Rabu, 04 Januari 2012

Landasan teori Asuhan keperawatan schizoprenia katatonik


Landasan teori
Asuhan keperawatan schizoprenia katatonik

Pengertian
Schizoprenia adalah suau bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi perilaku bizar.
Skizoprenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan ini sebagai demensia precox.

Jenis schizoprenia
Schizoprenia simplex : dengan gejala utama kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan
Schizoprenia hebefrenik, gejala utama gangguan proses fikir gangguan kemauan dan depersonalisasi. Banyak terdapat waham dan halusinasi
Schizoprenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor maupun gaduh gelisah katatonik.
Schizoprenia paranoid, degnan gejala utama kecurigaan yang ekstrim diserttai waham kejar atau kebesaran
Episoda schizoprenia akut (lir schizoprenia), adalah kondisi akut mendadak yang disertai dengan perubahan kesadaran, kesadaran mungkin berkabut.
Schizoprenia psiko-afektif, yaitu adanya gejala utama skizoprenia yang menonjol dengan disertai gejala depresi atau mania
Schizoprenia residual adalah schizoprenia dengnan gejala-gejala primernya dan muncul setelah beberapa kali serangan schizoprenia

Etiologi
1.      Keturunan
2.      Endokrin
3.      Metabolisme
4.      Ssp
5.      Teori adolf meyer
6.      Teori sigmund freud

Gejala
(menurut bleuler)
I.         Gejala primer
1.      Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yna gpaling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
2.      Gangguan afek emosi
-          Terjadi kedangkalan afek-emosi
-          Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
-          Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
-          Emosi berlebihan
-          Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
3.      Gangguan kemauan
-          Terjadi kelemahan kemauan
-          Perilaku negativisme atas permintaan
-          Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
4.      Gejala psikomotor
-          Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme

-          Stereotipi
-          Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
-          Echolalia dan echopraxia
5.      Autisme
II.      Gejala sekunder
1.      Waham
2.      Halusinasi

Diagnosa keperawatan
1.      Resiko tinggi terhadap kekerasan : diarahkan pada diri sendiri atau orang lain
Tujuan : klien tidak membahayakan dirinya maupun orang lain
Intervensi
Rasional
Pertahankan lingkungan dalam tingkat stimulus yang rendah
Obseervasi secara ketat perilaku klien
Singkirkan semua benda berbahaya


Salurkan perilaku merusak pada kegiatan fisik
Lakukan fiksasi bila diperlukan

Berikan obat tranquilizer
Kecemasan meningkata dalam lingkungan penuh stimulus
Mewmastikan klien dalam keadaan aman
Dalam keadaan gelisah, bingung dapat menggunakan benda tajam untuk melukai
Menghilangkan ketegangan yang terpendam
Keamanan klien merupakan prioritas perawatan
Menurunkan kecemasan/ketegangan


2.      Koping individu tak efektif
Tujuan : klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif
Intervensi
Rasional
Usahakan petugas kesehatan tetap hindari kontak fisik

Hindari tertawa, berbisik didekat pasien
Jujur dan selalu menepati janji

Periksa mulut klien setelah minum obat
Jangan berikan kegiatan kompetitif

Motifasi untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya





Sikap asertif
Menigkatkan hubungan saling percaya
Mungkin dianggap bentuk penganiayaan fisik
Mengurangi rasa curiga

Meningkatkan hubungan saling percaya
Klien sering manipulatif dalam minum obat
Merupakan ancaman pada pasien curiga
Mengnungkapkan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam mungkin akan menolong pasien untuk sampai pada keadaan tertentu dimana pasien mencurahkan perasaan setelah sekian lama terpendam
Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan sikap yang bersahabat atau ceria sekali


3.      Perubahan persepsi –sensori
Tujuan : klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif
Intervensi
Rasional
Observasi tanda halusinasi


Hindari menyentuh pasien secara tiba-tiba, yakinkan bahwa ia aman disentuh
Sikap menerima dan mendorong pasien menceritakan halusinasi

Jangan mendukung halusinasi


Alihkan perhatian pasien dari halusinasi
Intervensi awal untuk mencegah respon agresif yang diperntahkan halusinasi
Pasien dapat mengartikan sentuhan sebagai ancaman

Mencegah kemungkinan cidera pasien atau orang lain karena ada perintah adari halusinasi
Perawat harus jujur pada pasien pada pasien sehingga pasien menyadari suara itu tidak ada
Keterlibatan pasien dalam kegiatan interpersonal; akan menolong klien kembali dalam realitas

4.      Perubahan proses fikir
Tujuan : klien menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham
Intervensi
Rasional
Tunjukkan sikap menerima  keyakinan pasien tanpa sikap mendukung
Tidak membantah/menyangkal keyakinan pasien
Bantu pasien untuk menghubungkan keyakinan yang salah dengan peningkatan kecemasan
Fokus dan kuatkan realitas
Bantu dan dukung pasiend alam mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas, takut, tak aman
Penting untuk dikomunikasikan pada pasien bahwa perawat tidak menerima delusi sebagai realita
Membantah pasien tidak menimbulkan manfaat, dapat merusak hubungan
Jika pasien dapat belajar menghentikan kecemasan, pikiran waham mungkin dapat dicegah
Mengurangi pikiran-pikiran waham
Ungkapan secara f\verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang mungkin terpendam


Pengkajian

Tanggal pengkajian     : 7 agustus 2001
Waktu pengkajian       : 10.35 wib
Sumber data                : ny. R (ibu klien) dan klien

I. Identitas
Identitas klien
Inisial              : tn. S
Umur               : 25 tahun
J. Kelamin       : laki-laki
Agama             : islam
Suku/bangsa    : jawa/indonesia
St. Perkawinan: belum kawin
Pendidikan      : tidak sekolah
Pekerjaaan       : tukang becak
Alamat            : surabaya

Identitas penanggungjawab
Inisial              : ny. R
Umur               : 54 tahun
J. Kelamin       : laki-laki
Agama             : islam
Suku/bangsa    : jawa/indonesia
St. Perkawinan: kawin
Pendidikan      : -
Pekerjaan         : ibu rumah tangga
Hub. Dg klien : ibu

A.       Data medik

Tanggal masuk            : 1 agustus 2001
Cara masuk                 : lewat ird
No. Cm                       : 1007078
Diagnosa medik          : schizoprenia katatonik
Masalah utama            : gangguan koping




Ii. Alasan masuk (faktor presipitasi)
Klien dibawa masuk ke rumah sakit oleh keluarga setelah sebelumnya (tanggal 26 juli 2001) tiba-tiba berteriak-teriak dan lari keluar rumah dengan melepaskan seluruh pakaian yang dikenakannya tanpa alasan yang jelas sekitar pukul 09. 00 wib. Sebab yang mungkin menyebabkan klien histerik adalah akibat dirinya tersinggung dengan ucapan adik klien yang menyuruhnya mandi dan menyinggung bagaimana klien akan mendapatkan jodoh nantinya apabila tidak mau mengurus dirinya. Selanjutnya klien lari dari lingkungan rumah (pergi). Dua hari kemudian klien ditemukan  dan dibawa kembali ke rumah klien oleh tetangga dan orang yang mengenal klien (teman) sesama tukang becak. Klien ditemukan dalam keadaan tidak terurus dan tidak mengenakan baju. Selanjutnya klien dibawa ke rumah sakit.
Keadaan saat masuk; kien gelisah dan gaduh; tidak mau makan dan minum serta tidak mampu merawat diri; cenderung diam saat ditanya dan berbicara dengan kalimat yang tidak jelas isinya. Melawan dan berontak terhadap restriksi fisik.

Iii. Faktor predisposisi
Klien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan jiwa dan atau menunjukkan gejala gangguan jiwa. Klien sebelumnya tidak pernah mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, pernah merasa ditolak oleh pacar atau keinginannya oleh orang tuanya dan orang lain. Klien mengatakan tidak berani minta yang macam-macam pada keluarga.
Dalam keluarga dan lingkungan saudara dekat dengan klien; tidak ditemukan ada yang mengalami gangguan jiwa. Ny. R mengatakan bahwa menurutnya kien tidak pernah mengalami hal-hal yang membuat klien sedih atau mengalami kejadian yang membuat klien sedih sebelumnya. Kllien mengatakan bahwa ia belum pacaran dan sebenarnya memiliki hasrat untuk menikah tetapi ia tidak sanggup mengungkapkannya karena sulit mengungkapkan. Klien tidak menjawab apakah klien merasa pernah mengalami kesedihan atau rasa tidak senang dimasa yang lalu.
Faktor premorbid : klien cenderung pendiam, tidak pernah sekolah
Iv. Pemeriksaan fisik  
Td        : 110/80 mmhg            n 76 x/mnt                   p 18 x/mnt                   s 36,8oc
Bb       : 56 kg

Keluhan fisik   : tidak ada
Tidak ditemukan adanya gangguan fungsi atau kecacatan pada bagian tubuh, terdapat luka gores pada kulit daerah punggung dan bokong (telah mengering)

Iv. Psikososial
Genogram       :

Keluarga mengatakan tidak ada keturunan dalam keluarganya yang menderita gangguan jiwa. Enam saudara klien telah menikah dan berumah tangga sendiri. Saat ini klien tinggal dengan orang tua dan kedua adiknya di rumah.

Konsep diri
a.       Citra tubuh : klien mengatakan bahwa ia tidak merasa bahwa tubuhnya kurang sesuai dengan apa yang diharapkannya. Klien mengatakan bahwa ia ingin badannya agak gemuk; tetapi ia tidak mempermasalahkan kondisi badannya yang kurus saat ini.
b.      Identitas
Klien mampu menyebutkan nama dan pekerjaannya, klien menyatakan bahwa ia senang dengan pekerjaannya sekarang.
c.       Peran
Klien mengatakan bahwa ia sebagai seorang yang telah bekerja sudah tidak ingin merepotkan keluarga; saat ini klien merasa senang sudah tidak minta uang lagi untuk beli rokok
d.      Ideal diri
Klien mengarapkan agar nantinya ia bisa berumah tangga dan memiliki pekerjaan yang tetap.
e.       Harga diri
Klien menganggap dirinya telah berguna bagi orang lain dan ia diterima oleh teman-temannya. Ia tidak merasa hina dengan kondisinya saat ini

Hubungan sosial
Orang yang diangggap berarti bagi klien selama ini adalah adiknya yang selalu memberikan perhatian pada dirinya. Klien selalu berusaha untuk menyenangkan hati adiknya.
Klien mengatakan ia biasa bekerja sebagai tukang becak dan mangkal di pinggir jalan bersama teman-temannya serta mengatakan tidak merasa minder dengan teman-temannya.

Spiritual
Klien beragama islam dan ia mengatakan bahwa ia percaya bahwa allah sebagai penolongnya dan ia perlu dengan bantuan allah, walaupun ia jarang melakukan shalat dan berdoa.
Klien mengatakan ia jarang melakukan shalat dan berdoa.


Vi. Status mental
Penampilan
Klien berpakaian  rapi, pakaian kusut tetapi sesuai

Pembicaraan
Klien berbicara dengan menatap pada perawat, mampu mengucapkan kata-kata dengan jelas walaupun kadang-kadang memerlukan waktu yang lama untuk menemukan kalimat. Klien mampu diajak bicara dengan bahasa jawa dan tampak lebih lancar dengan menggunakan bahasa jawa. Klien mampu mengembangkan percakapan dan memberikan alasan yang logis terhadap pendapat, kalimat tidak gagap atau inkoheren.

Aktivitas motorik
Klien berjalan dan melakukan gerakan relatif lambat, tidak terdapat tik, grimasem, tremor atau tindakan konfulsif.

Alam perasaan
Hal yang saat ini difikirkan oleh klien belum terkaji. Klien mengatakan ia masih pening dan tidak ingin membicarakan masalah yang dihadapinya. Saat ini klien tampak sedih dan murung.

Afek
Afek stabil dan sesuai/adekuat saat berbicara

Interaksi selama wawancara
Klien mau mengadakan kontak mata dengan perawat dan bersedia diajak berbicara (kooperatif) dalam jangka waktu yang relatif lama; klien mampu mengungkapkan penolakan saat diajak berbicara tentang masalah yang dihadapinya dan mengatakan ingin membicarakannya lain waktu

Persepsi
Klien tidak mengalami halusinasi; baik dengar, penglihatan, perabaan, pengecapan maupun penghidu. Hal yang difikirkan (isi pikir) tidak terungkap secara verbal. Pikiran adekuat. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak merasa ada yang salah dengan kondisi tubuhnya, adanya waham belum terkaji.

Isi fikir
Klien mengatakan saat ini ia tidak ingin memikirkan masalahnya. Klien mengatakan ia tidak mengalami ketakutan atau merasa dikuasai oleh sesuatu yang lain. Selama komunikasi tidak terdapat sisip pikir, siar pikir atau teridentifikasi adanya gejala waham

Arus pikir
Arus pikir tidak bloking, asosiasi pembicaraan adekuat. Mampu bercerita tentang pekerjaannya dalam rangkaian kata yang sesuai.

Tingkat kesadaran
Kesaadaran composmentis; gcs : e 4 v5 m6

Memori
Klien mampu mengingat siapa yang telah menngajarinya membaca saat kecil, klien mampu mengingat apa yang telah dilakukannya tadi pagi; klien tidak menyebutkan (mengatakan tidak ingat) apakah dia lari dari rumah dengan bertelanjang.

Kemampuan konsentrasi dan berhitung
Klien mampu menghitung terbalik sepuluh sampai angka satu. Mampu melakukan penambahan sederhana

Daya tilik diri
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak tahu mengapa ia dibawa ke rumah sakit. Ia merasa bahwa dirinya tidak sakit, walaupun saat ini ia mengalami susah tidur. Klien mengatakan ia ingin pulang.

Vii. Kebutuhan persiapan pulang
Makan
Klien mengatakan ia makan tiga kali sehari; selalu menghabiskan/menyisakan sedikit makanan yang disajikan di rumah sakit. Klien mengatakan tidak ada makanan pantang khusus

Bab/bak
Klien mengatakan ia kencing dan berak di kamar mandi, tidak mengompol. Klien tampak rapi dalam berpakaian setelah bab/bak (alloanamnessa)

Mandi
Klien mengatakan telah mandi sendiri menggunakan sabun dan meggosok gigi dua hari sekali. Klien tidak memotong kuku karena tidak membawa pemotong kuku.  Klien tampak bersih dan rapi. Rambut tidak panjang/acak-acakan.

Berpakaian
Klien mampu memakai pakaian sendiri dengan rapi. Klien ganti baju sekali sehari.

Istirahat dan tidur
Klien mengatakan ia belum bisa tidur dengan nyenyak. Klien mengatakan tidak tahu sebab mengapa ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Ibu mengatakan anaknya sering terbangun saat tidur

Penggunaan obat
Klien mengatakan rajin minum obat, ia mendapatkan obat tiga macam dan diminum semua segera setelah mendapatkan obat.

Pemeliharaan kesehatan
Ibu menanyakan apakah anaknya bisa sembuh.
Ibu mengatakan tidak tahu apa yang harus dipersiapkan oleh keluarga bila nanti pulang

Aktivitas
Klien tidak pernah/jarang mengikuti kegiatan olahraga atau bermain. Klien mengatakan ia mengantuk pada saat pagi hari/saat berolahraga. Klien mengatakan ia mampu melakukan catur dan biasanya bermain dengan teman-temannya. Klien mengatakan jika pulang ia ingin bekerja lagi (menarik becak).


          terapi obat

Triofluperazine          3 x 5 mg
Artan                         2 x 2 mg
Cpz                           0 – 0 – 100mg
Analisa data
Data
Rasional
Masalah
Ds : klien mengatakan tidak bisa tidur
Keluarga mengatakan anaknya selalu bangun
Klien mengatakan mengantuk saat pagi hari
Do : mata merah, kuyu.
Klien tidur pada pagi hari
Penderita skizoprenia jenis stupor katatonik dalam masa perbaikan sering mengalami gangguan tidur (tidak tidur) dengan sebab yang tidak jelas.
Bioritme sebagai tukang becak malam dapat mempengaruhi kemampuan tidur malam hari
Gangguan pola tidur
Ds : klien mengatakan mempunyai masalah, tetapi menolak mengungkapkan masalahnya
Klien mengatakan kepalanya pening saat diajak membicarakan masalahnya
Klien mengatakan ia ingin membicarakan lain kali
Do : kontak mata dengan perawat baik
Komunikasi verbal lancar
Adanya ketidakmampuan untuk memecahkan masalah membuat klien menggunakan koping pembelaan ego (ego oriented task) dengan melakukan penyangkalan (penghindaran).
Koping individu tidak efektif
Ds : klien mengatakan mengantuk pada pagi hari
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan olahraga dan bermain
Do : klien tidak mengikuti kegiatan olahraga hari ini dan kemarin
Adanya gangguan tidur pada malam hari mengakibatkan klien merasa mengantuk pada siang hari dan mengalami kelemahan (fatique).
Adanya masalah yang dihadapi dan atau dampak obat mengakibatkan klien mengalami penurunan minat terhadap aktivitas
Gangguan peran sosial
Ds : ibu kien menanyakan apakah anaknya bisa sembuh
Ibu klien mengatakan ia tidak tahu apa yang harus dipersiapkan bila anaknya pulang
Kurangnya informasi menye-babkan keluarga tidak mengetahui manajemen terapeutik di rumah sakit maupun pasca rawat (saat pulang)
Resiko tinggi penatalaksanaan terapeutik tidak efektif


 pohon masalah

Masalah tidak terpecahkan


 


Penggunaan koping berorientasi ego              koping individu tak efektif


Masalah tak terpecahkan


Gangguan tidur


Gangguan peran sosial


Diagnosa keperawatan
1.      Koping individu takefektif b.d metode koping tak memadai, kurang pengetahuan
2.      Gangguan pola tidur b.d sebab yang tidak teridentifikasi; kondisi pasca serangan akut
3.      Gangguan peran sosial b.d mengantuk, memikirkan masalah
4.      Resiko tinggi manajemen terapeutik takefektif b.d kurang informasi

Rencana keperawatan

Diagnosa keperawatan :
Koping individu takefektif b.d metode koping tak memadai, kurang pengetahuan
Tujuan jangka panjang
Klien mengembangkan dan menggunakan koping yang sesuai dan dapat diterima secara sosial
Tujuan jangka pendek :
Klien mendemonstrasikan  kemampuan dan kesediaan untuk mengikuti peraturan dan mengembangkan koping selama tujuh hari perawatan
Intervensi
Rasional
Bina hubungan saling percaya

Berikan aktivitas motorik yang besar


Tidak melakukan perdebatan, perang mulut atau melakukan tawar-menawar

Berikan dorongan untuk mengungkapkan masalah atau perasaannya. Bantu klien mengindentifikasi obyek dari sikap bermusuhan

Diskusikan bersama klien cara-cara alternatif untuk mengatasi rasa frustasi yang paling cocok dengan gaya hidup klien. Berikan dukungan dan umpan balik positif sambil mencoba strategi-strategi baru          
Memfasilitasi keterbukaan dalam pengungkapan dan penyelesaian masalah
Untuk mempermudah mengurangi ketegangan, meningkatkan perkemba-ngan hubungan
Merusak hubungan yang terbangun, mengurangi perilaku manipulatif

Menghadapi perasaan secara jujur dan mencegah pemindahan perasaan secara destruktif


Positif reinforcement mendorong semangat menggunakan perilaku pengembangan koping yang dapat diterima



Diagnosa keperawatan :
Gangguan pola tidur b.d sebab yang tidak teridentifikasi; kondisi pasca serangan akut
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak mengalami gangguan tidur
Tujuan jangka pendek :
Klien mampu mengikuti teknik-teknik untuk mengembangkan pola tidur  setelah tiga hari perawatan
Intervensi
Rasional
Amati pola tidur pasien, catat keadaan yang mengganggu tidur
Kaji gangguan yang berhubungan dengan rasa takut dan ansietas tertentu

Duduk disamping pasien sampai ia tertidur

Hindarkan makanan/minuman mengandung kafein

Ajarkan relaksasi sebelum tidur, lakukan aktivitas motorik/ fungsional sebelum tidur

Buat/jadwalkan jam tidur rutin

Masalah harus diidentifikasi sebelum diberikan bantuan seperlunya



Kehadiran orang yang dipercaya memberikan rasa nyaman
Kafein merupakan stimulan ssp yang dapat menggangu tidur

Sarana relaksasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas tidur

Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan pada uatu siklus rutin dari istirahat dan aktivitas

Diagnosa keperawatan :
Gangguan peran sosial b.d mengantuk, memikirkan masalah
Tujuan jangka panjang :
Klien mampu membentuk hubungan sosial dengan lingkungan setelah dirumah
Tujuan jangka pendek :
Klien mampu melakukan aktivitas kelompok, terapi bermain dan olahraga secara aktif setelah tiga hari perawatan
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat kekuatan dan kemampuan

Berikan dukungan untuk mengikuti kegiatan kelompok

Buat jadwal aktivitas sehari-hari bersama dengan klien


Pantau kemampuan mengembangkan aktivitas, berikan reinforcemen seperlunya
Mengembangkan pola dan variasi dalam penyelenggaraan aktivitas
Meningkatkan minat dan semangat untuk mengikuti kegiatan sosial dalam lingkungan rumah sakit
Memberikan kesempatan pengembangan diri dengan mengacu pada kekuatan klien; memfasilitasi dorongan dari dalam individu
Meningkatkan harga diri dan sekaligus mengembangkan koping

Tidak ada komentar:

Posting Komentar