BAB 1
P E N D A H U L U A N
1.1 Latar Belakang
Masalah kematian
ibu dan bayi di Indonesia masih tergolong tinggi diantara negara-negara ASEAN.
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 angka kematian ibu di
Indonesia 373 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi 54 per
1000 kelahiran hidup. (Santosa. NI, 1996 : 5)
Kematian ibu
sebagian besar (lebih dari 90%) disebabkan oleh pendarahan melalui jalan lahir
(40-60%), toxemia gravidarium (20-30%) dan infeksi jalan lahir (20-30%).
Kematian ini umumnya terjadi pada kelompok ibu beresiko tinggi, baik yang
timbul sejak masa kehamilan maupun yang terjadi mendadak pada saat persalinan
atau nifas. Dengan demikian, kematian seharusnya dapat dicegah bila kelompok
resiko tinggi ini sudah terdeteksi sejak dini, kemudian mendapat penanganan
yang adekuat, dan persalinannya direncanakan dengan mengatisipasi resiko yang
mungkin timbul. (Gunawan. Nardho,1996 : 1)
Usaha
mempercepat penurunan AKI, keterlibatan sektor lain selain kesehatan sangat diperlukan.
Beberapa bentuk keterlibatan lintas sektor dalam upaya penurunan AKI adalah
Gerakan Sayang Ibu untuk mencegah tiga macam keterlambatan yaitu keterlambatan
mengambil keputusan, mencapai fasilitas kesehatan dan memperoleh pelayanan di
fasilitas kesehatan, dan Gerakan Reproduksi Keluarga Sehat (GRKS) yang
merupakan upaya promosi dalam mendukung terciptanya keluarga yang sadar akan
pentingnya mengupayakan kesehatan reproduksi, termasuk promosi untuk
kesejahteraan ibu. (Saifudin. AB, 2000 : 8)
Kasus kehamilan
resiko tinggi memiliki bermacam jenis dan variasi. Seringkali ibu hamil tidak
memahami keadaannya sebagai resiko tinggi, jika tidak merasakan keluhan yang
menggangu. Berdasarkan referensi standar deteksi resiko tinggi, kehamilan
dengan hypertensi kronis merupakan salah satu diantaranya. (Manuaba. IBG, 1998
: 32 )
Mempelajari data
medik yang ada di Poli Hamil I RSUD Dr. Sutomo Surabaya periode Januari sampai
dengan Desember 2000, seperti tabel berikut :
Tabel
1.1 Kehamilan Dengan Resiko Tinggi Di Poli Hamil I RSUD Dr. Sutomo Surabaya,
Januari s.d Desember 2000
No
|
Kehamilan dengan Resiko |
Jumlah |
Keterangan |
||
N |
%
|
||||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
|
Umur ibu ³ 35 tahun
Bekas Sectio Caesarea
Kelainan Medik
-
Hipertensi Kronis
-
Diabetes Mellitus
-
Hypertiroid
-
Penyakit Jantung
-
Asma
Riwayat Obstetri Jelek (ROJ)
Anak terakhir < 2 tahun
Low High (TB < 145cm)
Primi tua
PER (Pre Eklampsia Ringan)
Letak Sungsang
Anak terakhir ³ 5 tahun
Primi tua sekunder
Post tindakan
Gemelli
Post Date
PEB (Pre Eklampsia Berat)
IUFD (Intra Uterine Fetal Distress)
Letak Lintang
Primi muda
Hydramnion
APB (Ante Partum Bleeding)
Lain-lain
|
1039
919
825
247
165
123
123
165
793
308
248
214
184
176
171
137
102
85
79
57
43
30
20
12
12
946
|
16.23
14.36
12.89
3.85
2.57
1.92
1.92
2.57
12.39
4.81
3.88
3.34
2.88
2.75
2.67
2.14
1.59
1.33
1.23
0.89
0.67
0.47
0.31
0.19
0.19
14.78
|
|
|
Jumlah |
6400
|
100%
|
|||
Sumber : Laporan tahunan Poli Hamil I RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, 2000
Berdasarkan data
dari Poli Hamil I RSUD Dr. Sutomo Surabaya tahun 2000, kasus ibu hamil dengan
hypertensi kronis 247 dari 6400 kasus resiko tinggi ibu hamil berarti 3,85%
dari seluruh kasus resiko tinggi. Walaupun prosentase kehamilan dengan
hypertensi kronis termasuk kecil, tetapi komplikasi yang terjadi saat hamil,
melahirkan dan nifas baik pada ibu atau pun janinnya cukup besar. Oleh sebab
itu, penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut, dengan harapan dapat
dilaksanakan penanganan dan pengawasan yang intensif. Tujuannya agar proses kehamilan dan persalinan dapat
berjalan lancar dan normal, dengan penerapan konsep manajemen kebidanan, secara
kompretensif yang meliputi aspek promotif, preventif, keratif dan rehabilitatif
secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan
yang utuh secara bio, psiko, spiritual, sosial dan kultural dengan pendekatan
keluarga dalam upaya membantu memenuhi kebutuhannya. (Santosa. IN, 1996 : 7)
1.2 Identifikasi Masalah
Dari data
kehamilan dengan resiko tinggi di Poli Hamil I RSUD Dr. Soetomo Surabaya
periode Januari sampai Desember 2000, sepuluh besar kasus yang ada adalah :
1.2.1 Umur
ibu lebih dari 35 tahun dengan prosentase sebesar 16,23%
1.2.2 Bekas
Secsio Saesarea dengan prosentase 14,36%
1.2.3 Riwayat
Obstetri Jelek dengan prosentase 12,39%
1.2.4 Anak
terkecil kurang dari 2 tahun dengan prosentase 4,81%
1.2.5
Tinggi badan kurang dari 145 cm
dengan prosentase 3,88%
1.2.6
Hypertensi kronis dengan
prosentase 3,85 %
1.2.7
Primitua dengan prosentase
3,34%
1.2.8
Pre Eklampsi Ringan dengan
prosentase 2,88%
1.3.9 Letak
Sungsang dengan prosentase 2,75%
1.3.10
Anak terkecil lebih dari atau
sama dengan 5 tahun dengan prosentase 2,65 %
1.3 Batasan Masalah
Adapun
pembahasan pada karya tulis ini, penulis hanya membatasi satu klien dengan
kasus multigravida dengan hyipertensi kronis di PH I RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.4 Rumusan Masalah
Setelah
mempelajari 10 kasus yang ada, penulis berusaha merumuskan masalah sebagai
berikut : Bagaimana asuhan kebidanan pada Ny “R” multigravida dengan hypertensi
kronis di PH I RSUD Dr. Soetomo Surabaya ?
1.5 Tujuan Penulisan Karya Tulis
Tujuan penulisan karya tulis
ini adalah :
1.5.1 Tujuan Umum
Setelah
menyusun karya tulis diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan
pada ibu hamil multigravida dengan hypertensi kronis .
1.5.2 Tujuan Khusus
Setelah
menyusun karya tulis yang menggunakan pendekatan manajemen kebidanan diharapkan
mahasiswa mampu :
1.5.2.1 Melakukan
pengkajian (data subyektif, data obyektif dan data penunjang).
1.5.2.2 Melakukan
analisa data, merumuskan diagnosa, masalah dan kebutuhan.
1.5.2.3 Menyusun
rencana kebidanan.
1.5.2.4 Melaksanakan
implementasi sesuai rencana kebidanan.
1.5.2.5
Mengevaluasi hasil asuhan
kebidanan.
1.6 Manfaat
Dengan
penyusunan karya tulis ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1.6.1 Penulis
Hasil karya
tulis ini memberikan wawasan dalam penanganan kehamilan dengan hypertensi
kronis dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
1.6.2 Klien
Meningkatkan
pengetahuan klien sehingga timbul minat dan tanggung jawab terhadap upaya
pemeliharaan kehamilan terutama hamil dengan hypertensi kronis.
1.6.3 RSUD Dr. Soetomo
Dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan asuhan kebidanan untuk kasus yang
sama serta menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, khususnya
asuhan kebidanan pada ibu dengan hypertensi kronis.
1.6.4 Institusi/Pendidikan
Sebagai bahan
kepustakaan dan bacaan bagi yang memerlukan.
1.7 Metode Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Adapun
metode dalam penulisan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah :
1.7.1 Pembahasan
karya tulis menggunakan pendekatan manajemen kebidanan yang berfokus pada
proses pemecahan masalah.
1.7.2 Sumber
Data
Adapun sumber
data dalam penulisan karya tulis ini adalah :
1.7.2.1 Data Primer
Yaitu data yang
diperoleh langsung dari klien melalui wawancara / anamnese observasi dan
pemeriksaan fisik langsung pada klien.
1.7.2.2 Data Sekunder
Yaitu data yang
diperoleh melalui catatan medik dan kebidanan, hasil pemeriksaan, laporan tim
kesehatan yang terkait dan data penunjang.
1.7.3 Tempat
Pengambilan Kasus
Studi kasus dilaksanakan pada ibu hamil yang periksa ulang di Poli
Hamil I RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.7.4 Waktu
Penulisan
Waktu penulisan
karya tulis ini dimulai bulan Juli sampai dengan Oktober 2001.
1.8 Sistematika penulisan
Dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai
berikut :
BAB 1 : Pendahuluan
Meliputi latar
belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat, metode, waktu dan sistematika penulisan.
BAB 2 : Tinjauan Pustaka
Meliputi
batasan/konsep sesuai dengan judul, konsep dasar materi hypertensi kronis dan
konsep asuhan kebidanan pada ibu hamil multigravida dengan hypertensi kronis.
BAB 3 : Tinjauan Kasus
Tinjauan
kasus meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa, masalah dan kebutuhan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB 4 : Pembahasan
Berisi
pembahasan tentang kesamaan dan kesenjangan antara kejadian pada kasus nyata
dengan tinjauan pustaka dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
BAB 5 : Simpulan Dan Saran
Terdiri dari
simpulan penulisan karya tulis dan saran-saran.
BAB 2
T I N J A U A N P U S
T A KA
2.1 Batasan/Pengertian
Adapun batasan/pengertian Asuhan Kebidanan Multi Gravida dengan
Hypertensi Kronis adalah :
2.1.1 Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan
berdasarkan rumusan berbagai pakar dijelaskan sebagai berikut :
Asuhan Kebidanan
adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh bidan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/permasalahan khususnya dalam bidang KIA/KB. (Syahlan. JH,
1993 : 3)
Asuhan kebidanan
merupakan bagian dari pelayanan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan
keluarga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
(Santosa. NI, 1995 : 16)
Manajemen
kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak
yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam memberikan asuhan kebidanan kepada
individu, keluarga dan masyarakat. (Santosa. NI, 1995 : 17)
2.1.2 Multi Gravida
Multigravida
adalah seorang wanita yang telah beberapa kali hamil. (Sastrawinata. S, 1983 :
156)
2.1.3 Hypertensi Kronis Dalam Kehamilan
Hypertensi
kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit hypertensi yang telah terjadi
sebelum hamil ataupun diketemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau
hypertensi yang menetap 6 minggu paska persalinan, apapun yang menjadi
sebabnya. (Winardi. B, 1991 : 2)
2.2 Batasan/Konsep Dasar Hypertensi Kronis
2.2.1 Batasan
Penyakit
hypertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. (Sastrawinata.
S, 1984 : 90)
2.2.2 Klasifikasi Hypertensi
Menurut American
Committee and Maternal Welfare yang dikutip oleh Sulaeman Sastrawinata dalam
buku Obstetri Patologi tahun 1981, klasifikasi hypertensi adalah sebagai
berikut :
2.2.2.1 Hypertensi
yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah preeklampsia
dan eklampsia.
2.2.2.2 Hypertensi
Kronis
Diagnosa
dibuat atas adanya hypertensi sebelum kehamilan atau penemuan hypertensi
sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hypertensi ini tetap setelah kehamialn
berakhir.
2.2.2.3 Preeklampsia
dan eklampsia yang terjadi atas dasar hypertensi yang kronis. Pasien dengan
hypertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dalam kehamilan dengan
gejala-gejala hypertensi yang naik, proteinuri dan edema serta kelainan retina.
2.2.2.4 Transient
Hypertensi
Diagnosa
dibuat kalau timbul hypertesi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dalam
nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan yang hilang dalam 10 hari post
partum.
2.2.3 Derajad Beratnya Hypertensi Akibat Kehamilan
Hypertensi
akibat kehamilan dapat diklasifikasikan ke dalam bagian ringan atau berat,
menurut frekuensi dan intensitas kelainannya. Adalah penting untuk menyadari
bahwa suatu keadaan yang kelihatannya ringan dapat menjadi berat. (Winardi. B,
199: 8)
Tabel 2.1 Indikator Derajad Beratnya Hypertensi Akibat Kehamilan
Kelainan Ringan Berat
Tekanan Distolik < 100mmHg > 110mmHg
Proteinnuri 1+ ³ 2+
Sakit kepala tidak ada ada
Gangguan penglihatan tidak ada ada
Nyeri perut atas tidak ada ada
Oliguri tidak
ada ada
Kejang tidak
ada ada
Creatinin serum normal meningkat
Trombosito penia tidak ada ada
Hyperbilirubinemia tidak ada ada
SGOT minimal nyata
Fetal Growth
Retardasion tidak
ada ada
jelas
Sumber : Pritcard, Mac Donald, Giant.
William Obstetri, 1991 : 612
2.2.4 Patofisiologi Hipertensi Kronis
Terdapat
banyak akibat hypertensi karena kehamilan yang terjadi pada ibu, berikut akan
dibahas berdasarkan analisa kelainan kardiovaskuler, hematologik, endokrin,
elektrolit, renal, hepatik dan serebral. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991:
616)
2.2.4.1 Sistem Kardiovaskuler
Meskipun
terdapat peningkatan curah jantung pada ibu hamil normal, tekanan darah tidak
meningkat, tetapi sebenarnya menurun sebagai akibat resistensi perifer
berkurang. Pada ibu hamil dengan hypertensi, curah jantung biasanya tidak
berkurang, karena curah jantung tidak berkurang sedang konstriksi arteriol dan
tahanan perifer naik, maka tekanan darah akan meningkat. (Pritchard, Mac
Donald, Gant. 1991 : 616)
2.2.4.2 Hematologik
Perubahan-perubahan
hematologik penting yang ditemukan pada wanita hypertensi ialah penurunan atau
sebenarnya tidak terjadinya hypervolemia yang normal pada kehamilan,
perubahan-perubahan mekanisme koagulasi dan adanya peningkatan dekstruksi
eritrosit. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 619)
2.2.4.3 Endokrin
Pada
kehamilan normal, kadar plasma renin, angiotensin II dan aldosteron meningkat.
Sebaliknya pada hypertensi karena kehamilan, bahan tersebut biasanya menurun
mendekati batas normal pada keadaan tidak hamil.
Peningkatan
aktivitas hormon anti deuritik juga menyebabkan oliguri, kadar chorionic
gonadotropin dalam plasma meningkat secara tidak tetap sebaliknya lactogen
placenta menurun. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 620)
2.2.4.4 Cairan dan Elektrolit
Biasanya
volume cairan ekstraselular pada wanita dengan preeklampsia dan eklampsia
sangat bertambah melebihi penambahan volume yang biasanya terjadi pada
kehamilan normal. Mekanisme yang menyebabkan ekspansi cairan yang patologis
belum jelas. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 621)
2.2.4.5 Perubahan Hepar
Pada
HKK (Hipertensi Karena Kehamilan) yang berat, kadang terdapat kelainan hasil
pemeriksaan hati yang meliputi peningkatan SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminace), hyperbilirubin yang berat jarang terjadi. (Pritchard, Mac
Donald, Gant. 1991 : 623)
2.2.5 Pengaruh Hipertensi Terhadap Kehamilan
Sebagai
akibat penurunan sirkulasi uteroplasenta maka konsumsi makanan terhadap janin juga mengalami penurunan.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan badan janin merupakan akibat yang paling
sering, dalam penelitian mendapatkan frekuensi 15% bayi IUGR dan 27% bayi
premature walaupun dilakukan perawatan standart. (Winardi. B, 1991 : 5)
Diduga
bahwa kapasitas nutrisi plasenta dalam keadaan tersebut dipacu oleh peningkatan
tekanan perfusi, dengan ini pula maka peningkatan klirens dehidroisoandosteron
sulfat. (Winardi. B, 1991 : 6)
Solusio
placenta sejak lama diketahui lebih sering dijumpai pada ibu dengan hypertensi.
Insiden tertinggi didapatkan pada ekslampsi 23,6% disusul hypertensi kronis 10%
dan pre eklampsi 2,3%.(Winardi. B, 1991
: 6)
2.2.6 Pengaruh Kehamilan Terhadap Hypertensi
Dikatakan
60% dari wanita yang menderita hypertensi kronis, pada saat hamil akan
mengalami kenaikan tekanan darah, 15-30% mempunyai resiko untuk mendapatkan
superimposed pre eklampsia.
Resiko
terjadinya superimposed pre eklampsi tidak tergantung pada tingkat hypertensinya.
Bila terjadi penurunan fungsi renal (BUN > 20mg%) kreatinin serum > 1,5mg% pada keadaan hypertensi
kronis, maka resiko terjadinya superimposed pre eklampsi mendekati angka 100%.
Dengan
meningkatnya tensi pada saat hamil maka resiko lain juga menjadi lebih tinggi
misalnya infark miokard akut, CVA, payah jantung, gagal ginjal, hematuria.
(Winardi. B, 1991 : 6)
2.2.7 Diagnosa
2.2.7.1
Diagnosa hypertensi ditegakkan
dengan pengukuran secara serial dalam waktu berbeda-beda, dengan selang waktu
beberapa jam sampai beberapa hari, teknik pemeriksaan sangat penting
diperhatikan, karena harus dilakukan dengan benar. (Winardi. B, 1991 : 7)
2.2.7.2
Cara Pengukuran
Cara pengukuran
tekanan darah yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
1. Memakai alat sphygnomanometer
air raksa dengan menggunakan sthetoscope yang baik (peka)
2. Posisi duduk praktis untuk skrining
3. Posisi berbaring lebih memberikan hasil yang
bermakna
4. Lengan atas harus bebas dari baju yang ketat
5. Memakai cuff yang sesuai (dapat melingkari 2/3 panjang lengan
atas). (Winardi. B, 1991 : 7)
2.2.7.2
Diagnosa hypertensi kronis
Diagnosa
hypertensi kronis harus memnuhi kriteria sebagai berikut :
1.
Terjadi sebelum hamil atau
sebelum 20 minggu kehamilan
2.
Tidak ada proses mola (Winardi.
B, 1991 : 7)
Apabila
penderita datang pertama kali sesudah minggu 20-24 kehamilan, sulit untuk
membedakannya dengan PIH. Secara khusus kita bisa mengadakan diagnosa banding
dengan beberapa ciri yang agak berbeda dengan PIH antara lain sebagai berikut :
Tabel 2.2 Perbedaan Hypertensi Kronis dengan PIH
Differensial Diagnosa
Karakteristik Hypertensi Kronis PIH
1. Onset sebelum hamil/ sesudah minggu 20 -
hamil
< 20 – 21 minggu 24 kecuali
penyakit
tropoblast
2. Usia
biasanya
relatif tua relatif muda
3. Paritas
biasanya
multi biasanya
primi
4. Nutrisi diet adekuat diet protein
inadekwat
5. Roll
Over Test negatif positif
6. Sesudah
persalinan permanen, sesudah 3 bulan biasanya hilang
6
mg pp selalu hilang
3
bln pp
7. Riwayat
keluarga positif biasanya
negatif
8. Proteinun seringkali negatif biasanya
positif
Sumber : Winardi, B. 1991. Hipertensi
Kronis Pada Wanita Hamil : 8
2.2.7.4 Pemeriksaan
Labotarium
Pemeriksaan
pendahuluan diperlukan untuk menyingkirkan penyakit yang secara sekunder dapat
menyebabkan hypertensi antara lain :
1. Faal ginjal :
untuk mengetahui kemungkinan penyakit ginjal menahun seperti pielonefritis
akut, polikistik,dll.
2. Cultur urine :
untuk mengetahui kemungkinan infeksi ginjal.
(Winardi.
B, 1991 : 8)
2.2.7.5 Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
penunjang yang diperlukan untuk menegakan diagnosa hipertensi kronis adalah
sebagai berikut :
Pemeriksaan mata : dengan funduscopy untuk
evaluasi lamanya penyakit diderita
Pemeriksaan jantung : dengan bantuan ECG dapat
kita diagnosa adanya komplikasi pembesaran jantung yang menggambarkan lamanya
proses hypertensi.
(Winardi.
B, 1991 : 8)
2.2.7.6 Pemantauan
Kesejahteraan Janin
Oleh karena
penyakit hypertensi kronis sering kali menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan janin, maka pemantauan kesejahteraan janin mutlak harus dilakukan.
Pemantauan bisa dilaksanakan dengan cara paling sederhana berupa pemantauan
pertambahan berat badan, tinggi furdus uteri hingga paling canggih dengan
pamakaian USG, NST dll. (Winardi. B, 1991 : 9)
2.2.8 Penatalaksanaan
Tujuan dari
pengelolaan/pengobatan penderita hypertensi kronis pada wanita hamil adalah :
2.2.8.1 Untuk mempertahankan
aliran darah pada uterus terutama pada saat pembentukan plasenta.
Usaha – usaha yang di perlukan untuk mencapai usaha tersebut adalah
:
Tirah
baring
Tirah baring terutama pada
siang hari mulai setidak-tidaknya 1 jam dalam sehari dan ditingkatkan sesuai
umur kehamilan. Curet menganjurkan bed rest selama 4 jam pada siang hari
disamping tidur malam 10 jam. (Winardi. B, 1991 : 10)
Keunggulan tirah
baring ini dapat meningkatkan perfusi utero placenta terutama pada posisi tidur
miring kiri.
Mekanisme tirah baring dijelaskan sebagai berikut :
Tirah Baring (miring)
â
Aliran darah rahim ä RBF ä GFR ä
â â
Amine endogen å PNM å Diurisis ä
Epi/Nonepinefrun T D å â
|
Keterangan :
RBF : Aliran Darah Ginjal
GFR : Glomerular Filtration Rate
TD : Tekanan Darah
PNM : Kematian Perinatal (Winardi. B, 1991 : 10)
Tirah baring absolut tidaklah diperlukan. Dikatakan bahwa absolute
bed rest dapat meningkatkan resiko embas paru. Selain itu dari segi psikologis
ibu kurang menguntungkan. Pada hypertensi yang berat disarankan tirah baring
sampai saat persalinan.
Pemberian Obat
Pemberian phenobarbital dikatakan dapat meningkatkan keberhasilan
program tirah baring ini. Apabila tirah baring dan pemberian sedatif ringan tak memberikan respon, perlu
dipikirkan pemberian anti hypertensi. (Winardi. B, 1991: 12)
Diet
Diet yang baik
diperlukan bagi pertumbuhan janin dalam rahim. Kandungan protein minimal 90 gr
setiap hari. Diet rendah garam tidak ada keuntungan, bila didapatkan proteinuri
maka suplement pengganti protein yang hilang harus dipikirkan. Pada penderita
obesitas ada baiknya menurunkan berat badan. (Winardi. B, 1991 : 12)
2.2.8.2 Untuk mengendalikan
hypertensi dan mencegah superimposed pre eklampsia/eklampsia.
Pada hypertensi
ringan terapi yang diajarkan adalah tirah baring saja dengan pemantauan yang
rutin 2x seminggu, sampai minggu ke 30, sesudahnya seminggu sekali, bila perlu
dapat diberikan phenobarbital, juga diet seimbang karbohidrat. Sedangkan obat
anti hypertensi yang sering dipakai adalah alfa metildopa, beta blockers,
hidralazin, clonidine, prazosun, antagonis kalsium, diuretikum. (Winardi. B,
1991 : 12)
2.2.8.3 Pengakhiran kehamilan
bila keadaan menjelek atau terjadi gangguan pertumbuhan janin, apabila janin
mampu hidup diluar tubuh ibu.
Oleh
karena disfungsi plasenta seringkali terjadi pada hypertensi esensial yang
berat, dan kematian bayi pada umur kehamilan 38 mg tidak berbeda dengan
kehamilan aterm, maka induksi persalinan dianjurkan.
Indikasi
penyelesaian kehamilan dapat datang dari ibu maupun janin, indikasi itu
meliputi:
Peningkatan serum kreatinin > 50% dari
pemeriksaan sebelumnya, gangguan neurologik berat, platelet count dibawah
100x109/1, hypertensi tak terkontrol, peningkatan serum bilirubin.
Indikasi anak : berkurangnya pertumbuhan dan pergerakan janin,
maturitas paru, kardiotokografi abnormal.
Cara
penyelesaian persalinan dilakukan sesuai dengan situasi dan persyaratan yang
ada. (Winardi. B, 1991 : 19)
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Multi Gravida Dengan Hypertensi
Kronis
Penerapan
manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktik kebidanan dilakukan melalui
proses yang disebut langkah-langkah proses manajemen kebidanan. Langkah-langkah
itu meliputi : pengkajian, analisa data, diagnosa, masalah dan kebutuhan, intervensi,
implementasi dan evaluasi hasil tindakan.
Proses
manajemen kebidanan merupakan proses yang terus menerus dilaksanakan, dan
kemudian timbul masalah baru maka proses kembali ke langkah pertama. (Santosa.
NI, 1995 : 6)
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian
merupakan langkah awal dalam melaksanakan asuhan kebidanan. Kegiatan yang
dilakukan adalah anamnesa, pemeriksaan data obyektif yang meliputi palpasi,
auskultasi, perkusi, inspeksi serta pemeriksaan penunjang.
2.3.1.1 Anamnesa
Anamnesa
ialah tanya jawab antara penderita dan petugas kesehatan tentang data yang
diperlukan.
Tujuan
anamnesa meliputi : untuk mengetahui keadaan penderita, membantu menegakkan
diagnosa dan agar dapat mengambil tindakan segera bila diperlukan. (Ibrahim.
C,1996 : 80)
Hal-hal yang ditanyakan
pada saat anamnesa meliputi :
Anamnesa |
Rasional |
1.
Anamnesa Umum
Biodata
terdiri darai nama klien dan suami, usia, suku bangsa, agama, pendidikan
terakhir, pekerjaan dan penghasilan serta alamat.Pada penderita dengan
Hipertensi Kronis, usia biasanya lanjut atau lebih dari 35 tahun.
2.
Anamnesa kesehatan keluarga
Terdiri dari
penyakit keluarga klien, apa ada yang menderita penyakit keturunan (asma),
diabetes mellitus, haemophili keturunan kembar dan penyakit kronis. Pada
penderita dengan Hipertensi Kronis ditanya pula apakah dari pihak keluarga
ada yang menderita penyakit hipertensi.
3.
Anamnesa kesehatan klien
Yang perlu
ditanyakan adalah sakit kepala, gangguan mata, nyeri perut atas, dan apakah
sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan 20-21 minggu pernah menderita
hipertensi .
4.
Anamnesa kebidanan terdiri
dari
Riwayat
kehamilan ini ( keluhan nutrisi, pola eliminasi, astifitas, pola
istirahat/tidur, seksualitas, imunisasi)
Riwayat
menstruasi (menarche, lama haid, siklus, jumlah darah haid, dismenorrhae, keluhan,
hari pertama haid terakhir, fluor)
Riwayat
kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu, apakah pernah disertai dengan
hipertensi.
|
Dengan adanya biodata kita dapat mengenal
klien serta diketahui permasalahan yang timbul sehingga lebih terbuka membicarakan
masalah kepada petugas kesehatan. (Ibrahim. C, 1996 : 81)
Dengan menanyakan penyakit/kesehatan
keluarga dapat diketahui penyakit yang mempengaruhi kehamilan, langsung
ataupun tak langsung. (Ibrahim. C, 1996 : 83)
Dengan menanyakan gangguan subyektif
kepada klien dapat membantu menegakkan diagnosa
Dengan menanyakan riwayat kehamilan
sekarang diharapkan petugas kesehatan mengetahui keadaan kehamilannya.
(Ibrahim. C, 1996 : 85)
Dengan menanyakan riwayat menstruasi
untuk membantuk menegakkan diagnosa (umur kelahiran) dan tafsiran persalinan
Dengan menanyakan riwayat kehamilan,
persalinan, nifas, KB yang lalu maka petugas kesehatan dapat memperkirakan
kelainan pada kehamilan maupun persalinan
|
2.3.1.2 Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan
umum adalah pemeriksaan yang lengkap dari penderita untuk mengetahui keadaan
atau kelainan dan penderita.
Tujuan
dari pemeriksaan umum : untuk mengetahui kesehatan umum ibu dan mengetahui
adanya kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan. (Ibrahim. C,1996: 87)
Pemeriksaan umum pada ibu hamil dengan
hypertensi kronis meliputi :
No
|
Pemeriksaan |
Rasional |
1.
2.
3.
|
Keadaan umum meliputi :
-
Postur tubuh klien (tinggi
atau pendek) bentuk perut klien, ekspresi klien (lesu, pucat atau senang).
(Ibrahim. C, 1996 : 87)
Tanda-tanda vital
-
Tekanan darah : pada usia
kehamilan 20-30 minggu. Normalnya pada wanita hamil dibagi menurut umur
sebagai berikut :
20 tahun : Tekanan darah 120/80 mmHg
20-30 tahun : Tekanan darah
110/70 mmHg
(Ibrahim. C, 1996 : 91).
Pada
penderita dengan hipertensi kronis didapatkan tekanan darah >140/90 mmHg sebelum hamil atau sebelum
usia kehamilan 20-21 minggu.
-
Nadi : dihitung 15 menit
dikalikan empat, menghitung dengannadi pada pergelangan tangannya.
(Bouwhizen. M, 1986 : 28)
-
Suhu : suhu badan normalnya
36,5oC-37.5oC. (Bouwhizen. M, 1986 : 14)
-
Respirasi : respirasi
dihitung dari keteraturan pernapasan
normalnya 18-24 x 1 menit. (Bouwhizen. M, 1986 : 28)
Mengukur berat badan
Beratbadan pertambahannya sampai hamil
genap bulan lebih kurang 11-11,5 kg sehingga kenaikan rata-rata berat badan
setiap minggu 0.5 kg. (Ibrahim. C,1996 : 110)
Pada penderita Hipertensi Kronis yang
mengarah kearah superimposed pre eklampsia didapatkan kenaikan berat badan
yang melebihi dari normal.
Mengukur tinggi badan
Pengukuran tinggi badan dilakukan pada
ibu yang pertama kali datang. Tinggi badan tidak boleh £ 145 cm. (Manuaba. IBG, 1998 : 37)
Mengukur lingkaran lengan atas (LILA)
normalnya ³23,5 cm. (Santosa. NI, 1995 : 67)
|
Dengan melihat keadaan umum pasien atau
klien dapat diketahui keadaannya normal atau menunjukkan adanya kelainan
Pada wanita hamil yang dikatakan darahnya
lebih dari normal perlu mendapat pengawasan dan nasehat untuk banyak
istirahat dan pengaturan denyut
Pada penderita yang mengalami kehilangan
darah maka frekuensi denyut nadi pergelangan tangan akan meningkat dan
denyutnya lebih sukar diraba
Pada penderita dengan suhu tubuh lebih
dari 38oC menunjukkan orang yang bersangkutan mengalami demam,
kalau suhu tubuh kurang dari 35oC maka orang tersebut mengalami
suhu rendah.
Dengan menghitung pernapasan dapat kita
ketahui apakah pernapasan penderita terhenti sama sekali atau tidak, sehingga
perlu segera diambil tindakan untuk menyelamatkan penderita
Dengan mengukur berat badan dan memantau
hasilnya. Pada kenaikan berat badan yang lebih dari 0,5 tiap minggunya dan
disertai adanya aedema pada trimester III harus diwaspadai
Dengan mengukur tinggi badan dapat kita
ketahui apakah ibu hamil masih belum katagori resiko tinggi atau resiko
rendah
Dengan mengukur LILA dapat diketahui
status gizi ibu (apakah mengalami kekurangan energi kalori atau tidak)
|
2.3.1.3 Pemeriksaan fisik dibagi menjadi :
1.
Pemeriksaan Inspeksi ialah
Pemeriksaan Inspeksi
ialah
memeriksa penderita dengan melihat atau memandang.
Tujuan
dari inspeksi ialah melihat keadaan umum penderita melihat gejala-gejala
kehamilan dan kemungkinan adanya kelainan-kelainan. (Ibrahim. C,1996: 111)
Hal-hal yang diperiksa |
Rasional
|
Kepala dan muka (muka, mata, hidung,
bibir dan gigi), apakah ada oedema dan
gangguan penglihatan.
Keadaan leher (kelenjar gondok, linfe,
struma, pembesaran vena jogularis)
Keadaan buah dada (betuk, warna kelainan,
puting susu, coloustrun)
Keadaan perut (bentuk perut, pembesaran,
striae, linea, luka parut)
Keadaan vulva (aedema, tandu chadwik,
varisei, fluxus, flour, candi lama)
Keadaan tungkai (aedema, varises, luka
dari pangkal paha samapai ujung kaki)
|
Dengan melihat kepala dan muka dapat
disampaikan keadaan klien sehat, gembira, sakit atau sedih. (Ibrahim. C, 1996
: 112)
Dengan melihat keadaan leher adalah
pembesarannya kemungkinan adanya gangguan kardiokvasikuler. (Ibrahim. C, 1996
: 113)
Dengan melihat keadaan buah dada dapat
diketahui bentuk puting susu sehingga bila ada kelainan harus mendapat
perawatan atau pemeliharaan yang baik. (Ibrahim. C, 1996 : 114)
Dengan melihat perut bila ada luka parut
mungkin akan berpengaruh atau mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
(Ibrahim. C, 1996 : 114)
Dengan melihat keadaan vulva untuk
mencegah terjadinya infeksi waktu persalinan maupun nifas. (Ibrahim. C, 1996
: 115)
Dengan melihat anggota bagian bawah
terutama tungkai dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa. (Ibrahim. C, 1996 :
115)
|
2.
Pemeriksaan Palpasi
Pemeriksaan
palpasi ialah memeriksa klien dengan meraba. Tujuan dari pemeriksaan palpasi
meliputi usia kehamilan, posisi, letak dan presentasi janin serta adanya
kelainan.
Hal-hal yang diperiksa meliputi :
Pemeriksaan |
Rasional |
Leher meliputi kelenjar thygroid, linfe
dan vena jogularis
Dada meliputi benjolan, nyeri tekan pada
payudara, pengeluaran coloustrum
Abdomen meliputi leopold I, II, III, IV
Tungkai
|
Dengan pemeriksaan palpasi pada leher
untuk mengetahui kelainan seacara dini
Dengan pemeriksaan dada untuk mengetahui
adanya tumor payudara dan pengeluaran coloustrum
Dengan palpasi abdomen maka dapat
diketahui usia kehamilan dan posisi janin
Dengan palpasi
tungkai maka dapat diketahui adanya kelainan yang menyertai kehamilan.
(Ibrahim. C, 1996 : 121)
|
Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan
umur kehamilan :
Umur
kehamilan
|
Tinggi
findus uteri (jari)
|
Tinggi
firdus uteri (cm)
|
0-12 minggu
16 minggu
20 minggu
24 minggu
28 minggu
32 minggu
36 minggu
40 minggu
|
Belum berubah
3 jari atas symphisis
3 jari bawah pusat
Setinggi pusat
3 jari diatas pusat
Antara pusat dan processus xyphoideus
Lengkungan tulang iga atau lebih kurang 3
jari dibawah processus xyphoideus
3 jari dibawah processus xyphoideus
(Ibrahim. C, 1996 : 124)
|
-
-
20 cm
23 cm
26 cm
30 cm
33 cm
|
3. Pemeriksaan Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi adalah memeriksa klien dengan mendengarkan
detil jantung janting, untuk menentukan keadaan janin didalam rahim hidup atau
mati. (Ibrahim. C,1996 : 137)
4. Pemeriksaan Perkusi
Pemeriksaan
perkusi adalah memeriksa klien dengan mengetuk lutut bagian depan menggunakan
refleks hammer untuk mengetahui kemungkinnan klien mengalami kekurangan vitamin
B1. (Syahlan. JH, 1993 : 68)
2.3.1.4 Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
penunjang meliputi pemeriksaan labotarium (urin dan darah) kalau perlu rontgen,
ultrasonografi dan Non Stres Test (NST). (Santosa. NI, 1996 : 6 )
2.3.2 Analisa
Data, Diagnosa, Masalah, Kebutuhan
Analisa,
diagnosa, masalah adalah interpretasi dan data ke dalam masalah-masalah yang khusus
atau diagnosa-diagnosa. (Varney, 1997 : 25)
Hasil
dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang
disebut diagnosa kebidanan.
Diagnosa
kebidanan mencakup : kondisi klien yang terkait dengan masalah-masalah utama
dan penyebab utamanya (tingkat resiko), masalah potensial dan prognosa
(Syahlan, 1995 : 9)
Masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien.
(Syahlan, 1995 : 10)
Analisa
data dalam rangka menentukan diagnosa atau masalah klien meliputi
pengelompokkan data sejenis, yang dapat menunjang untuk merumuskan suatu
diagnosa, masalah ataupun kebutuhan klien. Analisa data pada klien dengan
hypertensi kronis meliputi :
2.3.2.1 Diagnosa
Multi gravida dengan hypertensi kronis
Data pendukung : 1. Kehamilan lebih dari
satu kali, 2. Tekanan darah arteri melebihi 140/90 mmHg, 3. Tidak terdapat
protein dalam urine, 4. Oedema ekstremitas hanya sedikit atau tidak ada.
(Muchtar. R, 1998 : 158)
2.3.2.2 Masalah
Adapun
masalah-masalah yang timbul pada ibu hamil dengan hypertensi kronis adalah :
Gangguan rasa nyaman pusing, data pendukung
: 1. Klien mengeluh kadang-kadang kepala pusing, 2. Keadaan umum ibu baik, 3.
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih.
2.3.2.3 Kebutuhan
Nasehat
yang dapat dianjurkan pada ibu hamil dengan hypertensi kronis adalah sebagai
berikut :
1. Istirahat (tirah baring)
2. Pemberian obat anti hypertensi
3. Diet nutrisi seimbang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar