 terhadap 500 responden remaja SMA di Kota
Kupang Nusa Tenggara Timur ditemukan sebanyak 31 % responden mengaku telah
berhubungan seks. Dan data klinis insiden IMS di Kota Kupang tercatat 318 orang
terkena penyakit Gonorhoe dan Sifilis. Kasus HIV/AIDS yang ditemukan di
Propinsi NTT hingga Agustus 2007, berjumlah 558 kasus. Dari jumlah kasus
tersebut, 24 % diantaranya adalah kaum remaja ( PKBI NTT, 11 Maret 2009 ).
Data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Lembata, kasus HIV/AIDS di Kabupaten Lembata dalam tiga
tahun ini meningkat yaitu tahun 2007 sebanyak 10 kasus, tahun 2008 sebanyak 13
kasus dan tahun 2009 sebanyak 15 kasus. Data dari Puskesmas Kecamatan Nubatukan
Kabupaten Lembata tentang PMS pada remaja setiap tahun meningkat yaitu tahun
2007 sebanyak 38 kasus, tahun 2008 sebanyak 89 kasus dan tahun 2009 sebanyak
103 kasus.
Data dari Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lembata jumlah SLTA yang ada di Kecamatan
Nubatukan sebanyak 7 buah. Dari ketujuh sekolah itu angka drop out karena
alasan hamil yang tertinggi terdapat di SMK Kawula Karya Lewoleba dengan datanya sebagai berikut : tahun 2007
sebanyak 27 siswa (10,42 % ) dari 259
siswa diantaranya 6 siswa ( 22,2 % )
keluar karena hamil, tahun 2008 sebanyak 50 siswa (17,92 %) dari 279 siswa
diantaranya 12 siswa (24%) ) keluar karena hamil, tahun 2009 sebanyak 59 siswa
( 17,94 % ) dari 312 siswa diantaranya 15 siswa ( 26,79 % ) keluar karena
hamil.
Oleh karena itu,
penelitian ini ditekankan pada siswa yang masih berstatus sebagai pelajar di ...................,
sebagai objek penelitian dengan pertimbangan adanya indikasi terhadap masalah
kesehatan reproduksi remaja.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah penelitian dapat disusun rumusan masalah
penelitian sebagai berikut: “ Bagaimana gambaran
perilaku kesehatan reproduksi remaja di .................?”.
C.
Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku kesehatan reproduksi di ...................
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk
mendapatkan gambaran pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di ...........
b.
Untuk
mendapatkan gambaran motivasi tentang kesehatan reproduksi di ............
c.
Untuk
mendapatkan gambaran tindakan tentang kesehatan reproduksi di .............
d.
Untuk
mendapatkan gambaran informasi tentang kesehatan reproduksi di ............
D.
Manfaat penelitian
1. Manfaat ilmiah
Menambah bahan refrensi ilmiah
pada pengetahuan dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan reproduksi remaja
khususnya pada ..............
2. Manfaat bagi sekolah
Memberi informasi baru bagi siswa
khususnya siswa pada ...............tentang upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi.
3. Manfaat bagi pemerintah
Sebagai sumber informasi bagi pemerintah sebagai
penentu kebijakan dalam menangani masalah kesehatan reproduksi remaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar