BAB III
TINJAUAN TEORI
A.
Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi
dapat terjadi oleh karena berbagai faktor diantaranya gangguan mental organik,
harga diri rendah, menarik diri, sidrome putus obat, keracunan obat, gangguan
afektif dan gangguan tidur.
Pada klien S. terjadi halusinasi dengar,
hal ini disebabkan oleh karena klien mempunyai riwayat putus cinta dengan
kekasihnya satu kali, kemudian oleh
keluarga klien dinikahkan. setelah menikah selama tiga bulan, isteri
meninggalkannya dan klien S. merasa sangat kecewa, sering menyendiri, melamun,
tak mau makan kemudian klien dirawat di rumah sakit jiwa Jakarta selama 8
bulan.
Hal ini sesuai dengan proses terjadinya
halusinasi pada fase pertama yang diungkapkan oleh Haber, Dkk, 1982. Pada fase
ini klien mengalami kecemasan, stress, persaan yang terpisah, kesepian. Klien
mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stres . Cara ini menolong sementara, klien masih
dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi
meningkat.
Setelah
delapan bulan dirawat, klien dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Pada saat di
rumah, klien mangalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor kemudian
dirawat di rumah sakit. Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa hari kemudian
klien mulai melamun dan mendengar suara-suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas, piring,
dan barang-barang lainnya. Gejala-gejala pada klien S. ini menunjukan bahwa
klien mengalami gejala halusinasi fase ke dua, yaitu dimana klien berada pada
tingkat listening, pemikiran internal lebih menonjol seperti gambaran suara dan
sensasi.
Satu
bulan yang lalu klien mendengar suara-suara tersebut dan klien menanyakan
kepada perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, karena dia yang sering
mengajaknya berbicara. sesuai dengan tahapan halusinasi, klien berada pada fase
ketiga, yaitu halusinasi lebih menonjol, menguasai. halusinasi memberikan
kesenangan tersendiri dan rasa aman yang sementara.
Dan selanjutnya klien memasuki fase keempat
yaitu dengan gejala halusinasi bersifat mengancam yaitu klien mendengar
suara-suara “ Saya tidak takut sama kamu !”. Lalu klien S. menjawab “ Saya juga
tidak takut sama kamu !”
Dengan
adanya halusinasi ni, maka masalah yang timbul pada klien S. adalah potensial
amuk, potensial melukai diri sendiri dan orang lain, gangguankebersihan diri,
gangguan ADL. Klien cenderung menarik diri, tersenyum dan berbicara sendiri.
Dengan adanya halusinasi ini, maka masalah
yang timbul pada klien S adalah perubahan hubungan sosial. Perkembangan sosial
yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan
mempertahankan komunikasi dengan orang lain. Akibatnya klien cenderung
memisahkan diri dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak
memerlukan kontrol orang lain. Sehingga timbulnya kesepian, isolasi sosial,
hubungan yang dangkal dan tergantung (Haber, 1987).
Akibat dari menikmati susra-suara yang
didengar, maka klien S. hanya terlibat dalam pikirannya sendiri, sehingga klien
malas atau kurang berminat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti;
kebersihan diri, makan, dan lain-lain.
Akibatnya
ia tidak dapat memberi respon emosional yang adekuat, klien tampak bisar, tidak
sesuai (Fortinash, 1991; Benner, 1989; Hater,1987). Potensial melukai diri
sendiri dan orang lain, potensial amuk dapat terjadi pada klien S, karena klien
S. mendengar sura-suara yang bersifat mengancam, mengejek, klien S disuruh oleh
roh halus untuk membanting piring, gelas, dan barang-barang lainnya.
B.
Masalah Keperawatan
Dari masalah-masalah itu ditemukan diagnosa
keperawatan sejumlah delapan buah, yaitu :
1.
Gangguan orientasi realitas
2.
Gangguan hubungan interpersonal
: Menarik diri
3.
Gangguan komunikasi verbal dan
nonverbal
4.
Koping individu tidak efektif
5.
Gangguan persepsi: Halusinasi
dengar
6.
Gangguan perawatan mandiri
7.
Koping keluarga tidak efektif
8.
Potensial melukai diri sendiri
dan orang lain
9.
Potensial amuk
10.
Potensial gangguan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh
11.
Potensil kambuh
Pada klien S. ini timbul masalah
keperawatan sebagai berikut:
1.
Potensial melukai diri sendiri
dan orang lain
2.
Isolasi sosial
3.
Potensial amuk
4.
Potensial kambuh.
C.
Tindakan Keperawatan untuk semua masalah pada klien
Adapun tindakan keperawatan pada klien S
adalah sebagai berikut :
Diagnosa
Keperawatan 1
Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
sehubungan dengan halusinasi dengar.
Tujuan jangka panjang :
Klien dapat mengontrol halusinasinya dan
tidak melukai diri sendiri atau orang
lain.
Rencana tindakannya :
Psikoterapeutik:
·
Adakan kontak yang sering dan
singkat
·
Observasi tingkah laku verbal
dan nonverbal yang berhubungan dengan halusinasi
·
Berikan kesempatan kepada klien
menungkapkan apa yang dirasakan klien sesuai dengan respon verbal dan nonverbal
klien.
·
Terima halusinasi sebagai hal
yang nyata bagi klien dan berikan
pendapat bahwa halusinasi tidak nyata pada perawat.
·
Ajukan pertanyaan terbuka yang
membutuhkan jawaban luas.
Kegiatan
sehari-hari (Actifity Daily Living)
·
Bersama klien membuat jadwal
aktifitas untuk menghidari kesendirian
·
Bersama klien mendiskusikan
cara mengontrol halusinasi dengar: seperti bergabung dengan orang lain utnuk
bercakap-cakap, nonton TV, mengikuti kegiatan TAK aktifitas group.
·
Bimbing klien pada kegiatan
yang disukai
Psikofarmaka
·
Diskusikan dengan klien dan
keluarganya tentang terapi obat serta
efek samping yang timbul.
·
Berikan obat-obatan dengan
prinsip lima benar.
·
Yakinkan bahwa obat telah
diminum oleh klien.
·
Berikan reinforcement posistif,
bila klien minum obat dengan teratur.
Terapi
Lingkungan
·
Sediakan alat penunjuk waktu :
jam dinding, kelender.
·
Beri tanda/nama di ruangan
klien
·
Panggila klien sesuai nama
panggilan yang disukai klien
·
Petugas memakai papan nama.
·
Kenalkan nama setiap
beriteraksi dengan klien
·
Dampingi klien dalam kegiatan
kelompok secara bertahap
·
Tingkatkan respon klien pada
realita dengan cara menunjukan kelender, jam, nama ruang.
Pendidikan
Kesehatan :
·
Mendiskusikan bersama klien
tentang faktor pencetus timbulnya halusinasi.
·
Anjurkan klien untuk melaporkan
pada perawat jika timbul halusinasi
·
Beri informasi pada klien
termpat klien minta bantuan apabila sulit mengendalikan diri saat halusinasi
timbul.
·
Jelaskan pada klien tanda-tanda
halusinasi, cara mengatasi, situasi yang menimbulkan halusinasi serta fasilitas
yang dapat digunakan apabila mengalami kesulitan.
Diagnosa
keperawatan 2:
Isolasi sosial
sehubungan dengan menarik diri
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi
dengan orang lain
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
·
Bina hubungan saling percaya
·
Dengarkan apa yang diungkapkan
oleh klien
·
Lakukan kontak yang sering dan
singkat
·
Support dan anjurkan klien
untuk berkomunikasi dengan perawat bila ada sesuatu yang dipikirkan.
·
Berikan reinforcement positif
·
Dorong klien untuk melihat
hal-hal yang positif tentang dirinya.
Kegiatan
sehari-hari (ADL)
·
Batasi klien untuk tidak
melamun / menyendiri dengan cara libatkan klien dalam aktifitas rutin di
ruangan, misalnya menyiapkan makanan, menyapu, merapikan tempat tidur, mencuci
piring.
Psikofarmaka
·
Diskusikan dengan klien dan
keluarganya tentang terapi obat serta
efek samping yang timbul.
·
Berikan obat-obatan dengan
prinsip lima benar.
·
Dampingi klien saat minum obat
·
Yakinkan bahwa obat telah
diminum oleh klien.
·
Berikan reinforcement posistif,
bila klien minum obat dengan teratur.
·
Lakukan pencatatan setelah
pemberian obat.
Terapi
Lingkungan
·
Anjurkan klien untuk berkenalan
dengan orang lain, satu kali tiap hari.
·
Diskusikan cara berinteraksi
lebih lanjut.
·
Temani klien dengan berada di
samping klien mulai dari diam sampai berkomunikasi verbal sederhana, bertahap
sesuai dengan kemampuan klien.
·
Libatkan klien dalam
berinteraksi kelompok yang dilakukan secara bertahap dari kelompok yang kecil
sampai kelompok yang besar.
·
Libatkan klien dalam kegiatan
aktifitas kelompok (TAK: Sosialisi)
·
Sediakan sarana informasi dan
hiburan seperti majalah, surat kabar,
TV.
Pendidikan
Kesehatan
·
Libatkan keluarga untuk selalu untuk selalu kontak
dengan klien, misalnya keluarga mengunjungi klien minimal satu seminggu.
·
Mengajarkan klien cara
berkenalan pada klien lain.
·
Diskusikan dengan klien
peristiwa yang menyebabkan menarik diri
·
Memberikan penjelasan kepada
keluarga tentang cara merawat klien dengan menarik diri
·
Anjurkan pada keluarga
mengikutisertakan klien dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.
·
Berikan penjelasan pentingnya
minum obat secara teratur pada klien dan
keluarga.
Diagnosa
Kepererawatan 3
Potensial amuk sehubungan dengan tidak tahu cara mengungkapkan marah
ayng konstruktif.
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak amuk
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
·
Berespon terhadap respon verbal
dan nonverbal klien dengan sikap yang tenang dan tidak mengancam
·
Berikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan marah.
·
Anjurkan klien untuk
mengungkapkan cara-cara mengekspresikan marah yang dilakukan selama ini.
Kegiatan
sehari-hari (ADL)
·
Anjurkan klien untuk makan
makanan yang telah disajikan.
·
Anjurkan klien untuk
menyalurkan energi dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti mengepel
lantai, membersihkan got, merapihkan tempat tidur, membersihkan kamar mandi,
bersihkan taman, dan lain-lain.
·
Buat jadwal bersama klien
tantang kegiatan yang disenangi.
Psikofarmaka
·
Diskusikan dengan klien dan
keluarganya tentang terapi obat serta
efek samping yang timbul.
·
Berikan obat-obatan dengan
prinsip lima benar.
·
Dampingi klien saat minum obat
·
Yakinkan bahwa obat telah
diminum oleh klien.
·
Berikan reinforcement posistif,
bila klien minum obat dengan teratur.
·
Lakukan pencatatan setelah
pemberian obat.
Terapi
Lingkungan
·
Siapkan ruangan yang akan
dipakai untuk perawatan klien
·
Pindahkan alat-alat yang
membahayakan klien dan lingkungannya.
seperti benda tajam, dan alat
pecah belah.
·
Orientasi klien pada sarana
yang tersedia untuk menyalurkan energi yang berlebihan pada dirinya.
Pendidikan
Kesehatan
·
Diskusikan dengan klien tentang
cara-cara mengungkapkan marah yang destruktif
·
Diskusikan dengan klien tentang
cara-cara mengungkapkan marah yang konstruktif
·
Diskusikan dengan klien tentang
tanda-tanda marah yang destruktif
·
Anjurkan klien untuk
mengungkapkan cara marah yang konstruktif
·
Diskusikan dengan keluarga
tentang tanda-tanda marah
·
Ajarkan cara mengarahkan klien
agar mengungkapkan marah secara konstruktif.
·
Anjurkan keluarga untuk
menciptakan lungkungan rumah yang baik untuk mengendalikan klien marah.
Diagnosa
Keperawatan 4
Gangguan perawatan diri sehubungan dengan kurangnya
minat
Tujuan Jangka Panjang:
Klien mampu memelihara kebersihan dirnya
Rencana tindakan
Psikoterpeutik
·
kaji perasaan klien dan
pengetahuan tentang kebersihan diri
·
Berikan dukungan yang posisif
terhadap hal-hal yang dicapai oleh klien
·
Support secara terus menerus
agar mempertahankan dan meningkatkan kebersihan dirinya.
·
Beri reinforcement positif
terhadap hal-hal yang telah dilakukan klien
Kegiatan
sehari-hari (ADL)
·
Buat jadwal bersama klien
tentang perawatan diri : mandi, gosok
gigi, cuci rambut, potong kuku.
·
Bersama kliem menyiapkan
alat-alat kebersihan diri.
Psikofarmaka
·
Diskusikan dengan klien dan
keluarganya tentang terapi obat serta
efek samping yang timbul.
·
Berikan obat-obatan dengan
prinsip lima benar.
·
Dampingi klien saat minum obat
·
Yakinkan bahwa obat telah
diminum oleh klien.
·
Berikan reinforcement posistif,
bila klien minum obat dengan teratur.
·
Lakukan pencatatan setelah
pemberian obat.
Terapi
lingkungan
·
Libatkan klien dalam terapi
aktifitas kelompok (TAK: Kebersihan diri)
·
Orientasikan klien pada
fasilitas / sarana untuk kebersihan diri, seperti : kamar mandi, lemari
pakaian, washtafel, jemuran handuk.
·
kolaborasi dengan perawat
ruangan dan keluarga untuk mengadakan
kebersihan diri: handuk, sabun, sikat gigi, odol, guntuing kuku, dan lain-lain.
·
Bersama klien menciptakan
suasana lingkungan yang bersih.
·
Berikan gambar-gambar / poster,
lukisan yang mendukung klien untuk kebersihan diri, seperti: Bersih itu sehat,
sudah rapikah anda, gambar cara menggosok gigi yang benar.
Pendidikan
kesehatan
·
Diskusikan dengan klien tujuan
kebersihan diri
·
Diskusikan cara-cara kebersihan
diri, antara lain : mandi dua kali dengan sabun, ganti pakaian setiap hari,
sikat gigi dengan odol, mencuci rambut dua sampai tiga kali seminggu, potong
kuku kalau panjang.
·
Diskusikan cara mandi yang
benar.
·
Anjurkan klien ganti baju
setiap hari
·
Kaji pengetahuan klien tentang
kebersihan diri.
·
Diskusikan dengan keluarga
tentang kebersihan diri, arti bersih, tanda-tanda bersih, tujuan
kebersihan diri
·
Diskusikan dengan keluarga
tentang cara-cara menjaga kebersihan diri.
Diagnosa
Keperawatan 5
Potensial kambuh sehubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat klien di rumah
Tujuan Jangka Panjang :
Klien tidak kambuh
Recana tindakannya :
Psikoterapeutik:
·
Bina hubungan saling percaya
dengan keluarga
·
Kaji persepsi keluarga tentang
perilaku maldaptif klien
·
Ajak klien untuk mengunjungi
sanak keluarga lainnya.
·
Libatkan seluruh anggota keluarga
untuk menerima klien apa adanya
·
Libatkan klien dalam pertemuan
keluarga.
·
Libatkan klien dalam aktifitas
kegiatan di rumah sesuai dengan kemampuan klien
·
Buat jadwal bersama klien
(kegiatan yang dapat dilakukan klien)
Kegiatan
sehari-hari (ADL)
·
Libatkan klien dalam aktifitas
kegiatan di ruangan sesuai dengan kemampuannya.
·
Buatlah jadwal tentang kegiatan
yang dapat dilakukan klien di rumah
Psikofarmaka
·
Diskusikan dengan klien dan
keluarganya tentang terapi obat serta
efek samping yang timbul.
·
Berikan obat-obatan dengan
prinsip lima benar.
·
Dampingi klien saat minum obat
·
Yakinkan bahwa obat telah
diminum oleh klien.
·
Berikan reinforcement posistif,
bila klien minum obat dengan teratur.
·
Lakukan pencatatan setelah
pemberian obat.
Terapi
Lingkungan
·
Libatkan klien dan keluarga
dalam menyiapkan kamar klien
·
Batasi peralatan rumah tangga
yang dapat menimbulkan stimulus bagi klien untuk amuk.
·
Hindarkan barang-barang yang
berbahaya seoerti; berang dari kaca, benda tajam
·
Menyiapkan sarana untuk
kebersihan diri
·
Ciptakan suasana rumah yang
memungkinkan klien menyendiri.
Pendidikan
Kesehatan
·
Diskusikan dengan keluarga
tentang pengertian keluarga tentang klien dan sikap keluarga terhadap tingkah
laku klien yang maladaptif.
·
Diskusikan tentang harapan
keluarga pada prilaku maladaptif klien.
·
Diskusikan bersama keluarga
tentang pentingnya membesuk klien saat klien dirawat di rumah sakit.
·
Jelaskan pada keluarga tentang
permasalahan klien yang timbul saat ini.
·
Diskusikan dengan keluarga
dalam membuat perencanaan cara merawat klien apabila klien pulang ke rumah
meliputi jadwal kegiatan yang dapat dilakukan oleh klien, seperti memelihara
kebersihan diri, merapihkan tempat tidur, dan lain-lain.
·
Anjurkan keluarga untuk
memberikan reinforcement positif bila klien melakukan kegiatan
·
Ajarkan keluarga untuk
penanganan awal bila timbul keluhan
·
Anjurkan pada keluarga untuk
kontrol secara teratur sesuai dengan jadwalnya.
BAB IV
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pada
pelaksanaan asuhan keperawatan disini kelompok menguraikan tentang pelaksanaan
tindakan yang diberikan kepada klien S. Dan untuk lebih jelasnya mohon
membacanya pada lampiran makalah ini.
Diagnosa
keperawatan 1
Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
sehubungan dengan halusinasi dengar.
Tujuan
Klien tidak melukai diri sendiri dan orang
lain.
Tindakan
yang telah dilakukan.
·
Mengadakan kontak yang sering
tapi singkat, tiap 20 menit sekali.
·
Mengobservasi tingkah laku
verbal dan nonverbal yang berhubungan dengan halusinasi.
*
Memperhatikan isi kalimat
*
Memperhatikan bila klien
tiba-tiba tersenyum sendiri atau diam
·
Menerima halusinasi sebagi hal
nyata bagi klien, tetapi tidak nyata bagi perawat:
*
“Saya percaya bapak mendengar
suara-suara, tetapi suster tidak mendengarnya !
·
Mengidentifikasi bersama klien
tentang faktor pencetus timbulnya halusinasi.
·
Menganjurkan klien untuk lapor
pada perawat, pada saat mendengar suara-suara.
·
Melibatkan klien dalam kegaiatn
ruangan:
*
Merapihkan temapat tidur
*
Mengelap meja
*
Menyiapkan makanan
·
Bersama klien membuat jadwal
kegiatan sehari-hari yang dapat mengontrol halusinasi:
*
Menonton TV dengan teman-teman
lainnya.
*
Bergabung dengan klien kain,
ngobrol, bercakap-cakap.
*
Melakukan kegiatan hari-hari di
ruangan secara rutin
*
Memberikan pujian /
reinforcement posistif saat klien mau berbincang-bincang dengan klien lain dan
mau menonton TV dengan klien lain.
Diagnosa
keperawatan 2
Isolasi sosial
sehubungan dengan menarik diri
Tujuan
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi
dengan orang lain
Pelaksanaan
Tindakan
·
Membina hubungan saling percaya
antar perawat dan klien :
*
Memperkenalkan diri,
menyebutkan nama dan tujuan datang, memanggil nama klien sambil tersenyum
*
Mendengarkan respon verbal dan
memperhatikan respon nonverbal.
·
Bersikap empati, menepati janji
dengan datang tepat waktu untuk menemui klien:
*
Melakukan kontak mata dua kali setiap pertemuan 15 - 20 menit.
*
Memberi support agar klien
bersedia mengungkapkan perasaannya bila ada sesuatu yanh dipikirkan.
·
Menganjurkan klien untuk
berkenalan dengan klien lain dengan cara :
*
Memperkenalkan diri, berjabat
tangan, saling menyebut nama, kontak mata, berhadapan.
·
Memulai melakukan hubungan
interpersonal (antara perawat dan klien) dengan cara :
*
Mendekati klien, duduk
berhadapan, mempertahankan kontak mata, diam, aktif, menunggu respon verbal,
dan berinteraksi secara bertahap.
*
Mengenalkan klien dengan
perawat (FIK) yang lain.
·
Melibatkan klien dalam kegiatan
ruangan: merapihkan tempat tidur, mengelap meja, menyiapkan mkanan.
Diagnosa
Keperawatan 3
Potensial amuk sehubungan dengan tidak tahu cara mengungkapkan marah
ayng konstruktif.
Tujuan
Klien tidak amuk
Pelaksanaan
Tindakannya:
·
Memberikan dorongan kepada
klien agar klien mau menceritakan kejadian yang dialami sehingga klien di bawa
ke Rumah Sakit Jiwa .
·
Mendiskusikan tentang hal-hal
yang menyebabkan klien marah dengan cara :
*
Bicara pelan dan jelas
*
Posisi berhadapan
*
Mempertahankan kontak mata
*
Suasana interaksi cukup tenang.
*
Bersama klien mengidentifikasi
cara marah yang digunakan pada waktu lalu
·
Mendiskusikan dengan klien
tentang cara-cara megungkapkan marah yang konstruktif yaitu tidak menyakiti
diri sendiri dan orang lain, seperti:
*
Mengungkapkan secara verbal
yang dapat diterima oleh orang lain.
*
Mengungkapkan marah dengan
menyalurkan lewat kegiatan olah raga (sepak bola, volley, tenis meja, dan
lain-lain)
·
Menganjurkan klien untuk
mencoba menerapkan cara marah yang telah dipelajari dalamberhubungan dengan
klien lain selama perawatan.
Diagnosa
Keperawatan 4
Gangguan perawatan diri sehubungan dengan kurangnya
minat
Tujuan
Klien mampu memelihara kebersihan dirnya
Pelaksanaan
Tindakan:
·
Mendiskusikan dengan klien
mengenai pengertian kebersihan diri.
·
Arti bersih: tidak kotor, rapih
dan tidak berbau.
·
Tanda-tanda bersih : badan tak
berbau, kulit bersih, rambut bersih, rapih, mulut dan gigi bersih, kuku pendek
dan bersih, baju bersih tidak kusut.
·
Mendiskusikan dengan klien
tujuan kebersihan diri :
*
Memelihara kesehatan badan
*
Meningkatkan rasa nyaman
*
Mencegah kulit gatal (penyakit
gatal)
·
Mendiskusikan cara-cara yang
benar, menggosok gigi dan mencuci rambut:
*
Mengkaji kemampuan klien
tentang mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut.
*
Menjelaskan manfaat mandi,
menggosok gigi, dan mencuci rambut.
*
Menjelaskan manfaat penggunaan
sabun dan pasta gigi
*
Menganjurkan klien untuk mandi,
menggosok gigi dan mencuci rambut.
Diagnosa
Keperawatan 5
Potensial kambuh sehubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat klien di rumah
Tujuan
Klien tidak kambuh
Pelaksanaan
Tindakan:
·
Membina hubungan saling percaya
dengan keluarga dengan cara memperkenalkan diri, berjabat tangan, menjelaskan
tujuan kunjungan rumah, mendengarkan
dengan penuh perhatian apa yang diucapkan oleh keluarga dan bersikap
empati.
·
Mengakaji persepsi keluarga
tentang penyebab perilaku maladaptif klien.
·
Mendiskusika dengan keluarga
tentang pengertian sikap keluarga terhadap tingkah laku klien yang maladaptif.
·
Mendiskusikan dengan keluarga
tentang perntingnya keluarga membesuk
sebulan sekali klien selama dirawat di RSJ Jakarta.
·
Mendiskudsikan tentang support
sistem terhadap klien.
·
Mendiskusikan dengan keluarga
tentang cara-cara yang tidak tepat terhadap klien seperti; klien tidak boleh
melakukan pekerjaan, membiarkan klien menyendiri, dan lain-lain.
·
Bersama keluarga dalam membuat
perencanaan cara merawat klien apabila klien pulang ke rumah, mengikuti jadwal
yang telah ditentukan serta sesuai dengan kemampuan klien.
·
Menganjurkan keluarga untuk
memberikan pujian atau reinforcement bila klien melakukan kegiatan yang baik.
·
Menjelaskan tentang kotrol yang
teratur
·
Mendiskusikan tentang pemberian
obat yang benar serta mengobservasi efek samping obat.
A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi tentang
obyek bayangan dan sensasi yang timbul tanpa stimulus eksternal. Individu
mendengar suara tanpoa adanya rangsang akustik. Ia melihat seewkor kucing
ditempat tidurnya tanpa adany seusatu yang dapa dilihat, atau mencium bau racun
tanpa adanya sesuatu yang merangsang indra penciuman. (Wilson da Kneisl, 1983
hal. 406)
Halusinasi
dapat terjadi pada klien gangguan mental organik, psikosis, sindroma putus
obat, keracunan obat, gangguan afektif, gangguan keseimbangan endokrin,
gangguan tidur.
Halkusinasi merupakan salah satu
disfungsi yang paling sering terjadi pada skizofrenia yang menggambarkan
hilangnya kemampuan penilaian realitas. Pada waktu halusinasi klien mempunyai
kesadaran penuh.
B. Gejala
Gejala halusinasi penting sekali
diketahui agar perawat dapat menetapkan masalah halusinasi. Klien dengan
halusinasi cenderung menarik diri,
sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada sartu arah tertentu,
tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang
laiin, gelisah melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu.
Sealain menetapkan gejala halusinasi
yang lebih penting lagi adalah mengawasi terjadinya halusinasi itu agar
pemeriksa dapat memahami secara lebih mendalam konflik yang dialami klien.
C. Proses terjadi
nya halusinasi
Halusinasi berkembang melalui empat
fase (Haber, dkk, 1982. hal. 607-608)
Fase pertama
Pada
fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stres. Cara
ini menolong sementara. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan
mengenal pikirannnya namun intensitas persepsi meningkat.
Fase kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan
dengan pengalaman internal dan eksternal, klien berada pada tingkat listening
pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol seperti gambaran suara dan
sensasi. Halusinasi dapat meruopa bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila
orang lain mendsengar, klien merasa tidak mampu mengontrolnmya. Klien membuat
jarak anatara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain atau tempat
lain.
Fase ketiga
Halusinasi lebih menonjol, mengusai dan mengontrol.
Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi
kesenangan dan rasa aman yang sementara.
Fase keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya
melepasakan diri dariu kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya
menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi. Klien tidak
dapat berhubungan dengan orang lain karena
terlaslu sibuk dengan halusinasinya. Klien mungkin berada dalam dunia
yang menakutkan dalam waktu yang singkat, beberap a jam atau selamanya. Proses
ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Macam - macam Halusinasi
Menurut Haber,
Leach, Sdelan (1978 hal. 725) macam-macam halusinasi antara lain :
Halusinasi
dengar
Ucapan atau suara yang didenga r
oleh klien, tetapi takl didengar dan tak
ada hubungannya denagn obyek realita. Suara itu sering mencaci maki orang lain.
Sering kali suara itu merupakan proyeksi dari ketidakmampuan klien menerima
persepsi dari dalam dirinya yang kemudian dihibungkan dengan kekuatan luar.
Contoh: Klien wanita mengalami kecemasan danm rasa bersalah untuk aborsinya
yang telah dilakukan, ia mendengar Tuhan menghinanya karena tingkah laku
seksual dan abortusnya. Halusinasi dengar sering terjadi pada skizofrenia.
Halusinasi lihat
Bayangan atau sensasi visual yang
dialami oleh klien tanpa adanya stimulus eksternal. Klien mungkin melihat
bayangan dari figur obyek atau kejadian yang aneh sekali, menakutkjan atau
menimbulkan rasa nyaman. Contoh : Klien laki-laki sering melihat dirinya dan
keluarganya ditempakl mati oleh regu penembak untuk kejajhatan yang tidak
diketahui. Gambaran ini melintas di depan matanya seperti layaknya menonton
film. Halusinasi lihat sering terjadi pada klien dengan gangguan mental
organik.
Halusinasi bau
atau hirup
Bau-bauan yang tercium berasal dari
tempat yang spesifik atau tidak bisa diketahui. Contoh : Klien wanita merasa ia
mempunyai personalitas yang busuk, ia mengeluh mencium daging busuk dan rambut
yang terbakar berasal dari dirinya atau orang lain disekitarnya. Halusinasi ini
sering terjadi pada seizure disorder.
Halusinasi kecap
Yaitu rasa yang dialami tanpa ada
dasarnya. Contoh : Klien laki-laki merasa isterinya teklah membuatnya
menderita. Setiap kali ia makan yang telah disiapkan oleh istewrinya ia merakan
pahit di mulutnya. Halusinasi ini sering terjadi pada seizured disorder.
Halusinasi raba
Sensasi tubuh yang aneh dirasakan
oleh klien. Halusinasi ini bisa merupakan bagian dari delusi, dan melibatkan
salah persepsi terhadap bagian tubuh. Tipe halusinasi ini sering disebabkan
oleh toksisiatas alkohol. Contoh : Klien wanita yang tidak memiliki anak dan
sudah menopouse merasakan organ tubuhnya membatu dan ia merasakan suspensi yang
sangat berat pada tubuh bagian bawah. Halusinasi ini sering terjadi pada akut
alkohol withdrawl.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Ada 3 faktor yang
perlu dikaji yaitu :
Faktor individu
Faktor keluarga
Faktor lingkungan
Faktor Individu
Hal-hal yang perlu
dikaji pada klien :
1.
Bagaimana klien menjelaskan
persoalan yang dialaminya.
2.
Bagaimana klien mengatakan
gangguan halusinasinya dan respon klien terhadap halusinasinya.
3.
Apakah ada keserasian anatara
afek dan ucapan-ucapan klien.
4.
Siapakah yang merupakan teman
dekat klien.
5.
Apa yang diaanggap klien
sebagai kekuatan terhadap dirinya.
6.
Apakah klien pernah mengalami
sakit fisik/kecelakaan dimasa lalu.
7.
Apakah klien termasuk
orang-orang yang salah menggunakan obat
8.
Apakah ada hambatan pada tugas
perkembangan klien.
9.
Bagaimana klien menghadapi
stresor yang dialaminya.
Faktor Keluarga
Hal-hal yang perlu
dikaji antara lain :
1.
Posisi klien di dalam keluarga
(tertua, tengah, bungsu, tiri)
2.
Bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga
3.
Adakah hal-hal pada kejadian
tertentu yang sulit atau tidak dibicarakan di dalam keluarga.
4.
Bagaimana reaksi anggota
keluarga, terhadap situasi salking ketergantungan dalam keluarga.
5.
Apakah ada anggota keluarga
klien yang masuk rumah sakit karena gangguan mental.
Hal-hal yang perlu
dikaji antara lain :
1.
Apa latar belakang pendidikan
klien
2.
Riwayat pekerjaan klien:
lamanya, kepuasannya, hubungan di tempat kerja.
3.
Bagaimana situasi sosial,
ekonomi keluarga klien.
4.
Apakah latar belakang budaya
dan kepercayaan klien sesuai dengan sistem sosial dimana mereka tinggal.
5.
Apakah kegiatan kelompok di
masyarakat yang diikuti klien dan keluarga.
6.
Apakah support sistem dalam
keluarga, masyarakat ( keluarga, teman, masdjid, ormas, gereja,, dan lain-lain)
7.
Bagaimana riwayat hubungan
interpersonal klien.
Diagnosa
keperawatan
Manusia yang biasa ditemukan pada klien dengan
halusinasi adalah sebagai berikut :
·
Gangguan persepsi : halusinasi
dengar, lihat sehubungan dengan gangguan
proses pikir.
·
Tingkah laku agresif sehubungan
dengan tidak percaya pada orang lain : curiga, takut.
·
Gangguan berhubungan dengan
orang lain sehubungan dengan halusinasi.
·
Potensial untuk melukai diri
sendiri dan orang lain sehubungan dengan ketidakmampuan membedakan antara yang
nyata dan tidak nyata.
·
Menurunnya kemampuan
beradaptasi terhadap stress sehubungan dengan strategi koping yang tidak
efektif.
Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan klien dengan halusinasi adalah
klien mampu :
1. Mengontrol halusinasi
2. Meningkatkan hubungan interpersonal
3. Meningkatkan harga diri klien
Prinsip asuhan keperawatan klien dengan halusinasi :
1. Melakukan validasi terhadap persepsi klien
Menerima
persepsi klien dan mengemukakan persepsi perawata tentang realitas (real untuk klien), tidak real untuk
perawat.
2. Menghadirkan realitas
Dimulai dengan
realitas dari klien, orang lain dan lingkungan.
3. Menurunkan kecemasan pada klien
4. Melindungi klien dari orang lain dari bahaya
halusinasi klien
5. Meningkatkan sistem pendukung (keluarga, klien yang
telah dapat mengontrol halusinasinya,
tim kesehatan ).
Berikut ini diuraikan intervensi keperawatan yang
diperlukan klien dengan halusinasi :
1. Bantu klien mengenal halusinasi
·
Bina hubungan saling percaya
·
Identifikasi : kapan muncul halusinasi,
situasi yang menyebabkan muncul,
frekuensi, sifat dan isi halusinasi.
·
Bersama klien
mengontrol halusinasi.
*
klien melaporkan segera jika halusinasi muncul
*
perawat mengklasifikasi jika tampak
tanda-tanda halusinasi.
2. Meningkatkan kontak realitas
a)
Observasi tanda halusinasi
b)
Diskusi hasil observasi
c)
Hadirkan realitas sering dan singkat.
Bicara tentang topik yang nyata : diri perawat, lingkungan.
d)
Dorong klien berespon dengan
rangsang eksternal
e)
Beri aktifitas yang disenangi
f)
Buat jadwal aktifitas untuk
menghindari kesendireian
3. Menurunkan kecemasan dan ketakutan
·
Temani klien
·
Pendekatan yang tenang
·
Cegah keadaan menarik diri atau
menjauh dari realitas
·
Menerima pengalaman halusinasi
klien tanpa mendukung atau menyangkal
·
Tidak memojokkan secara verbal
dan nonverbal
·
Dorong klien dalam kegiatan dan
percakapan
·
Beri kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan perasaanya
·
Bersikap hangat, empati dan
kalem.
4. Mencegah klien melukai diri dan orang lain
·
Tentukan tingkat melukai diri
sendiri dan orang lain
·
Lakukan perlindungan pada klien
dan orang lain
·
Jelaskan semua tindakan yang
diberikan
·
Kontak personal secara
individual
·
Kembangkan koping yang baru
5. Meningkatkan harga diri klien
·
Identifikasi kemampuan klien
·
Beri kesempatan penyelesaian
masalah
·
Beri kesempatan sukses
·
Beri pujian atas kemampuan yang
dicapai oleh klien
6. Membantu interaksi dan aktifitas klien
·
Dorong klien berespon terhadap
situasi yang nyata
·
Pilih topik komunikasi yang
nyata
·
Beri akjtifitas sederhana yang
dapa diiselesaikan oleh klien
·
Kuatkan keberhasilan klien
berkomunikasi dan beraktifitas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar