PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
I. A.
Identitas Klien
Nama klien
Umur
Jenis kelamin
Suku
Status
Pekerjaan
Agama
Alamat
MRS
Postur tubuh
Penampilan
Kebiasaan
Informasi
|
: Tn. R.
: 37 Tahun
: Laki-laki
: Batak
: Belum Kawin
: Tidak bekerja
: Kristen Protestan
: Tomang Tinggi VI No: 16 RT.015 /RW. 06 Jakrta : Barat.
: Pebruari 1995
: Tubuh
klien tampak kekar, TB: 165 cm, BB: 59 kg,
: Kulit
bersih, pakaian bersih dan rapih, gigi bersih, : rambut disisir rapih.
: Sering menyendiri di tempat tidur atau
disudut ruangan, : melamun.
: Klien, keluarga dan perawat ruangan
serta status klien.
|
B. Data Informan
Nama
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Status
Alamat
Posisi
|
: Tn Al Firman
: 42 tahun
: Swata
: Sarjana
: Menikah
: Tomang Tinggi VI No: 16 RT.015 /RW. 06 Jakarta : Barat.
: Sebagai kakak klien
|
Yang didapatkan dari informan adalah data-data yang
diberikan berdasarkan
pertanyaan yang berhubungan dengan riwayat keluarga
khususnya pada klien R
yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Jakarta.
II. Persepsi
dan harapan klien / keluarga
a. Persepsi klien tentang masalah
Klien mengatakan bahwa dia dibawa ke rumah sakit
karena mengamuk pada ibu. Klien mengatakan bahwa sebenarnya bisa sembuh dari
penyakit ini, tetapi selalu ada orang yang mengatakan dia gila.. Klien juga
mengatakan ia juga sering menyendiri, diam diri di kamar, malas berbicara
dengan keluarga. Kemudian keluarga membawa ke rumah sakit lagi. Klien mengatakan dirawat di RSJ
sudah empat kali. Klien ingin di RSJ terus dari pada di rumah sebentar nanti
kambuh lagi.
b. Persepsi keluarga tentang masalah
Tn. F (informan) mengatakan bahwa yang biasa menengok
klien adalah ibunya setiap minggu sekali sedangkan saudara klien yang lain
jarang mau menengok klien di rumah sakit sebab saudara-saudaranya sibuk
bekerja. Ibu dan saudara-saudaranya menganggap bahwa penyakit klien sebenarnya
sudah sembuh tetapi klien itu hanya manja saja. Jika permintaannya tidak
dituruti, maka klien mengamuk lalu klien lebih baik dirawat di rumah sakit
saja.
c. Harapan klien tentang pemecahan masalah
Klien ingin sembuh, ingin sehat jasmani dan rohani. Dan mendapatkan pekerjaan
sendiri.Klien sangat mengharapkan bantuan perawat untuk memecahkan masalah
terutama bila pulang nanti seperti; Klien selalu dilarang untuk terus merokok
oleh kakaknya dan cara-cara menghilangkan suara-suara yang membuat Tn.R. marah.
d. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah
Keluarga menginginkan klien teratur minum obat dan
latihan bekerja.
III.
Pengkajian Psikologis
a. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa,
menyendiri, melamun, tiduran di tempat tidur. Jarang berkomunikasi dengan klien
lain.
Ekspresi muka tampak datar. Bila klien marah atau
tersinggung oleh orang lain, klien lebih suka mengamuk. Saat berinteraksi,
klien mampu menjawab pertanyaan perawat meskipun dengan jawaban sering
disingkat. Perasaan klien saat ini cukup baik dengan bisa mengontrol marahnya.
b. Kosep diri
Klien mengatakan keinginan untuk mempunyai pacar
dengan kriteria ; hidung mancung, kulit putih, rambut panjang. Klien ingin
bekerja di kantor sekaligus kuliah. Tetapi saat ini selalu tidak tercapai. Bila
dibandingkan dengan saudara-saudaranya klien selalu diam. Klien tidak dapat
bekerja karena ijasahnya hanya SMA dan klien merasa sulit mencari kerja.
Klien mengatakan mungkin saya sampai mati di RSJ
saja.
Aspek konsep diri klien R. dimana tentang gambaran
diri; klien memandang dirinya sebagai manusia yang apa adanya, harga diri
klien; klien mengatakan dirinya hanya lulus SMA dan tidak mampu melakukan
sesuatu pekerjaan; identitas klien jelas dan klien tahu akan identitasnya;
ideal diri klien ingin mempunyai pacar cantik, bekerja di kantor dan kuliah
lagi; sedangkan peran nya, klien mengatakan tidak mempunyai peran dalam
kehidupan baik pada diri sendiri ataupun keluarganya.
c. Gaya komunikasi
Klien berbicara secara berhati-hati, meloncat-loncat dari satu topik ke topik yang
lain. Klien memberikan informasi dengan jelas jika diberikan pertanyaan oleh
perawat. Jarang balik memberikan pertanyaan. Ekspresi nonverbal saat
berionteraksi yaitu datar, kadang-kadang kontak mata, kadang-kadang melihat ke
depan seperti menyelidik.
d. Pola interaksi
Klien jarang berinteraksi dengan klien lain dan
perawat. Klien lebih suka tiduran di tempat tidur serta melamun. Didalam
berinteraksi klien lebih suka banyak bicara atau mendengarkan pembicaraan orang
lain.
Di rumah klien tidak terbuka kepada anggota keluarga.
Bila menghadapi masalah tidak pernah diungkapkan pada keluarga melainkan
disimpan sendiri.
e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau
sedih, klien lebih suka berdiam diri di kamar, melamun, menekan rasa marahnya
sambil merokok dan menghayal atau jalan-jalan tanpa tujuan. Tetapi klien pernah
marah dan mengamuk di rumah. Klien mengatakan tidak mengetahui cara-cara untuk
mengatasi masalahnya.
IV. Pengkajian
sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan :
Pendidikan terakhir
SMA. Klien belum pernah bekerja.
Klien mengatakan lebih senang tinggal di rumah sakit dari pada di rumah,
karena tidak tahu apa yang dapat dikerjakan di rumah dan kadang-kadang malah
membuat klien R menyendiri di kamar.
b. Hubungan sosial
Klien jarang menyampaikan perasaannya kepada
teman-temannya. Klien tidak mempunyai teman dekat. Di rumah klien juga jarang
berbicara dengan saudara-saudaranya. Di rumah sakit klien suka tiduran,
bengong, melamun di kamar, jarang berbicara dengan pasien lain.
c. Faktor sosial budaya
Klien suku Batak dengan menganggap bahwa yang belum
bekerja tak boleh menikah dulu. Selama di rumah sakit klien tidak terlalu
memikirkan tentang adatnya. Klien beragama Kristen Protestan, sebelum MRS klien rajin menjalankan ibadahnya,
sedangkan selama MRS klien juga melakukan ibadah atau persekutuan yang diadakan
setiap hari kamis. Sumber keuangan klien dari ibu dan saudara-saudaranya.
d. Gaya hidup
Sebelum sakit
( 5 tahun) yang lalu klien tinggal bersama ibu dan saudara-saudaranya di
Tomang. Klien menghabiskan waktunya untuk nganggur dan jalan-jalan terus. Klien
mempunyai prinsip ingin santai tetapi punya uang banyak dari kakak-kakaknya
yang bekerja.
V. Pengkajian
Keluarga
Genogram
Keterangan :
Klien selama ini tinggal dengan ibu dan adiknya Ny.
S. 37 tahun yang telah bersuami dan telah memiliki 2 orang anak. Klien paling
dekat dengan adiknya (Ny.S.) sedangkan ibu klien tinggal tidak tetap
kadang-kadang di rumah kakaknya di Cililitan.
VI. Pengkajian
Kesehatan Fisik
A. Masalah kesehatan yang lalu dan sekarang
- Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu
Klien selama ini belum pernah mengalami
gangguan / penyakit fisik dan belum pernah dirawat di rumah sakit.
- Penyakit sekarang
Tanggal 17 April 1997 klien mengatakan
tenggorokan gatal, serak dan batuk-batuk. Pemeriksaan fisik : Berat Badan: 59
kg; Tinggi Badan: 165 cm; Nadi: 80 x / menit; Suhu : 36,5 ° Celsius; Tekanan Darah : 110 / 70 mmhg; Pernapasan : 20 x / menit.
- Pengobatan sekarang
Ampicilin 3 x 500 mg
Obat batuk hitam 3 x 1 sendok teh
- Alergi
Klien tidak ada riwayat alergi / gatal-gatal terhadap
makanan atau obat-obatan.
B. Kebiasaan sekarang
1. Penampilan diri
Penampilan klien ; kulit bersih, rambut rapih
dan disisir, gigi bersih, pakaian bersih
dan rapih, serta kuku pendek dan bersih. Mandi sehari tiga kali, mencuci rambut
seminggu tiga kali, sikat gigi dua kali sehari, ganti pakaian dua kali sehari.
Sikap tubuh tegak (atletis).
2. Rokok
Klien perokok berat, kadang-kadang sehari habis 2 -3 bungkus.
3. Minuman keras
Klien mengatakan tidak pernah meminum minuman keras,
seperti yang mengandung alkohol.
4. Pola tidur
Klien mengatakan sulit tidur karena sering diganggu
oleh suara-suara yang mengejeknya terutama siang hari. Oleh karena itu klien
banyak jalan-jalan keliling rumah sakit akibatnya klien jarang tidur siang.
Sedangkan kalau malam hari, klien tidur jam 22.00 s/d 06.00 Wib. Dan tengah malam kadang-kadang terbangun karena ada suara-suara yang mengajaknya bangun.
Sedangkan kalau malam hari, klien tidur jam 22.00 s/d 06.00 Wib. Dan tengah malam kadang-kadang terbangun karena ada suara-suara yang mengajaknya bangun.
5. Pola makan
Klien makan tiga kali sehari menghabiskan porsi yang
diberikan, tetapi kadang-kadang merasa masih lapar lalu pergi membeli makanan
kecil di warung seperti roti, biskuit. Klien jarang makan bersama-sama
temannya.
6. Pola eliminasi
B.a.b. 1 - 2 hari sekali, b.a.k. 3-4 kali sehari
Klien tidak menggunakan obat laxansia.
7. Tingkat aktifitas
Klien cukup aktif, khususnya dalam memenuhi segala
kebutuhannya, seperti; makan, menggosok gigi, mandi, membersihkan tempat tidur,
dan lain-lain. MRS klien sering diajak untuk mengikuti kegiatan di ruangan
seperti; menyapu, mengepel dan mengelap kaca. Sedangkan selama di rumah klien
jarang diajak atau di libatkan untuk melakukan kegiatan aktifitas sehari-hari
karena dianggap tidak mampu untuk mengerjakannya.
8. Tingkat energi
Klien tampak lincah dan aktif, dan kadang-kadang
hiperaktif.
VIII Status
atau Keadaan Mental
A. Kebenaran data:
Klien tampaknya polos, jujur dalam memberikan
informasi.
Semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
B. Status sensorik:
Penglihatan
Pendengaran
Penciuman
Pengecapan
Perabaan
|
:
Kadang-kadang berkunang-kunang, secara umum :
: fungsinya baik.
: Klien sering
mendengar suara-suara seperti ada:
: suara mengejek, memarahi, melarang klien.
: Tak ada
kelainan
: Tak ada kelainan
: Tak ada
kelainan
|
C. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di
telinganya.
Klien sering melamun, menyendiri, senyum sendiri karena mendengar sesuatu,
atau kadang-kadang mata menatap tajam seperti
mengawasi sesuatu.
D. Status
motorik
Motorik kasar:
Klien berjalan, berpakaian, dan berbicara masih
terkontrol
Motorik halus :
Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu, memasukan
kancing ke dalam
lubang kancing tanpa tremor.
E. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang diungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu,
klien turut tertawa.
F. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada disekitarnya. Klien
mengetahui berada di RSJ
Klien mengetahui tentang waktu.
G. Ingatan
Klien masih mengingat apa yang dialaminya selama ini,
seperti masih sekolah di
SMA, mencari pekerjaan dan teman-teman nya dulu
sewaktu di kampung.
[WORD1]H. Daya tilik diri (insigt)
Klien mengetahui
penyebab di rawat di RSJ karena klien mengamuk pada ibunya
dan sering jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas.
Insigt diri positif.
VIII. Diagnosa
Medik
Szchizophrinea tak tergolongkan
Program
pengobatan medik:
*
Artan (THP)2 mg, 3x sehari
*
Chlorpromazine 100 mg, 3x
sehari
Chlorpromazine
(largatil / pronactil)
Indikasi
Kontra
indikasi
Efek samping
|
Digunakan
untuk pengobatan psikosis; sebagai premedekasi dalam anestesi untuk mengurangi gejala
emesis.
Pada penderita
koma, gangguan fungsi hepar, panas yang
tinggi, keadaan umum yang lemah (harus hati-hati).
·
Gejala kardiovaskuler
seperti; hipotensi ortostatis, aritmia
kordis dan takikardi.
·
Gejala hematologi,
organolositas dan tranpasitopenia.
·
Gejala-gejala parkinson;
seperti tremor dan jalan tak stabil.
|
THP (Artan)
Indikasi
Kontra
indikasi
Efek samping
|
Keadaan
ansietas, ketegangan, psikosomatik untuk psikosis serta mania.
·
Tidak boleh diberikan pada
orang koma
·
Kelainan darah
·
Gangguan hepar
·
Gangguan sum-sum tulang
Menimbulkan
gangguan ekstrapiramidal pada keadaan depresi (jadi harus hati-hati).
|
Peran Perawat dalam pemberian obat :
1.
Diskusikan dengan klien dan
keluarganya tentang terapi obat serta
efek samping yang timbul.
2.
Berikan obat-obatan dengan
prinsip lima benar.
3.
Dampingi klien saat minum obat
4.
Yakinkan bahwa obat telah
diminum oleh klien.
5.
Berikan reinforcement posistif,
bila klien minum obat dengan teratur.
6.
Lakukan pencatatan setelah
pemberian obat.
ANALISA DATA
KLASIFIKASI DATA
|
MASALAH
|
Data Subyektif:
Klien
mengatakan :
·
Sering tiduran di tempat
tidur dan jarang berbicara dengan klien lain atau perawat, dan menghayal
sambil merokok
·
Bila berinteraksi klien lebih
suka diam dan mendengar pembicaraan.
·
Jarang membicarakan
masalahnya dengan orang lain
Data Obyektif:
· Klien sering tiduran, bengong di tempat tidur, melamun, merokok
terus. Dan jalan-jalan di ruangan
|
Gangguan
hubungan sosial : menarik diri
|
Data Subyektif :
Klien
mengatakan :
·
Kakak dan adiknya sudah
bekerja dan menjadi orang kaya.
·
Saya hanya tamat SMA dan
tidak mempunyai pekerjaan.
Data
Obyektif:
·
Klien sering tampak putus
asa.
|
Harga
diri rendah
|
Data Subyektif :
·
Klien mengatakan :
·
Bila sendiri sering mendengar
suara seperti; menuduh dirinya, mengejek tidak sama seperti kakaknya atau
adiknya, anak tidak berguna dan pemalas.
Data
Obyektif:
·
Klien duduk sendirian,
kelihatan sangat waspada , melihat
daerah sekitarnya.
·
Klien jalan-jalan sekeliling
ruangan seperti mencari sesuatu.
|
Halusinasi
dengar.
|
Data Subyektif:
Klien
mengatakan :
·
Dibawah ke rumah sakit pernah
klien memukul klien lainnya dengan tangkai pel.
·
Klien tidak mengetahui cara
mengatasinya
Data Obyektif:
·
Klien bila melihat klian
lainnya terutama klien J. Selalu ingin memukulnya, apalagi kalau klien J
minta rokok.
|
Potensial
melukai orang lain.
|
Data Subyektif:
Klien
mengatakan :
·
Saya dibawa ke rumah sakit
karena saya mengamuk di rumah.
.
Data Obyektif:
·
Klien sering menatap
sekeliling dengan tatapan tajam, seperti mengawasi sesuatu.
·
Kadang-kadang berdiri
mendadak langsung berjalan-jalan tanpa tujuan.
|
Potensial
amuk.
|
BAB
V
PEMBAHASAN
Dalam bab
pembahasan ini akan diuraikan sejaumana keberhasilan tindakan keperawatan
secara teoritis yang telah diaplikasikan terhadap klien S. Proses terjadinya
halusinasi dengar pada klien S. sejalan dengan fase-fase atau tahap-tahap dalam
teori halusinasi, yaitu dimulai dengan klien sering menyendiri, melamun,
pemikiran internal menjadi lebih menonjol seperti gambaran suara dan sensasi,
klien berada pada tingkat listening disusul dengan halusinasi lebih menonjol.
Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasi, dimana
halusinasi memberikan kesenangan dan rasa aman sementara, dan ahhirnya
halusinasi berubah menjadi mengancam.
Adapun tindakan keperawatan pada
klien halusinasi dengar salah satunya adalah tidak menyangkal dan tidak
mendukung. Setelah diaplikasikan pada klien S ternyata teori tersebut dapat
diterima oleh klien. Klien dapat menerima realita bahwa suara-suara tersebut
hanya didengar oleh klien, sedangkan orang lain tidak mendengar. Dalam teori
tindakan halusinasi dengar harus dilakukan kontak yang sering dan singkat
dengan tujuan untuk memutuskan stimulus interna, setelah diaplikasikan pada
klien S, ternyata kontak sering dan singkat setiap 20 menit selama 3-5 menit
klien mengeluh merasa capek kemudian kami lakukan modifikasi dengan melakukan
kontak setiap 1 jam selama 10 menit, dan hasilnya lebih baik. Stimulasi
internal dapat terputus dan klien tidak merasa kelelahan. Disamping melalui
kontak yang sering dan singkat, didukung juga oleh kegiatan yang dilakukan
secara rutin di ruangan dengan melibatkan klien dalam pembuatan jadwal kegiatan
sehari-hari. Hasil akhir halusinasi dengar klien S yang semula didengar pada
pagi, siang, sore dan malam hari, sekarang hanya didengar pada malam hari
ketika menjelang tidur.
Terapi aktifitas kelompok:
sosialisasi dan gerak (senam dan bermain volley) yang telah dilakukan pada
klien S, sangat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien, terutama
pada masalah menarik diri dan halusinasi dengar. Melalui kegiatan terapi aktifitas
kelompok (TAK) tersebut klien mampu berhubungan dengan orang lain dan mampu
memutuskan stimulus internal.
Didalam menyelesaikan masalah klien
tentang tidak tahu cara mengungkapkan marah yang konstruktif, kelompok
menerapkan konsep cara mengungkapkan marah yang konstruktif yaitu mendorong
klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah, cara-cara
mengekspresikan marah yang dilakukan selama ini, berdiskusi dengan klien
tentang cara mengungkapkan marah yang destruktif dan konstruktif. Setelah tika
kali pertemuan, hal ini dapat membantu klien dalam mengekspresikan marah secara
konstruktif. Klien juga dapat mengerti tanda-tanda marah dalam dirinya, klien
dapat mendemostrasikan cara mengungkapkan marah yang konstruktif.
Pada klien dengan halusinasi dengar,
muncul masalah gangguan kebersihan diri. Tetapi dengan tindakan yang selalu
mengingatkan klien atau membuat jadwal kegiatan yang teratur membantu klien
untuk memelihara kebersihan dirinya.
Dari lima diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada klien S. (satu diagnosa keperawatan pada keluarga) yang dapat terselesaikan
ada tiga diagnosa keperawatan, yaitu masalah tentang menarik diri, tidak tahu
cara mengungkapkan marah secara konstruktif dan gangguan kebersihan diri.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah membandingkan teori dan
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien S dengan halusinasi dengar, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dengan melakukan kontak yang
sering dan singkat disertai dengan tidak mendukung dan tidak menyangkal apa
yang diungkapkan klien dapat membantu memutuskan siklus halusinasi klien dan
mempercepat orientasi klien pada realita.
2.
Terapi akitifitas kelompok :
sosialisasi dan gerak merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat membantu
menyelesaikan masalah halusinasi dengar dan menarik diri.
3.
Cara mengungkapkan marah yang
kostruktif sangat diperlukan pada klien halusinasi dengar, khususnya isi
halusinasinya bersifat menyuruh, mengejek dan mengancah.
Dari kesimpulan di atas dapat kami
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1.
Dalam memberikan asuhan
keperawatan klien dengan halusinasi dengar, hendaknya dilakukan kontak yang
sering dan singkat dengan memodifikasi
berdasarkan kemampuan dan kebutuhan klien. Selain itu tidak mendukung dan tidak
menyangkal isi halusinasinya.
2.
Terapi aktifitas kelompok (TAK)
hendaknya dilakukan secara rutin dan teratur karena merupakan sustu terapi yang
dapat mempercepat proses penyembuhan. (dapat memutuskan stimulus internal klien
dengan memberikan stimulus eksternal).
3.
Klien dengan halusinasi dengar
hendaknya diajarkan cara-cara marah yang konstruktif, terutama bila isi
halusinasinya bersifat menyuruh, mengejek dan mengancam agar tidak membahayakan
diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar