Jumat, 06 Januari 2012

TEORI HALUSINASI DENGAR


BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Proses Terjadinya Halusinasi
            Halusinasi dapat terjadi oleh karena berbagai faktor diantaranya gangguan mental organik, harga diri rendah, menarik diri, sidrome putus obat, keracunan obat, gangguan afektif dan gangguan tidur.
Pada klien S. terjadi halusinasi dengar, hal ini disebabkan oleh karena klien mempunyai riwayat putus cinta dengan kekasihnya satu kali, kemudian  oleh keluarga klien dinikahkan. setelah menikah selama tiga bulan, isteri meninggalkannya dan klien S. merasa sangat kecewa, sering menyendiri, melamun, tak mau makan kemudian klien dirawat di rumah sakit jiwa Jakarta selama 8 bulan.
Hal ini sesuai dengan proses terjadinya halusinasi pada fase pertama yang diungkapkan oleh Haber, Dkk, 1982. Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, persaan yang terpisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres . Cara ini menolong sementara, klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat.
            Setelah delapan bulan dirawat, klien dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Pada saat di rumah, klien mangalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor kemudian dirawat di rumah sakit. Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa hari kemudian klien mulai melamun dan mendengar suara-suara yang mengatakan  atau menyuruh dia melemparkan gelas, piring, dan barang-barang lainnya. Gejala-gejala pada klien S. ini menunjukan bahwa klien mengalami gejala halusinasi fase ke dua, yaitu dimana klien berada pada tingkat listening, pemikiran internal lebih menonjol seperti gambaran suara dan sensasi.
            Satu bulan yang lalu klien mendengar suara-suara tersebut dan klien menanyakan kepada perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, karena dia yang sering mengajaknya berbicara. sesuai dengan tahapan halusinasi, klien berada pada fase ketiga, yaitu halusinasi lebih menonjol, menguasai. halusinasi memberikan kesenangan tersendiri dan rasa aman yang sementara.
Dan selanjutnya klien memasuki fase keempat yaitu dengan gejala halusinasi bersifat mengancam yaitu klien mendengar suara-suara “ Saya tidak takut sama kamu !”. Lalu klien S. menjawab “ Saya juga tidak takut sama kamu !”
            Dengan adanya halusinasi ni, maka masalah yang timbul pada klien S. adalah potensial amuk, potensial melukai diri sendiri dan orang lain, gangguankebersihan diri, gangguan ADL. Klien cenderung menarik diri, tersenyum dan berbicara sendiri.
Dengan adanya halusinasi ini, maka masalah yang timbul pada klien S adalah perubahan hubungan sosial. Perkembangan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan mempertahankan komunikasi dengan orang lain. Akibatnya klien cenderung memisahkan diri dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Sehingga timbulnya kesepian, isolasi sosial, hubungan yang dangkal dan tergantung (Haber, 1987).
Akibat dari menikmati susra-suara yang didengar, maka klien S. hanya terlibat dalam pikirannya sendiri, sehingga klien malas atau kurang berminat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti; kebersihan diri, makan, dan lain-lain.
            Akibatnya ia tidak dapat memberi respon emosional yang adekuat, klien tampak bisar, tidak sesuai (Fortinash, 1991; Benner, 1989; Hater,1987). Potensial melukai diri sendiri dan orang lain, potensial amuk dapat terjadi pada klien S, karena klien S. mendengar sura-suara yang bersifat mengancam, mengejek, klien S disuruh oleh roh halus untuk membanting piring, gelas, dan barang-barang lainnya.

B. Masalah Keperawatan
Dari masalah-masalah itu ditemukan diagnosa keperawatan sejumlah delapan buah, yaitu :
1.      Gangguan orientasi realitas
2.      Gangguan hubungan interpersonal : Menarik diri
3.      Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal
4.      Koping individu tidak efektif
5.      Gangguan persepsi: Halusinasi dengar
6.      Gangguan perawatan mandiri
7.      Koping keluarga tidak efektif
8.      Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
9.      Potensial amuk
10.  Potensial gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
11.  Potensil kambuh

Pada klien S. ini timbul masalah keperawatan sebagai berikut:
1.      Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
2.      Isolasi sosial
3.      Potensial amuk
4.      Potensial kambuh.
           



C. Tindakan Keperawatan untuk semua masalah pada klien
Adapun tindakan keperawatan pada klien S adalah sebagai berikut :
Diagnosa Keperawatan  1
Potensial melukai diri sendiri dan orang lain sehubungan dengan halusinasi dengar.
Tujuan jangka panjang :
Klien dapat mengontrol halusinasinya dan tidak melukai diri sendiri  atau orang lain.
Rencana tindakannya :
Psikoterapeutik:
·         Adakan kontak yang sering dan singkat
·         Observasi tingkah laku verbal dan nonverbal yang berhubungan dengan halusinasi
·         Berikan kesempatan kepada klien menungkapkan apa yang dirasakan klien sesuai dengan respon verbal dan nonverbal klien.
·         Terima halusinasi sebagai hal yang nyata  bagi klien dan berikan pendapat bahwa halusinasi tidak nyata pada perawat.
·         Ajukan pertanyaan terbuka yang membutuhkan jawaban luas.

Kegiatan sehari-hari (Actifity Daily Living)
·         Bersama klien membuat jadwal aktifitas untuk menghidari kesendirian
·         Bersama klien mendiskusikan cara mengontrol halusinasi dengar: seperti bergabung dengan orang lain utnuk bercakap-cakap, nonton TV, mengikuti kegiatan TAK aktifitas group.
·         Bimbing klien pada kegiatan yang disukai

Psikofarmaka
·         Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat  serta efek samping yang timbul.
·         Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
·         Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
·         Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.

Terapi Lingkungan
·         Sediakan alat penunjuk waktu : jam dinding, kelender.
·         Beri tanda/nama di ruangan klien
·         Panggila klien sesuai nama panggilan yang disukai klien
·         Petugas memakai papan nama.
·         Kenalkan nama setiap beriteraksi dengan klien
·         Dampingi klien dalam kegiatan kelompok secara bertahap
·         Tingkatkan respon klien pada realita dengan cara menunjukan kelender, jam, nama ruang.

Pendidikan Kesehatan :
·         Mendiskusikan bersama klien tentang faktor pencetus timbulnya halusinasi.
·         Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat jika timbul halusinasi
·         Beri informasi pada klien termpat klien minta bantuan apabila sulit mengendalikan diri saat halusinasi timbul.
·         Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi, cara mengatasi, situasi yang menimbulkan halusinasi serta fasilitas yang dapat digunakan apabila mengalami kesulitan.

Diagnosa keperawatan 2:
Isolasi sosial  sehubungan dengan menarik diri
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi dengan orang lain
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
·         Bina hubungan saling percaya
·         Dengarkan apa yang diungkapkan oleh klien
·         Lakukan kontak yang sering dan singkat
·         Support dan anjurkan klien untuk berkomunikasi dengan perawat bila ada sesuatu yang dipikirkan.
·         Berikan reinforcement positif
·         Dorong klien untuk melihat hal-hal yang positif tentang dirinya.

Kegiatan sehari-hari (ADL)
·         Batasi klien untuk tidak melamun / menyendiri dengan cara libatkan klien dalam aktifitas rutin di ruangan, misalnya menyiapkan makanan, menyapu, merapikan tempat tidur, mencuci piring.

Psikofarmaka
·         Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat  serta efek samping yang timbul.
·         Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
·         Dampingi klien saat minum obat
·         Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
·         Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
·         Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.

Terapi Lingkungan
·         Anjurkan klien untuk berkenalan dengan orang lain, satu kali tiap hari.
·         Diskusikan cara berinteraksi lebih lanjut.
·         Temani klien dengan berada di samping klien mulai dari diam sampai berkomunikasi verbal sederhana, bertahap sesuai dengan kemampuan klien.
·         Libatkan klien dalam berinteraksi kelompok yang dilakukan secara bertahap dari kelompok yang kecil sampai kelompok yang besar.
·         Libatkan klien dalam kegiatan aktifitas kelompok (TAK: Sosialisi)
·         Sediakan sarana informasi dan hiburan seperti majalah, surat  kabar, TV.

Pendidikan Kesehatan
·         Libatkan  keluarga untuk selalu untuk selalu kontak dengan klien, misalnya keluarga mengunjungi klien minimal satu seminggu.
·         Mengajarkan klien cara berkenalan pada klien lain.
·         Diskusikan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri
·         Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan menarik diri
·         Anjurkan pada keluarga mengikutisertakan klien dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.
·         Berikan penjelasan pentingnya minum obat secara  teratur pada klien dan keluarga.



Diagnosa Kepererawatan 3
Potensial amuk sehubungan  dengan tidak tahu cara mengungkapkan marah ayng konstruktif.
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak amuk
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
·         Berespon terhadap respon verbal dan nonverbal klien dengan sikap yang tenang dan tidak mengancam
·         Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan marah.
·         Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara-cara mengekspresikan marah yang dilakukan selama ini.


Kegiatan sehari-hari (ADL)
·         Anjurkan klien untuk makan makanan yang telah disajikan.
·         Anjurkan klien untuk menyalurkan energi dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti mengepel lantai, membersihkan got, merapihkan tempat tidur, membersihkan kamar mandi, bersihkan taman, dan lain-lain.
·         Buat jadwal bersama klien tantang kegiatan yang disenangi.

Psikofarmaka
·         Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat  serta efek samping yang timbul.
·         Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
·         Dampingi klien saat minum obat
·         Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
·         Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
·         Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.

Terapi Lingkungan
·         Siapkan ruangan yang akan dipakai untuk perawatan klien
·         Pindahkan alat-alat yang membahayakan klien dan lingkungannya.  seperti benda tajam, dan alat  pecah belah.
·         Orientasi klien pada sarana yang tersedia untuk menyalurkan energi yang berlebihan pada dirinya.

Pendidikan Kesehatan
·         Diskusikan dengan klien tentang cara-cara mengungkapkan marah yang destruktif
·         Diskusikan dengan klien tentang cara-cara mengungkapkan marah yang konstruktif
·         Diskusikan dengan klien tentang tanda-tanda marah yang destruktif
·         Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara marah yang konstruktif
·         Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda marah
·         Ajarkan cara mengarahkan klien agar mengungkapkan marah secara konstruktif.
·         Anjurkan keluarga untuk menciptakan lungkungan rumah yang baik untuk mengendalikan  klien marah.

Diagnosa Keperawatan 4
Gangguan perawatan diri sehubungan dengan kurangnya minat
Tujuan Jangka Panjang:
Klien mampu memelihara kebersihan dirnya
Rencana tindakan
Psikoterpeutik
·         kaji perasaan klien dan pengetahuan tentang kebersihan diri
·         Berikan dukungan yang posisif terhadap hal-hal yang dicapai oleh klien
·         Support secara terus menerus agar mempertahankan dan meningkatkan kebersihan dirinya.
·         Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah dilakukan klien

Kegiatan sehari-hari (ADL)
·         Buat jadwal bersama klien tentang  perawatan diri : mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku.
·         Bersama kliem menyiapkan alat-alat kebersihan diri.


Psikofarmaka
·         Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat  serta efek samping yang timbul.
·         Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
·         Dampingi klien saat minum obat
·         Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
·         Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
·         Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.

Terapi lingkungan
·         Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok (TAK: Kebersihan diri)
·         Orientasikan klien pada fasilitas / sarana untuk kebersihan diri, seperti : kamar mandi, lemari pakaian, washtafel, jemuran handuk.
·         kolaborasi dengan perawat ruangan dan keluarga  untuk mengadakan kebersihan diri: handuk, sabun, sikat gigi, odol, guntuing kuku, dan lain-lain.
·         Bersama klien menciptakan suasana lingkungan yang bersih.
·         Berikan gambar-gambar / poster, lukisan yang mendukung klien untuk kebersihan diri, seperti: Bersih itu sehat, sudah rapikah anda, gambar cara menggosok gigi yang benar.

Pendidikan kesehatan
·         Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri
·         Diskusikan cara-cara kebersihan diri, antara lain : mandi dua kali dengan sabun, ganti pakaian setiap hari, sikat gigi dengan odol, mencuci rambut dua sampai tiga kali seminggu, potong kuku kalau panjang.
·         Diskusikan cara mandi yang benar.
·         Anjurkan klien ganti baju setiap hari
·         Kaji pengetahuan klien tentang kebersihan diri.
·         Diskusikan dengan keluarga tentang kebersihan diri, arti bersih, tanda-tanda bersih, tujuan kebersihan  diri
·         Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara menjaga kebersihan diri.



Diagnosa Keperawatan 5
Potensial kambuh sehubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
Tujuan Jangka Panjang :
Klien tidak kambuh
Recana tindakannya :
Psikoterapeutik:
·         Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
·         Kaji persepsi keluarga tentang perilaku maldaptif klien
·         Ajak klien untuk mengunjungi sanak keluarga lainnya.
·         Libatkan seluruh anggota keluarga untuk menerima klien apa adanya
·         Libatkan klien dalam pertemuan keluarga.
·         Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di rumah sesuai dengan kemampuan klien
·         Buat jadwal bersama klien (kegiatan yang dapat dilakukan klien)

Kegiatan sehari-hari (ADL)
·         Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di ruangan sesuai dengan kemampuannya.
·         Buatlah jadwal tentang kegiatan yang dapat dilakukan klien di rumah
Psikofarmaka
·         Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat  serta efek samping yang timbul.
·         Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
·         Dampingi klien saat minum obat
·         Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
·         Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
·         Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.

Terapi Lingkungan
·         Libatkan klien dan keluarga dalam menyiapkan kamar klien
·         Batasi peralatan rumah tangga yang dapat menimbulkan stimulus bagi klien untuk amuk.
·         Hindarkan barang-barang yang berbahaya seoerti; berang dari kaca, benda tajam
·         Menyiapkan sarana untuk kebersihan diri
·         Ciptakan suasana rumah yang memungkinkan klien menyendiri.

Pendidikan Kesehatan
·         Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian keluarga tentang klien dan sikap keluarga terhadap tingkah laku klien yang maladaptif.
·         Diskusikan tentang harapan keluarga pada prilaku maladaptif klien.
·         Diskusikan bersama keluarga tentang pentingnya membesuk klien saat klien dirawat di rumah sakit.
·         Jelaskan pada keluarga tentang permasalahan klien yang timbul saat ini.
·         Diskusikan dengan keluarga dalam membuat perencanaan cara merawat klien apabila klien pulang ke rumah meliputi jadwal kegiatan yang dapat dilakukan oleh klien, seperti memelihara kebersihan diri, merapihkan tempat tidur, dan lain-lain.
·         Anjurkan keluarga untuk memberikan reinforcement positif bila klien melakukan kegiatan
·         Ajarkan keluarga untuk penanganan awal bila timbul keluhan
·         Anjurkan pada keluarga untuk kontrol secara teratur sesuai dengan jadwalnya.



BAB IV
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

            Pada pelaksanaan asuhan keperawatan disini kelompok menguraikan tentang pelaksanaan tindakan yang diberikan kepada klien S. Dan untuk lebih jelasnya mohon membacanya pada lampiran makalah ini.

Diagnosa keperawatan 1
Potensial melukai diri sendiri dan orang lain sehubungan dengan halusinasi dengar.
Tujuan
Klien tidak melukai diri sendiri dan orang lain.
Tindakan yang telah dilakukan.
·         Mengadakan kontak yang sering tapi singkat, tiap 20 menit sekali.
·         Mengobservasi tingkah laku verbal dan nonverbal yang berhubungan dengan halusinasi.
*        Memperhatikan isi kalimat
*        Memperhatikan bila klien tiba-tiba tersenyum sendiri atau diam
·         Menerima halusinasi sebagi hal nyata bagi klien, tetapi tidak nyata bagi perawat:
*        “Saya percaya bapak mendengar suara-suara, tetapi suster tidak mendengarnya !
·         Mengidentifikasi bersama klien tentang faktor pencetus timbulnya halusinasi.
·         Menganjurkan klien untuk lapor pada perawat, pada saat mendengar suara-suara.
·         Melibatkan klien dalam kegaiatn ruangan:
*        Merapihkan temapat tidur
*        Mengelap meja
*        Menyiapkan makanan
·         Bersama klien membuat jadwal kegiatan sehari-hari yang dapat mengontrol halusinasi:
*        Menonton TV dengan teman-teman lainnya.
*        Bergabung dengan klien kain, ngobrol, bercakap-cakap.
*        Melakukan kegiatan hari-hari di ruangan secara rutin
*        Memberikan pujian / reinforcement posistif saat klien mau berbincang-bincang dengan klien lain dan mau menonton TV dengan klien lain.
Diagnosa keperawatan 2
Isolasi sosial  sehubungan dengan menarik diri
Tujuan
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi dengan orang lain
Pelaksanaan Tindakan
·         Membina hubungan saling percaya antar perawat dan klien :
*        Memperkenalkan diri, menyebutkan nama dan tujuan datang, memanggil nama klien sambil tersenyum
*        Mendengarkan respon verbal dan memperhatikan respon nonverbal.
·         Bersikap empati, menepati janji dengan datang tepat waktu untuk menemui klien:
*        Melakukan kontak mata dua  kali setiap pertemuan 15 - 20 menit.
*        Memberi support agar klien bersedia mengungkapkan perasaannya bila ada sesuatu yanh dipikirkan.
·         Menganjurkan klien untuk berkenalan dengan klien lain dengan cara :
*        Memperkenalkan diri, berjabat tangan, saling menyebut nama, kontak mata, berhadapan.
·         Memulai melakukan hubungan interpersonal (antara perawat dan klien) dengan cara :
*        Mendekati klien, duduk berhadapan, mempertahankan kontak mata, diam, aktif, menunggu respon verbal, dan berinteraksi secara bertahap.
*        Mengenalkan klien dengan perawat (FIK) yang lain.
·         Melibatkan klien dalam kegiatan ruangan: merapihkan tempat tidur, mengelap meja, menyiapkan mkanan.

Diagnosa Keperawatan 3
Potensial amuk sehubungan  dengan tidak tahu cara mengungkapkan marah ayng konstruktif.
Tujuan
Klien tidak amuk
Pelaksanaan Tindakannya:
·         Memberikan dorongan kepada klien agar klien mau menceritakan kejadian yang dialami sehingga klien di bawa ke Rumah Sakit Jiwa    .
·         Mendiskusikan tentang hal-hal yang menyebabkan klien marah dengan cara :
*        Bicara pelan dan jelas
*        Posisi berhadapan
*        Mempertahankan kontak mata
*        Suasana interaksi cukup tenang.
*        Bersama klien mengidentifikasi cara marah yang digunakan pada waktu lalu
·         Mendiskusikan dengan klien tentang cara-cara megungkapkan marah yang konstruktif yaitu tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain, seperti:
*        Mengungkapkan secara verbal yang dapat diterima oleh orang lain.
*        Mengungkapkan marah dengan menyalurkan lewat kegiatan olah raga (sepak bola, volley, tenis meja, dan lain-lain)
·         Menganjurkan klien untuk mencoba menerapkan cara marah yang telah dipelajari dalamberhubungan dengan klien lain selama perawatan.

Diagnosa Keperawatan 4
Gangguan perawatan diri sehubungan dengan kurangnya minat
Tujuan
Klien mampu memelihara kebersihan dirnya
Pelaksanaan Tindakan:
·         Mendiskusikan dengan klien mengenai pengertian kebersihan diri.
·         Arti bersih: tidak kotor, rapih dan tidak berbau.
·         Tanda-tanda bersih : badan tak berbau, kulit bersih, rambut bersih, rapih, mulut dan gigi bersih, kuku pendek dan bersih, baju bersih tidak kusut.
·         Mendiskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri :
*        Memelihara kesehatan badan
*        Meningkatkan rasa nyaman
*        Mencegah kulit gatal (penyakit gatal)
·         Mendiskusikan cara-cara yang benar, menggosok gigi dan mencuci rambut:
*        Mengkaji kemampuan klien tentang mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut.
*        Menjelaskan manfaat mandi, menggosok gigi, dan mencuci rambut.
*        Menjelaskan manfaat penggunaan sabun dan  pasta gigi
*        Menganjurkan klien untuk mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut.


Diagnosa Keperawatan 5
Potensial kambuh sehubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
Tujuan
Klien tidak kambuh
Pelaksanaan Tindakan:
·         Membina hubungan saling percaya dengan keluarga dengan cara memperkenalkan diri, berjabat tangan, menjelaskan tujuan kunjungan rumah, mendengarkan  dengan penuh perhatian apa yang diucapkan oleh keluarga dan bersikap empati.
·         Mengakaji persepsi keluarga tentang penyebab perilaku maladaptif klien.
·         Mendiskusika dengan keluarga tentang pengertian sikap keluarga terhadap tingkah laku klien yang maladaptif.
·         Mendiskusikan dengan keluarga tentang perntingnya keluarga membesuk  sebulan sekali klien selama dirawat di RSJ Jakarta.
·         Mendiskudsikan tentang support sistem terhadap klien.
·         Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara-cara yang tidak tepat terhadap klien seperti; klien tidak boleh melakukan pekerjaan, membiarkan klien menyendiri, dan lain-lain.
·         Bersama keluarga dalam membuat perencanaan cara merawat klien apabila klien pulang ke rumah, mengikuti jadwal yang telah ditentukan serta sesuai dengan kemampuan klien.
·         Menganjurkan keluarga untuk memberikan pujian atau reinforcement bila klien melakukan kegiatan yang baik.
·         Menjelaskan tentang kotrol yang teratur
·         Mendiskusikan tentang pemberian obat yang benar serta mengobservasi efek samping obat.
























A. Pengertian Halusinasi
            Halusinasi adalah persepsi tentang obyek bayangan dan sensasi yang timbul tanpa stimulus eksternal. Individu mendengar suara tanpoa adanya rangsang akustik. Ia melihat seewkor kucing ditempat tidurnya tanpa adany seusatu yang dapa dilihat, atau mencium bau racun tanpa adanya sesuatu yang merangsang indra penciuman. (Wilson da Kneisl, 1983 hal. 406)
            Halusinasi dapat terjadi pada klien gangguan mental organik, psikosis, sindroma putus obat, keracunan obat, gangguan afektif, gangguan keseimbangan endokrin, gangguan tidur.
            Halkusinasi merupakan salah satu disfungsi yang paling sering terjadi pada skizofrenia yang menggambarkan hilangnya kemampuan penilaian realitas. Pada waktu halusinasi klien mempunyai kesadaran penuh.

B. Gejala
            Gejala halusinasi penting sekali diketahui agar perawat dapat menetapkan masalah halusinasi. Klien dengan halusinasi cenderung  menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada sartu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang laiin, gelisah melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu.
            Sealain menetapkan gejala halusinasi yang lebih penting lagi adalah mengawasi terjadinya halusinasi itu agar pemeriksa dapat memahami secara lebih mendalam konflik yang dialami klien.


C. Proses terjadi nya halusinasi
            Halusinasi berkembang melalui empat fase (Haber, dkk, 1982. hal. 607-608)
Fase pertama
            Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres. Cara  ini menolong sementara. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannnya namun intensitas persepsi meningkat.

Fase kedua
            Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol seperti gambaran suara dan sensasi. Halusinasi dapat meruopa bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila orang lain mendsengar, klien merasa tidak mampu mengontrolnmya. Klien membuat jarak anatara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat  lain.

Fase ketiga
            Halusinasi  lebih menonjol, mengusai dan mengontrol. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman yang sementara.

Fase keempat
            Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepasakan diri dariu kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena  terlaslu sibuk dengan halusinasinya. Klien mungkin berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu yang singkat, beberap a jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.

Macam - macam Halusinasi
Menurut Haber, Leach, Sdelan (1978 hal. 725) macam-macam halusinasi antara lain :
Halusinasi dengar
            Ucapan atau suara yang didenga r oleh klien, tetapi takl didengar  dan tak ada hubungannya denagn obyek realita. Suara itu sering mencaci maki orang lain. Sering kali suara itu merupakan proyeksi dari ketidakmampuan klien menerima persepsi dari dalam dirinya yang kemudian dihibungkan dengan kekuatan luar. Contoh: Klien wanita mengalami kecemasan danm rasa bersalah untuk aborsinya yang telah dilakukan, ia mendengar Tuhan menghinanya karena tingkah laku seksual dan abortusnya. Halusinasi dengar sering terjadi pada skizofrenia.

Halusinasi lihat
            Bayangan atau sensasi visual yang dialami oleh klien tanpa adanya stimulus eksternal. Klien mungkin melihat bayangan dari figur obyek atau kejadian yang aneh sekali, menakutkjan atau menimbulkan rasa nyaman. Contoh : Klien laki-laki sering melihat dirinya dan keluarganya ditempakl mati oleh regu penembak untuk kejajhatan yang tidak diketahui. Gambaran ini melintas di depan matanya seperti layaknya menonton film. Halusinasi lihat sering terjadi pada klien dengan gangguan mental organik.

Halusinasi bau atau hirup
            Bau-bauan yang tercium berasal dari tempat yang spesifik atau tidak bisa diketahui. Contoh : Klien wanita merasa ia mempunyai personalitas yang busuk, ia mengeluh mencium daging busuk dan rambut yang terbakar berasal dari dirinya atau orang lain disekitarnya. Halusinasi ini sering terjadi pada seizure disorder.
Halusinasi kecap
            Yaitu rasa yang dialami tanpa ada dasarnya. Contoh : Klien laki-laki merasa isterinya teklah membuatnya menderita. Setiap kali ia makan yang telah disiapkan oleh istewrinya ia merakan pahit di mulutnya. Halusinasi ini sering terjadi pada seizured disorder.

Halusinasi raba
            Sensasi tubuh yang aneh dirasakan oleh klien. Halusinasi ini bisa merupakan bagian dari delusi, dan melibatkan salah persepsi terhadap bagian tubuh. Tipe halusinasi ini sering disebabkan oleh toksisiatas alkohol. Contoh : Klien wanita yang tidak memiliki anak dan sudah menopouse merasakan organ tubuhnya membatu dan ia merasakan suspensi yang sangat berat pada tubuh bagian bawah. Halusinasi ini sering terjadi pada akut alkohol withdrawl.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Ada 3 faktor yang perlu dikaji yaitu :
Faktor individu
Faktor keluarga
Faktor lingkungan

Faktor Individu
Hal-hal yang perlu dikaji pada klien :
1.      Bagaimana klien menjelaskan persoalan yang dialaminya.
2.      Bagaimana klien mengatakan gangguan halusinasinya dan respon klien terhadap halusinasinya.
3.      Apakah ada keserasian anatara afek dan ucapan-ucapan klien.
4.      Siapakah yang merupakan teman dekat klien.
5.      Apa yang diaanggap klien sebagai kekuatan terhadap dirinya.
6.      Apakah klien pernah mengalami sakit fisik/kecelakaan dimasa lalu.
7.      Apakah klien termasuk orang-orang yang salah menggunakan obat
8.      Apakah ada hambatan pada tugas perkembangan klien.
9.      Bagaimana klien menghadapi stresor yang dialaminya.

Faktor Keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1.      Posisi klien di dalam keluarga (tertua, tengah, bungsu, tiri)
2.      Bagaimana pola komunikasi dalam keluarga
3.      Adakah hal-hal pada kejadian tertentu yang sulit atau tidak dibicarakan di dalam keluarga.
4.      Bagaimana reaksi anggota keluarga, terhadap situasi salking ketergantungan dalam keluarga.
5.      Apakah ada anggota keluarga klien yang masuk rumah sakit karena gangguan mental.

Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1.      Apa latar belakang pendidikan klien
2.      Riwayat pekerjaan klien: lamanya, kepuasannya, hubungan di tempat kerja.
3.      Bagaimana situasi sosial, ekonomi keluarga klien.
4.      Apakah latar belakang budaya dan kepercayaan klien sesuai dengan sistem sosial dimana mereka tinggal.
5.      Apakah kegiatan kelompok di masyarakat yang diikuti klien dan keluarga.
6.      Apakah support sistem dalam keluarga, masyarakat ( keluarga, teman, masdjid, ormas, gereja,, dan lain-lain)
7.      Bagaimana riwayat hubungan interpersonal klien.

Diagnosa keperawatan
Manusia yang biasa ditemukan pada klien dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
·      Gangguan persepsi : halusinasi dengar, lihat sehubungan dengan gangguan   proses pikir.
·      Tingkah laku agresif sehubungan dengan tidak percaya pada orang lain : curiga, takut.
·      Gangguan berhubungan dengan orang lain sehubungan dengan halusinasi.
·      Potensial untuk melukai diri sendiri dan orang lain sehubungan dengan ketidakmampuan membedakan antara yang nyata dan tidak nyata.
·      Menurunnya kemampuan beradaptasi terhadap stress sehubungan dengan strategi koping yang tidak efektif.

Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan klien dengan halusinasi adalah klien mampu :
1. Mengontrol halusinasi
2. Meningkatkan hubungan interpersonal
3. Meningkatkan harga diri klien

Prinsip asuhan keperawatan klien dengan halusinasi :
1. Melakukan validasi terhadap persepsi klien
   Menerima persepsi klien dan mengemukakan persepsi perawata tentang               realitas   (real untuk klien), tidak real untuk perawat.
2. Menghadirkan realitas
    Dimulai dengan realitas dari klien, orang lain dan lingkungan.
3. Menurunkan kecemasan pada klien
4. Melindungi klien dari orang lain dari bahaya halusinasi klien
5. Meningkatkan sistem pendukung (keluarga, klien yang telah dapat   mengontrol halusinasinya, tim kesehatan ).

Berikut ini diuraikan intervensi keperawatan yang diperlukan klien dengan halusinasi :
1. Bantu klien mengenal halusinasi
·       Bina hubungan saling percaya
·       Identifikasi : kapan muncul halusinasi, situasi yang menyebabkan  muncul, frekuensi, sifat dan isi halusinasi.
·       Bersama klien  mengontrol halusinasi.
*         klien melaporkan segera jika halusinasi muncul
*         perawat mengklasifikasi jika tampak tanda-tanda halusinasi.

2. Meningkatkan kontak realitas
a)      Observasi tanda halusinasi
b)      Diskusi hasil observasi
c)      Hadirkan realitas sering dan singkat. Bicara tentang topik yang nyata : diri perawat, lingkungan.
d)     Dorong klien berespon dengan rangsang eksternal
e)      Beri aktifitas yang disenangi
f)       Buat jadwal aktifitas untuk menghindari kesendireian

3. Menurunkan kecemasan dan ketakutan
·         Temani klien
·         Pendekatan yang tenang
·         Cegah keadaan menarik diri atau menjauh dari realitas
·         Menerima pengalaman halusinasi klien tanpa mendukung atau menyangkal
·         Tidak memojokkan secara verbal dan nonverbal
·         Dorong klien dalam kegiatan dan percakapan 
·         Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
·         Bersikap hangat, empati dan kalem.

4. Mencegah klien melukai diri dan orang lain
·         Tentukan tingkat melukai diri sendiri dan orang lain
·         Lakukan perlindungan pada klien dan orang lain
·         Jelaskan semua tindakan yang diberikan
·         Kontak personal secara individual
·         Kembangkan koping yang baru
    
5. Meningkatkan harga diri klien
·         Identifikasi kemampuan klien
·         Beri kesempatan penyelesaian masalah
·         Beri kesempatan sukses
·         Beri pujian atas kemampuan yang dicapai oleh klien

6. Membantu interaksi dan aktifitas klien
·         Dorong klien berespon terhadap situasi yang nyata
·         Pilih topik komunikasi yang nyata
·         Beri akjtifitas sederhana yang dapa diiselesaikan oleh klien
·         Kuatkan keberhasilan klien berkomunikasi dan beraktifitas




Tidak ada komentar:

Posting Komentar