Senin, 16 Januari 2012

BATUK DARAH BY POLTEKKES MALANG


BATUK DARAH

I.                    Pendahuluan

Batuk darah adalah suatu gejala yang paling penting pada penyakit paru karena :
Adanya bahaya potensial terhadap perdarahan yang gawat
Hampir selalu hemoptysis disebabkan oleh penyakit bronkopulmonal
Oleh sebab itu perlu dibuktikan apakah benar bahwa darah berasal dari saluran pernafasan bagian  bawah
Apakah benar-benar batuk darah dan bukan muntah darah

II.                Definisi

Hemaptoe adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan trakea dan saluran nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada batuk darah masif yaitu 600-1000cc/24 jam. Batuk darah pada penderita TB paru disebabkan oleh terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kapitas.(Hood Al sagaff dkk:1995;85-86).
Hemoptisis adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah  tidak luas , sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi . (Hood Alsagaff, 1995, hal 301)

Batuk darah adalah suatu keadaan menakutkan/mengerikan yang menyebabkan beban mental bagi penderita dan keluarga penderita sehingga menyebabakan takut untuk berobat ke dokter .
Klien menahan batuk karena takut kehilangan darah yang lebih banyak sehingga menyebabkan penyumbatan karena bekuan darah.
Sebetulnya sudah ada penyakit dasar tetapi keluhan penyakit tidak mendorong berobat ke dokter.
Batuk darah pada dasarnya akan berhenti sendiri asal tidak ada robekan pembuluh darah,berhenti sedikit-sedikit pada pengobatan penyakit dasar.

III            Etiologi

Berdasar etiologi  maka dapat digolongkan :
1.      Batuk darah idiopatik.
2.      Batuk darah sekunder.
Ad 1.  Batuk darah idiopatik.
            Yaitu batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya:
              _ insiden 0,5  sampai  58%   {+ 15 %}
              _ pria :wanita = 2 : 1
              _ umur 30- 50 tahun kebanyakan 40-60 tahun
             _  berhenti spontan dengan suportif terapi.
Ad  2.  Batuk darah sekunder.
             Yaitu batuk darah yang diketahui penyebabnya
a.       Oleh karena keradangan , ditandai  vascularisasi arteri bronkiale > 4% {normal 1%}
TB è batuk sedikit-sedikit èmasif darah melulu, bergumpal.
Bronkiektasis ®campur purulen
Apses paru ®campur purulen
Pneumonia®warna merah bata encer berbuih
Bronkitis®sedikit-sedikit campur darah atau lendir
b.      Neoplasma
_ karsinoma paru
_ adenoma
c.       Lain-lain:
_ trombo emboli paru – infark paru
_ mitral stenosis
_ kelainan kongenital aliran darah paru meningkat
   @ ASD
    @ VSD
_trauma dada
     ¨tumpul: perlukaan oleh costa
     ¨tajam : tusukan benda tajam
_hemorhagic diatese
_hipertensi pulmonal primer

Pembagian lain
Berdasar jumlah darah:
PURSEL :
1.         Blood streak
2.         minimal 1-30 cc
3.         mild 30-150 cc
4.         moderate 150-500 cc
5.         massive 600 cc
JOHNSON :
1.         Singgle     : kurang dari 7 hari
2.         Repeated : lebih dari 7 hari dengan interfal 2-3 hari
3.         Frank                    : darah melulu tanpa dahak

RSUD Dr. Sutomo SMF paru > 90% disebabkan :
1.      TB Paru
2.      Karsinoma paru
3.      Bronkiektasis
4.      Mitral stenosis

Patogenesis

Tergantung dr penyakit yang mendasarinya.

Gejala klinis

Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring ,dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
·         Batuk darah
  1. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
  2. Darah berbuih bercampur udara
  3. Darah segar berwarna merah muda
  4. Darah bersifat alkalis
  5. Anemia kadang-kadang terjadi
  6. Benzidin test negatif
·         Muntah darah
  1. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
  2. Darah bercampur sisa makanan
  3. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
  4. Darah bersifat asam
  5. Anemia seriang terjadi
  6. Benzidin test positif
·         Epistaksis
  1. Darah menetes dari hidung
  2. Batuk pelan kadang keluar
  3. Darah berwarna merah segar
  4. Darah bersifat alkalis
  5. Anemia jarang terjadi

Anamnesis

1.      Dari anamnesis dipastikan asal darah
2.      Jumlah darah yang keluar, bentuk,warna,lama.
3.      Penyakit batuknya
4.      Disertai nyeri dada
5.      Hubungan dengan kerja,istirahat,posisi penderita
6.      Hubungan penyakit masa lalu
7.      Anamnesa merokok

Pemeriksaan fisik

#  Panas, berarti ada proses peradangan
#  Auskultasi: terdengar bunyi Rales
-          Kemungkinan menujukkan lokasi
-          Ada aspirasi
-          Ronki menetap, wheezing lokal, kemungkinan penyumbatan oleh : Ca, bekuan darah
-          Friction rub:emboli paru ,infark paru
#  Clubbing finger: bronkiektasis, neoplasma

Laboratorium:
-          Hb
-          Faal homeostasis dll  menurut dugaan

Radiologi :
-          tergantung etiologi :  X-photo thorak, PA Lateral
                                                                  CT- scan

Pemeriksaan lain khusus :
-          anamnesa : memastikan asal darah, berulang, jumlah, warna, menahun dll
-          pemeriksaan fisik : kemungkinan penyebab
-          X-photo thorak : PA/Lateral, brokografi dll
-          Pemeriksaan sputum bakteriologi, sitologi
-          Bronkoskopi

Komplikasi :
-          Bahaya utama batuk darah adalah terjadi penyumbatan trakea dan saluran nafas, sehingga timbul sufokasi yang sering fatal. Penderita tidak nampak anemis tetapi sianosis, hal ini sering terjadi pada batuk darah masif (600-1000 cc/24 jam)
-          Pneumonia aspirasi merupakan salah satu penyulit yang terjadi karena darah terhisap kebagian paru yang sehat
-          Karena saluran nafas tersumbat, maka paru bagiandistal akan kolaps dan terjadi atelektasis
-          Bila perdarahan banyak, terjadi dalam waktu lama.

Penatalaksanaan

Tujuan Umum :
1.      membebaskan jalan nafas
2.      mencegah aspirasi
3.      menghentikan perdarahan dan pengobatan penyakit dasar.

Konservative

      ~ Hemoptoe sedikit (<200ml/24jam} dapat berhenti
                  -obat: codein, doveri, penyakit dasar
                 - diminta tenang, istirahat total, kalau perlu obat penenang
     ~  Tidur setengah duduk:
         13-31% hemopthoe berhenti sendiri MRS 1-4 hari,
           87 % berhenti sendiri setelah 4hari MRS
     ~  Infus atau transfusi

Batuk darah masif:
-          tidur trendelenburg ke arah sisi yang sakit{agar tidak aspirasi ke paru yang sehat}
-          infuse, penghisapan darah , pengambilan bekuan
-          waktu dulu setelah penderita agak tenang
kolaps terapi: pnumoperitonium, pneumothoraks artifisial, operasi N. phrenicus
! Tindakan-tindakan lebih agresif
        -rigid bronkoskopi,jalan nafas terbuka dan penghisapan darah lebih mudah
        -FOB untuk suction darah dan mencari lokasi perdarahan + dengan endotrakeal tube untuk keluar.     
          Masuk FOB lebih mudah
         -pasang endotrakeal tamponade {balon kateter tamponade}
         - reseksi paru
         -embolisasi a. bronkialis

Prognose

-          hemopthoe<200ml/24jam®supportifve baik
-          profuse massive >600cc/24jam®prognose jelek 85% meninggal
                               *   dengan bilateral far advance
                               *   faal paru kurang baik
                               *   terdapat kelainan jantung

Daftar Pustaka

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.

Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. EGC Jakarta.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius Jakarta.

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar