ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN DELIRIUM
I.
KONSEP DASAR
A.
Pendahuluan
Psikosa
secara sederhana dapat didefinisikan sebai suatu gangguan jiwa dengan
kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaa ini dapat digambarkan
bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab
organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan ganggua kemampuan
berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan
kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga
kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa
ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp
perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls
serta waham dan halusinasi.
Menninger
telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola
psikotik :
1.
Perasan
sedik, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
2.
keadaan terangsang yang tidak menentu dan
tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan
3.
regresi
ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng berlawanan, acuh
tak acuh terhadap harapan sosial.
4.
preokupasi
yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela diri atau rasa
kebesaran
5.
keadaan
bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.
B.
Pengertian
Delirium
adalah sindroma otak organik karena fungsi atau metabolisme otak secara umum
atau karena keracunan yan menghambat mnetabolisme otak.
C.
Gejala
Gejala
utama ialah kesadaran menurun. Kesadaran yang menurun ialah suatu keadaan
dengan kemampuan persepsi perhatian dan pemikiran yan berkurang secara
keseluruhan (secara kuantitatif).
Gejala-gejala
lainnya penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada
yang bingung atau cemas, gelisah dan panik, adanya klien yan terutama halusinasi dan ada yang
hanya berbicara komat-kamit dan inkohern.
Dari
gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah itu,
tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala
tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan
psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari keluarga, teman dan
petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya.
D.
Psikopatologi
Delirium
biasanya hilang bila penyakit badaniah yang menyebabkan sudah sembuh, mungkin
sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau
nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi
jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama
mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah ootak, tumur otak
dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus,
endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya).
Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi
mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya. Jika
disebabkan oleh proses yang langsung menyerang otak , bila proses itu sembuh
maka gejala-gejalanya tergantung pada besarnya kerusakan yang ditinggalkan
gejala-gejala neurologik dan atau gangguan mental dengan gejala utama gangguan
intelegensi. Bisa juga didapatkan adanya febris. Terdapat gejala psikiatrik
bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai
dosis efektif tinggi.
E.
Penatalaksanaan
a.
Pengobatan
etiologik harus sedini mungkin dan di
samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
b.
Peredaran
darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi
stimulansia.
c.
Pemberian
cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa
dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi
dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi
bertambah gelisah.
d.
Klien
harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk
dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya)
ataupun untuk orang lain.
e.
Dicoba
menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan
kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang
yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak
tahan terlalu diisolasi.
f.
Terdapat
gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama
yang mempunyai dosis efektif tinggi.
II.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Identitas
Indentias
klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2.
Keluhan utama
Keluhan
utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang berobat (menurut klien dan
atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.
3.
Faktor predisposisi
Menemukan
gangguan jiwa yang ada sebagai dasar pembuatan diagnosis serta menentukan
tingkat gangguan serta menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat
menerangkan riwayat dan perkembangan gangguan jiwa yang terdapat. Dari
gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah itu,
tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala
tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan
psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari keluarga, teman dan
petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya.
Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan
jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh
penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan
pembuluh darah ootak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar
otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan,
intoksikasi dan sebagainya).
4.
Pemeriksaan fisik
Kesadran
yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia,
febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.
5.
Psikososial
a.
Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi pengaruh
lebih tinggi dari kembar dizigot .
b.
Konsep diri
·
Ganbaran
diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses patologik
penyakit.
·
Identitas,
bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan
individu.
·
Peran,
transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran
dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan
jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan
sumber yang cukup.
·
Ideal
diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada.
·
Harga
diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya
rendah karena kegagalannya.
c.
Hubungan sosial
Berbagai
faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang
selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan
halusinasi. Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan
orang yang penting dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak sehat maka individu dalam kekosongan internal.
Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan individu
untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien
cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya
sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan
kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
d.
Spiritual
Keyakina
klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a tetapi tidak atau kurang
mampu dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
6.
Status mental
a.
Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.
b.
Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c.
Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan
kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.
d.
Alam perasaan
Klien
nampak ketakutan dan putus asa.
e.
Afek dan emosi.
Perubahan
afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu
karena jika langsung mengalami perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas.
Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untukj melindungi
dirinya, karena afek yang telah berubahn memampukan kien mengingkari dampak
emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien
mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah
berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan
ambivalen.
f.
Interaksi selama wawancara
Sikap
klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata kurang.
g.
Persepsi
Persepsi
melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek.
Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh panca indera yaitu
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan
persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi
yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
h.
Proses berpikir
Klien
yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung
berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan
penilaian yang umum diterima.
Penilaian
realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan
dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien
tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan
proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitf, hilangnya
asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik (memperlihatkan
gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang
sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
i.
Tingkat kesadaran
Kesadran
yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang.
j.
Memori
Gangguan
daya ingat yang baru saja terjadi )kejadian pada beberapa jam atau hari yang
lampau) dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang
lalu).
k.
Tingkat konsentrasi
Klien
tidak mampu berkonsentrasi
l.
Kemampuan penilaian
Gangguan
ringan dalam penilaian atau keputusan.
7.
Kebutuhan klien sehari-hari
a.
Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan
gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali.
Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi
hari.
b.
Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit,
karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa
terjadi penurunan berat badan.
c.
Eliminasi
Klien
mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari biasanya,
karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat
terganggu pola makan.
8.
Mekanisme koping
Apabila
klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari
atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak
mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer
terbentuknya pola tiungkah laku patologis. Koping mekanisme yang digunakan
seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi kontak mata, memakai
kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.
9.
Dampak masalah
a.
Individu
·
Perilaku,
klien muningkin mengbaikan atau mendapat kesulitan dalam melakukan kegiatas
sehari-hari seperti kebersihan diri misalnya tidak mau mandi, tidak mau
menyisir atau mengganti pakaian.
·
Kesejahateraan
dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri, harga diri rendah, merasa
tidak berarti, tidak berguna dan putus asa sehingga klien perlu diisolasi.
·
Kemadirian
, klien kehilangan kemandirian adan hidup ketergantungan pada keluarga atau
oorang yang merawat cukup tinggi, sehingga menimbulkan stres fisik.
10.
Diagnosa Keperawatan
a.
Risiko
terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.
b.
Koping
individu yang tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan cara
mengekspresikan secara konstruktif.
c.
Perubahahn
proses berpikir berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mempercayai orang
d.
Risiko
terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, status emoosional yang meningkat.
e.
Kesukaran
komunikasi verbal berhubungan dengan pola komunikasi yang tak logis atau
inkohern dan efek samping obat-obatan, tekanan bicara dan hiperaktivitas.
f.
Kurangnya
interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung yang
tidak adequat.
g.
Kurangnya
perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
h.
Perubahan
pola tidur berhubungan dengan hiperaktivitas, respon tubuh pada halusinasi.
i.
Ketidaktahuan
keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan dengan
kurangnya informasi.
B.
Rencana Tindakan
a. Risiko terhadap
penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.
Batasan kriteria :
Sasaran jangka pendek :
Dalam
2 minggu klien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan kegelisahan dan melaprkan
pada perwat agasr dapat diberikan intervensi sesuai kebutuhan.
Sasaran jangka panjang :
Klien
tidak akan membahayakan diri, orang lain dan lingkungan selama di rumah sakit.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Pertahankan agar lingkungan klien
pada tingkat stimulaus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang,
dekorasi yang sederhana dan tingakat kebisingan yang rendah)
2. Ciptakan lingkungan psikososial :
· sikap
perawat yang bersahabat, penuh perhatian, lembuh dan hangat)
· Bina
hubungan saling percaya (menyapa klien dengan rama memanggil nama klien,
jujur , tepat janji, empati dan menghargai.
· Tunjukkan
perwat yang bertanggung jawab
3. Observasi secara ketat perilaku
klien (setiap 15 menit)
4. Kembangkan orientasi kenyataan :
· Bantu
kien untuk mengenal persepsinya
· Beri
umpan balik tentang perilaku klien tanpa menyokong atau membantah kondoisinya
· Beri
kesempatan untuk mengungkapkan persepsi an daya orientasi
5. Lindungi klien dan keluarga dari
bahaya halusinasi :
·
Kajiu halusinasi
klien
·
Lakukan tindakan
pengawasan ketat, upayakan tidak melakukan pengikatan.
6. Tingkatkan peran serta keluarga
pada tiap tahap perawatan dan jelaskan prinsip-prinsip tindakan pada
halusinasi.
7. Berikan obat-obatan antipsikotik
sesuai dengan program terapi (pantau keefektifan dan efek samping obat).
|
1. Tingkat ansietas atau gelisah
akan meningkat dalam lingkungan yang penuh stimulus.
2. Lingkungan psikososial yang
terapeutik akan menstimulasi kemampuan perasaan kenyataan.
3. Observasi ketat merupakan hal
yang penting, karena dengan demikian intervensi yang tepat dapat diberikan
segera dan untuk selalu memastikan bahwa kien berada dalam keadaan aman
4. Klien perlu dikembangkan
kemampuannya untuk menilai realita secara adequat agar klien dapat
beradaptasi dengan lingkungan.Klien yang berada dalam keadaan gelisah,
bingung, klien tidak menggunakan benda-benda tersebut untuk membahayakan diri
sendiri maupun orang lain.
5. Klien halusinasi pada faase berat
tidak dapat mengontrol perilakunya.
Lingkungan yang aman dan pengawasan yang tepat dapat mencegah cedera.
6. Klien yang sudah dapat mengontrol
halusinasinya perlu sokongan keluarga untuk mempertahnkannya.
7. Obat ini dipakai untuk
mengendalikan psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi.
|
b. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, status
emosional yang meningkat.
Batasan kriteria :
Penurunan
berat badan, konjunctiva dan membran mukosa pucat, turgor kulit jelek,
ketidakseimbangan elktrolit dan kelemahan)
Sasaran jangka pendek :
Klien
dapat mencapai pertambahan 0,9 kg t hari kemudian
Hasil
laboratorium elektrolit sserum klien akan kembali dalam batas normal dalam 1
minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien
tidak memperlihatkan tanda-tanda /gejala malnutrisi saat pulang.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Monitor masukan, haluaran dan
jumlah kalori sesuai kebutuhan.
2. timbang berat badan setiap pagi
sebelum bangun
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang
cukup bagi kesehatan dan proses penyembuhan.
4. Kolaborasi
· Dengan
ahli gizi untuk menyediakan makanan dalam porsi yang cukup sesuai dengan
kebutuhan
· Pemberian
cairan perparenteral (IV-line)
· Pantau
hasil laboraotirum (serum elektrolit)
5. Sertakan keluarga dalam memnuhi
kebutuhan sehari-hari (makan dan kebutuhan fisiologis lainnya)
|
1. Informasi ini penting untuk
membuat pengkajian nutrisi yang akurat dan mempertahankan keamanan klien.
2. Kehilangan berat badan merupakan
informasi penting untuk mengethui perkembangan status nutrisi klien.
Klien mungkin tidak memiliki
pengetahuan yang cukup atau akurat berkenaan dengan kontribusi nutrisi yang
baik untuk kesehatan.
4. Kolaborasi :
·
Klien lebih suka
menghabiskan makan yang disukai oleh klien.
·
Cairan infus
diberikan pada klien yang tidak, kurang dalam mengintake makanan.
·
Serrum elektrolit
yang normal menunjukkan adanya homestasis dalam tubuh.
5. Perawat bersama keluarga harus
memperhatikan pemenuhan kebutuhan secara adequat.
|
c. Kurangnya interaksi
sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung yang tidak
adequat.
Batasan kriteria :
Kurang
rasa percaya pada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain, komnuikasi
yang tidak realistik, kontak mata kurang, berpikir tentang sesuatu menurut
pikirannya sendiri, afek emosi yang dangkal.
Sasaran jangka pendek :
Klien
siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayai
dalam 1 minggu.
Sasaran jangka panjang :
Klien
dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat dalam
aktivitas kelompok di unit rawat inap.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Ciptakan lingkungan terapeutik :
- bina hubungan saling percaya
((menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur , tepat janji, empati
dan menghargai).
- tunjukkan perawat yang bertanggung
jawab
- tingkatkan kontak klien dengan
lingkungan sosial secara bertahap
2. Perlihatkan penguatan positif
pada klien.
Temani klien untuk memperlihatkan
dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin mnerupakan hal yang sukar
bagi klien.
3. Orientasikan klien pada waktu,
tempat dan orang.
4. Berikan obat anti psikotik sesuai
dengan program terapi.
|
1. Lingkungan fisik dan psikososial
yang terapeutik akan menstimulasi kemmapuan klien terhadap kenyataan.
2. hal ini akan membuat klien merasa
menjado orang yang berguna.
3. kesadran diri yang meningkat
dalam hubungannya dengan lingkungan waktu, tempat dan orang.
4. Obat ini dipakai untuk
mengendalikan psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi
|
d. Kurangnya perawatan
diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
Batasan kriteria :
Kemauan
yang kurang untuk membersihkan tubuh, defekasi, be3rkemih dan kurang minat
dalam berpakaian yang rapi.
Sasaran jangka pendek :
Klien
dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1
minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien
ampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemosntrasikan
suatu keinginan untuk melakukannya.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Dukung klien untuk melakukan
kegiatan hidup sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan kien.
2. Dukung kemandirina klien, tetapi
beri bantuan kien saat kurang mampu melakukan beberapa kegiatan.
3. Berikan pengakuan dan penghargaan
positif untuk kemampuan mandiri.
4. Perlihatkan secara konkrit,
bagaimana melakukan kegiatan yang menurut kien sulit untuk dilakukaknya.
|
1. Keberhasilan menampilkan
kemandirian dalam melakukan suatu aktivitas akan meningkatkan harga diri.
2. Kenyamanan dan keamanan klien
merupakan priotoritas dalam keperawatan.
3. Penguatan positif akan
menignkatakan harga diri dan mendukung terjadinya pengulangan perilaku yang
diharapkan.
4. Karena berlaku pikiran yang
konkrit, penjelasan harus diberikan sesuai tingkat pengetian yang nyata.
|
e. Ketidaktahuan
keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Batasan kriteria :
Adanya
pertanyaan kurangnya pengetahuan, permintaaan untuk mendaptkan informasi dan
mengastakan adanya permaslah yang dialami kien.
Sasaran jangka pendek :
Klien
dapat mengatakan efek terhadap tubuh yang diikuti dengan implemetasi rencana pengjaran.
Sasaran jangka panjang :
Klien
dapat mengatan pentingnya mengetahui dan
kerja sama dalam memantau gejala dan tanda efek samping obat.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Tetaplah bersama klien ketika
minum obat antipsikotik
3. Amati klien akan adanya EPS, 4.
Pantau keluaran urine,dan glukosa urine
4. Beritahu klien bahwa dapat
terjadi perubahan yang berkaitandengan fungsi seksual dan menstruasi.
|
1. Hipotensi ortostatik mungikn
terjadi pada pemakain obat antipsikotik, Pemeriksaan tekanan darah dalam
posisi berbaring, dudujk dan berdiri.
2. Beberapa klien mungkin
menyembusnyikan oabt-obat tersebut.
3. distonia akut (spame lidah,
wajah, leher dan punggung), akatisia (gelisah, tidak dapat duduk dengantenag,
mengetuk-negetukan kaki,pseudoparkinsonisme (tremor otot, rifgiditas,
berjalan dengan menyeret kaki) dan diskinesia tardif (mengecapkan bibir,
menjulurkan lidah dan gerakan mengunyah yang konstan).
4. Wanita dapat mempunyai periode
menstruasi yang tidak teratus atau amenorhea dan pria mungkin mengalmi
impotens atau ginekomastik.
|
III.
TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian
1. Identitas
Nama
: Sdr. R
Umur
: 22 tahun
Jenis
kemain : laki-laki
Suku/bangsa
: Jawa/indoensia
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. K U IV/34 SDR
Pendidikan : lulusan STM teknik mesin
Pekerjaan
: Swasta
MRS
: 8 Agustus 2001
Tanggal
pengkajian : 9 Agustus 2001
Sumber
data : klien, taman, keluarga (ayah
dan ibu klien)
2. Keluhan utama
Ngomel-ngomel
Autoanamnese :
Klien
dapat menyebutkan namanya yang dijawab dengan labt denagn suara yang agak
keras, tetapi klien salam dalam menyebvutkan siap ayah dan ibunya serta teman
yang ada disekitarnya.
Heteroanamnese :
-
1 minggu yang lalu klien sakit panas, disertai bicara ngelantur, gelisah, sulit
tidur dan seperti bingung dan marah-marah.
-
Klien sering melihat dan mendengar sesuatu yang terasa pada tangan yang
dipasang infus ada bunyi derap sapi sebanyak 4 (empat) yang sedang
berkejar-kejaran (“tak-tuk-tak tuk”)
-
KLIen juga tidak mengenal orang-orang disekitarnya yang sebelumnya sudah
dikenalnya (salah menyebutkan namanya)
-
Klien banyak negelamun, tidak bisa tidur dan juga tidak mau makan
-
klien pernah mempunyai keinginan untuk mencarai ilmu yang bermanfaat bagi
dirnya dan orang lain sejak 4 bulan yang lalu tetapi klien tidak mampu dalam
menjalninya dan bertirakat sehingga klien tergoncang jiwanya, ngomel-ngomel,
berbicara keras dan kadang-kdang marah sehingga harus dibawa ke RS.
3. Faktor predisposisi
-
Klien belum pernah mengalami gangguan jiwa
-
tidak ada anggota keluargany ayng mengalmio gangguan jiwa
-
kien pernah menjalani operai usus buntuk pada bulan desember tahun 2000 di RS
kartini Krian.
-
Pengalaman klien yang tidak menyenangkan adalah pada gurunya saat menjalani
pembekalaln ilmu sehingga dirinya merasa tidak kuat lagi.
4. Pemeriksaan fisik
Kesadaran
yang meningkat, GCS 456, Refleks fiologis (+), refleks patologis (-). Tensi
120/70, nadi 80 x/mnt, RR 20 x/mnt, temp[eratur 37,1 C, BB 44 kg, TB 158 cm.,
takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau
makan.
5. Psikososial
a. Genogram
|
b. Konsep diri
·
Ganbaran
diri, klien tidak mengeluh tentang
gambaran diri yang dimilik,(menerima dir sendiri apa adanya).
·
Identitas,
klien laki-laki.
·
Peran,
kien sebagai anak yang perlu mengabdi kepada keluarga (ayah dan ibu) dengan
bekerja keras membantu di sawah.
·
Ideal
diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang
ada(mencari ilmu untuk menjga diri dan membantu orang lain tetapi tidak mampu
untuk mencpatkannya)
·
Harga
diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya
rendah karena kegagalannya.
c. Hubungan sosial
Klien
mengnanggap bahwa orang tua merupakan orang yang paling berarti dan perlu
berbakti kepadanya serta berbalas budi. Berbagai faktor di masyarakat yang
membuat kien diterima sebagai anggota kelompok remaja karenan mempunyai
kepandaian dalam bidang olah raga (seperti badminton, pingpon, sepak bola dan permaina
ringan lainya. Klien juga mengikuti permainan yang sifatnya totoan dan klien
pernah kalah sehingga berkeinginan untuk mencari ilmu utnuk menambah kamatangan
diri dan membanti orang lain tetapi klien tidak mampu sehingga mengalami
gangguan intertaksi dan jengkel pada gurunya.
d. Spiritual
Keyakinan
klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat. tetapi tidak atau kurang
mampu dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
6. Status mental
a.
Penampilan klien tidak rapi dan tidak
mampu utnuk merawat dirinya sendiri, berbaring dan dipasang infus dextrose 5 %
20 tetes/mnt pada tangan kiri
b. Pembicaraan keras, cepat dan
inkoheren.
c.
Aktivitas motorik, Perubahan motorik
dapat dimanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, agitasi.
d. Alam perasaan
Klien
nampak ketakutan dan putus asadan harga diri rendah.
e. Afek dan emosi.
Keadaan
ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk melindungi dirinya,
karena afek yang telah berubah memampukan kien mengingkari dampak emosional
yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin
tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah
berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan
ambivalen.
f. Interaksi selama wawancara
Sikap
klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata kurang serta secara
memik menunjukkan sifat bermusuhan.
g. Persepsi
Perubahan
persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi penglihatan dan
pendengaran.
h. Proses berpikir
Klien
yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung
berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan
penilaian yang umum diterima. Bentuk pikir non realistik. Penilaian realitas
secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan dengan
orang, benda atau kejadian yang tidak logis(Pemikiran autistik). Klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Arus pikir (Asosiasi longgar) ,dan isi pikir
(pemikiran tak memadai)
i. Tingkat kesadaran
Kesadran
berkabut.bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang.
j. Memori
Gangguan
daya ingat yang baru saja terjadi )kejadian pada beberapa jam atau hari yang
lampau) dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang
lalu).
k. Tingkat konsentrasi
Klien
tidak mampu berkonsentrasi
l. Kemampuan penilaian
Gangguan
ringan dalam penilaian atau dan lambat dalam pengambilan keputusan.
7. Kebutuhan klien sehari-hari
a. Tidur, klien sukar tidur
karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah . Kadang-kadang
terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya terganggu sepanjang malam, sehingga tidak
merasa segar di pagi hari yang ditandai adanya kien tampak nagantuk, mata merah
dikuatkan oleh cerita keluagra (ayah dan ibu klien)
b. Selera makan, klien tidak
mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit, karea putus asa, merasa
tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c. Eliminasi
Klien
terganggu buang air kecilnya, kadang-kadang ldibantu dan kadang ngompol dan
belum BAB selam 2 hari setelah MRS.
8. Mekanisme koping
Apabila
klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari
atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak
mampuan mengatasi secara konstruktif menyebbkan klien ngomel-ngomel, menarik
diri diri dari kelompoknya dan kadang-kadang marah.
9. Penatalaksanaan
Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium :
Tanggal
10 Agustus 2001
Hb : 12,5 gr%
LED
: 45 mg/L
Leukosit
: 5,0 x 109 /dl
Pemeriksaan
widal :
S
thyphi O : negatif
S.
Typhi H : negatif
S.
Para A : negatif
S.
Para B : negatif
Perawatan
a.
Pengobatan
etiologik harus sedini mungkin dan di
samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
b.
Peredaran
darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi
stimulansia.
c.
Pemberian
cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan
sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong,
tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang,
tetapi bertambah gelisah.
d.
Klien
harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk
dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya)
ataupun untuk orang lain.
e.
Dicoba
menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan
kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang
yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak
tahan terlalu diisolasi.
f.
Terdapat
gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama
yang mempunyai dosis efektif tinggi.
g.
Pemberian
obat Haloperidol 2x1 mg
9. Dampak masalah
a. Individu
·
Pola
persepsi dalam pemeliharaan kesehatan, klien secara tidak sadar bahwa dirinya
mengaami gangguan jiwa
·
Pola
nutrisi dan metabolime, penurunan berat bdan dan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
·
Pola
aktivitas, perilkua yang hiperkinesia, agitasi dan gelisah
·
Pola
eliminasi, bak masih ngompol (kadang-kadang), 2 hari belum BAB setelah MRS
·
Pola
istirahat dan tidur, kien sulit tidur dan gelisah
·
Pola
kognitif, klien tidak bisa konsentrasi dan lambat berbicara dan mengambil keputusan
·
Pola
persepsi diri, halusinasi dengar dan penglihatan
·
Pola
peran, harga diri rendah, putus asa, kegagalan
·
Pola
penyesuai diri, isolasi diri
·
Pola
hubungan sosial, keursakan interkasi sosial
·
Pola
kepercayaan dan agama, gangguan dalam beribadah
b.
Keluarga
:
·
klien mungkin mengabaikan atau mendapat
kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti kebersihan diri misalnya
tidak mau mandi, tidak mau menyisir atau mengganti pakaian.
·
Kesejahateraan
dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri, harga diri rendah, merasa
tidak berarti, tidak berguna dan putus asa sehingga klien perlu diisolasi.
·
Kemadirian
, klien kehilangan kemandirian adan hidup ketergantungan pada keluarga atau
orang yang merawat cukup tinggi, sehingga menimbulkan stres fisik.
·
Ketegangan
tingkat konflik, mengganggu satu atau lebih anggota keluarga berperan dengann
baik .
10. Pohon Masalah
|
|
||||
Akibat
|
|||||
|
|
Penyebab
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar