Minggu, 29 Januari 2012

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG PADA ANAK


LAPORAN PENDAHULUAN
 KEJANG PADA ANAK

A.     DEFINISI
Kejang adalah gangguan lepas muatan listrik yang berlebihan dari sinkrom pada sekelompok sel neuron  otak. (Ngastiyah,1997)

Klinis :  gejal adanya gangguan fungsi otak karena suhu tinggi, radang, tumor, trauma dan gangguan elektrolit atau metabolisme.

B.     KLASIFIKASI KEJANG
Menurut Ngastiyah dalam perawatan anak sakit
1.       Kejang bayi baru lahir ( kueang dari 28 hari )
2.       kejang dengan panas badan
Ø  Tetanus
Ø  Kejang demam
Ø  Kejang karena radang otak
·         Meningitis
·         Encephalitis
·         Meningoencephalitis
·         Abses otak
3.       Epilepsi
4.       Lain-lain : trauma, tumor, gangguan elektrolit, perdarahan.
C.     AKIBAT KEJANG
Akibat kejang munngkin terjadi :
-          Tidak apa – apa
-          Epilepsi
-          Cacat mental atau ganngguan kepribadian
-          Cacat fisik atau kelumpuhan
-          Kematian
·         Kepayahan
·         Hipertensi
·         Tekanan intra kranial

D.     ETIOLOGI
Etiologi kejang digolongkan :
        I.      Intrakranial
1.       Gangguan metabolik
-          Hiperglikemi
-          Hipokalsemia
-          Hipomagnesium
-          Gangguan elektrolit 
2.       Toksik
-          Intoksikasi anastesi
-          Drug withdrawal (penghentian obat)
3.      Kelainan diturunkan
-          gangguan metabolisme
-          kekurangan peridoxin
4.      Kernikterus

II.     Ekstrakanial
1.       Asfiksia
2.       Trauma ( perdarahan )
3.       Infeksi
      -   bakteri dan virus
4.       Kelainan 
III.  Idiopatik 
-          kejang yang terjadi 48 jam pertama yaitu asfiksia, trauma lahir dan hipoglikemi
-          kejang hari ke 5 – 27 yaitu hipokalsemia ( bukan komplikasi)
-          kejang antara hari 7 – 10  karena infeksi dan kelainan genetik
5.       PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak diperlikan energi yasm didapat dari metabolisme.bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru- paru dan diteruskan keotak melalui sistem kardiovaskuler.
Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang teridri dari permukaan membran yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilaalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,kecuali ion klorida (Cl-). Akibat konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat  keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan sdiluar sel, maka terdapat keadaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbengan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan en  zim Na-K ATP- ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat  diubah menjadi :
1.       perubahan kosentrasi ion diluar ekstraseluler
2.       rangnsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
3.       perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada seoarang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubnuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu, kenaikansuhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatn listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun kemembran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadi kejang.
    
6.       DIAGNOSTIK
Diagnosa berdasarkan atas :
              I.       Anamnese
1.       Banngkitan kejang
-          apakah betul kejang
-          panas badan +/-
-          lamanya, pola frekuensi
1.        Riwayat keluarga
2.       riawyat sebelum kejang yaitu pada saat persalinan atau trauma.
           II.       Pemeriksaan fisik
·         Bentuk kejang
·         Kesadaran
·         Kelainan neurologi
·         Tanda vital : suhu, tekanan darah, RR, nadi
·         Penyakit lain : GE, jantung, ginjal
        III.       Pemeriksaan laboratorium
·         DL, UL, Elektrolit
·         Pungsi lumbal
·         Foto kepala, EEG, Funduskopi, transiluminasi
7.       PENATALAKSANAAN                            
1.       Atasi kejang : -  Diazepam 0,3 – 0,5 mg/Kg BB
-    Luminal 8 – 10 mg/KgBB
2.       Prinsip A,B,C : Manual/elektro (saction)
3.       Terapi penyebab
-          Antibiotik
-          Tindakan operasi
4.       Terapi simtom dengan menurunkan panas :
-          Antipiretik
-          Kompres
5.       Terapi supportif
-          Infus
-          Cairan elektrolit
-          Roborantia
-          O2


TINJAUAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN


·         Kaji RR
·         Kaji laporan orang tua tentang kejang tonik/klonik selama 1 tahun
·         Kaji tentang pemberian obat selama terjadi kejang (keteraturan obat)
·         Kaji riwayat kejang
·         Kaji riwayat kehamilan orang tua adakah toksemia selama akhir pertengahan kahamilan.
·         Kaji tentang tunbuh kembang anak : adakah penurunan DTRs, kaji tingkat kesadaran, kaji tentang r eaksi terhadap stimulus

Pemeriksaaan Neurologis

1.      Perilaku dan statua mental  : mengukur kemampuan ank untuk brhubungan dengan orang lain, tingkat kemampuan dan aktivitas, misalnya hiperaktivitas dan hipoaktivitas.
2.      Pemeriksaan motorik
a.       Penilaian kekuatan otot yaitu erdiri, berjalan, otot pernafasan.
b.       Penilaian tonus otot
c.       Pengujian koordinasi motorik halus
d.      Gerakan involunter
e.       Pemeriksaan reflek,misalnya keberadaan, ketiadaan, peningkatan dan penurunan reflek.
3.      Pemeriksaan sensorik
a.       Rasa  kecap, penciuman, pendengaran dan raba
b.       Gerakan mata

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1.       Resiko tinggi terhadap inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan relaksaasi lidah dan reflek gangguan sekunder terhadap gangguan intervensi otot.

Kriteria Hasil:
1.      Klien akan menunjukan potensi jalan nafas kontinyu.
2.      keluarga akan menggambarkan intervensi untuk mempertahankan jaln nafas pasien selama kejang.
kriteria pengkajian fokus                                       makna klinis
1.  Riwayat aktifitas kejang
2.  Status pernafasan selama kejang         1,2. gerakan tonik atau klonik selama kejang dapat menyebabkan lidah turun kebelakang dan menghambat jalan nafas.

Intervensi
Rasional
1.  Selama kejang lakukan hal berikut :
a. Berikan privasi bila mungkin
b.Baringkan klien dilantai bila mungkin
c. Setelah kejang baringkan klien dengan posisi miring.
d.         Bila tidak memungkinkan untuk membaringkan dalam posisi miring angkat dagunya keatas dan kedepan dengan kepala mendongak kebelakang   untuk membantu membuka jalan nafas.
1.       tindakan ini dapat membantu menurunkan cedera dan arasa malu.( Hickey,1992)

2. Obsrvasi kejang dan dokumentasikan karakteristiknya
a. Awitan dan durasi
b.Kejadian prakejang (misal : penglihatan,pendengaran, penciuman atau rangsang taktil )
c. Bagian tubuh dimana kejang mulai gerakan awal
d.         Mata: terbuka dan terpejam, ukuran pupil
e. Bagian tubuh yang terlihat, tipe gerakan
f. Aktivitas motorik involunter (misalnya mengecap bibir, atau menelan berulang kali )
g.Inkontinensia (fekal atau urine )
h.Penurunan kesadaran
i.  Paska kejang : kemampuan bicara, tidur, bingung, kelemahan paralisis. 
2.       informasi ini memberi petunjuk pad lokasi fokus epiloptogenik pada otak dan bermanfaat adlam memandu tindakan.

Intervensi
Rasional
3.Bila klien mengeluh aura, anjurkan klien berbaring
3.       posisi rekumben dapat menceagah cedera karena jatuh.

4. Ajarkan anggota keluarga atau orang terdekat  cara berespon padaklien selama kejang
4. orang lain dapat diajarkan tondakan untuk mencegah obstruksi jalan nafas dan cedera


2.       resiko tinggi  terhadap isolasi sosial yang berhubungan dengan rasa malu sekundr terhadap mengalami kejang dibanyak orang
kriteria pengkajian fokus                                       makna klinis
1.      Pola sosialisasi biasanya:                     1. klien beresiko tainggi dikaji
Hobi, minat pada orang lain,                  dengan cermat karena penderita
Tetangga dan sekolah                             yang dengan isolasi sosial tidak
                                                                selalu cepat tampak
2.      Masalah berkenaan dengan                 2. perasaan penolakan dan malu
sosialisasi                                                 adalah umum

Intervensi
Rasional
Bantu klien mengenali kebutuhuan sosialisasi

Klien yang cenderung kejang dapat memisahkan dari keluarga, teman dan kontak sosial lain.
Berikan dukungan dan  validasi bahwa masalah yang klien hadapi adalah normal
Perawat harus sensitif  terhadap dampak kejang dan citra tubuh klien, menghasilkan konsep diri dan minat pada aktivitas sosial.
Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang menyenangkan dan takberbahaya.
Rasa takan cedera akan mengakibatkan isolasi
Tekankan pentingnya mematuhi rencana pengobatan
Kepatuhan pada regimen pengobatan dapat  membantu mencegah atau mengurangi episode kejang.
Diskusikan pengungkapan diagnostik dengan anggota keluarga

Dialog terbuka dengan keluarg adapat memberitahukan mereka

Terlebih dahulu tentang kemungkinan kejang, yang dapat mengurangi keterkejutan menyaksikan kejang dan memunngkinkan membantu tindakan.

Diskusikan situasi dimana klien dapat menemui orang lain pada situasi yang serupa misalnya kelompok pendukung, yayasan epilepsi

Dengan berbagi pada orang lain pada  situasi yang serupa dapat memberi klien pandangan yang lebih realistik tentang gangguan kejang dan persepsi  sosial.


3.       resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan terhadap regimen  terapeutik sehubungandengan insufisiensi pengetahuan tentang kondisi, medikasi, perawatan selama kejang, bahaya lingkungan, dan sumber-sumber komunitas
Kriteria pengkajian  fokus
Makna klinis
1.       Penngetahuan saat ini tentang kejang dan penatalaksanaannya
2.       faktor penunjang ,meliputi hal  berikut : ansietas, diagnosa baru, kekurangan instruksi sebelumnya.
3.       sumber-sumber ( keluarga d an teman sebaya )
4.       sikap, perasaan dan masalah yanng berhubunngan dengan gangguan kejang
5.       kesiapan dan kemampuan belajar
1 – 5  Pengkajian membantu mengidentifikasi setiap faktor yang dapat mempengaruhi belajar.klien atau keluarga yang tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran memerlukan  rujukan untuk bantuan paskapulang


Intervensi
Rasional
1.       Ajarkan tentang gangguan kejang dan pengobatan 



2.       Bila klien sedang dalam terapi obat, ajarkan tentang treapi obat:

a.       jangan menghentikan obat tiba – tiba
b.       efek samping dan tanda toksisitas


c.       pentinngnya untuk memantau kadar obat dalam darah.

d.      pentingnya untuk melakukan pemeriksaan hitung darah lengkap secara periodik, bila diindikasiksan             
e.       efek difenilhidantoin (dilantin),bila diperintahkan pada jaringan gusi dan kebutuhan pemeriksaan gigi rutin.
3.       Berikan informasi tentang informasi yang meningkatkan resiko kejang
4.       Bahas mengapa aktivitas tertentu yang berbahaya and harus dihindari.




5.       Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri dan saling mengekspresikan.






6.       Rujuk klien dan keluarga pada sumber komunitas dan bahan bacaan untuk membantu pentalaksanaan  
1.  Pengertian klien dan keluarga tentang gangguan kejang dan regumen pengobatan yang diharuskan sangat mempengaruhi kepatuhan terhadap regumen.
2.  Kewaspadaan khusus harus ditegakkan untuk menjamin terapi obat yang nyaman :
a. pengertian tiba-tiba dapat mencetuskan status epileptikus
b.identifikasi dinimterhadap masalah memungkinkan intervensi segera untuk mencegah komplikasi serius
c. kadar obat dalam darah maenandai penyesuaian dosis obat
d.          penggunaan antikonvulsif jangka panjang seperti hidantoin dapat menyebabkan diskrasiasi  darah.       
e. Terapi fenotoin jangka panjang dapat menyebabkan hiperplasia gusi     

   
3. Situsi tertentu telah teridentifikasi sebagai peningkatan epsode kejang.
4.Umumnya klien yang cenderung kejang harus menghindari aktivitas yang adpat menyebabkan klien atau orang lain pada situasi berbahaya jika terjadi kejang

5.Menyaksikan kejang adalah menakutkan untuk orang lain dan memalkukan bagi klien yang rentan trehadap kejang. Rasa malu dan menakuttkan ini mempunyai dampak tyerhadap ansietas, depresi, bermusuhan dan takut.anggota keluarga juga dapat mengalami hal ini. Diskusi teruka dapat mengurangi perasaan malu dan isolasi.
6.Sumber ini dapat memberikan informasi tambahan dan dukungan.       
                                                                       

MASALAH KOLABORATIF
Potensial Komplikasi : Status Epileptikus
Tujuan Keperawatan :  Perawat akan menngatasi dan meminimalkan komplikasi         status epileptikus.
Intervensi
Rasional
1.   Bila individu berlanjut menngalami kejang umum, beritahu dokter dan lakukan protokol :
a.       Tegakkan jalan nafas
b.       Suction sesuai kebutuhan
c.       Beriakn O2 melalui kateter nasal
d.      Pasang infus intravena

1.Status epileptikus adalh kedaruratan medik. Kerusakan pernafasan dapat meyebabkan hipoksia sistemik dan serebral. Diperlukan pemberian antikonvulsan intravena kerja cepat (mis. Valium)
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar