Jumat, 06 Januari 2012

PENGKAJIAN HALUSINASI DENGAR



PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

I. A. Identitas Klien
Nama klien 
Umur
Jenis kelamin
Suku
Status
Pekerjaan
Agama
Alamat

MRS
Postur tubuh

Penampilan

Kebiasaan

      Informasi
: Tn. R.
: 37 Tahun
: Laki-laki
: Batak
: Belum Kawin
: Tidak bekerja
: Kristen Protestan
: Tomang Tinggi VI No: 16  RT.015 /RW. 06 Jakrta        : Barat.
: Pebruari 1995
: Tubuh  klien tampak kekar, TB: 165 cm, BB: 59 kg,     

: Kulit  bersih, pakaian bersih dan rapih, gigi bersih,       : rambut disisir rapih.
: Sering menyendiri di tempat tidur atau disudut ruangan,   : melamun.
: Klien, keluarga dan perawat ruangan serta status klien.

B. Data Informan
Nama
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Status
Alamat

Posisi
: Tn Al Firman
: 42 tahun
: Swata
: Sarjana
: Menikah
: Tomang Tinggi VI No: 16  RT.015 /RW. 06 Jakarta        : Barat.
: Sebagai kakak klien

Yang didapatkan dari informan adalah data-data yang diberikan berdasarkan
pertanyaan yang berhubungan dengan riwayat keluarga khususnya pada klien R
yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Jakarta.

II. Persepsi dan harapan klien / keluarga
a. Persepsi klien tentang masalah
Klien mengatakan bahwa dia dibawa ke rumah sakit karena mengamuk pada ibu. Klien mengatakan bahwa sebenarnya bisa sembuh dari penyakit ini, tetapi selalu ada orang yang mengatakan dia gila.. Klien juga mengatakan ia juga sering menyendiri, diam diri di kamar, malas berbicara dengan keluarga. Kemudian keluarga membawa ke rumah  sakit lagi. Klien mengatakan dirawat di RSJ sudah empat kali. Klien ingin di RSJ terus dari pada di rumah sebentar nanti kambuh lagi.

b. Persepsi keluarga tentang masalah
Tn. F (informan) mengatakan bahwa yang biasa menengok klien adalah ibunya setiap minggu sekali sedangkan saudara klien yang lain jarang mau menengok klien di rumah sakit sebab saudara-saudaranya sibuk bekerja. Ibu dan saudara-saudaranya menganggap bahwa penyakit klien sebenarnya sudah sembuh tetapi klien itu hanya manja saja. Jika permintaannya tidak dituruti, maka klien mengamuk lalu klien lebih baik dirawat di rumah sakit saja.

c. Harapan klien tentang pemecahan masalah
Klien ingin sembuh, ingin sehat  jasmani dan rohani. Dan mendapatkan pekerjaan sendiri.Klien sangat mengharapkan bantuan perawat untuk memecahkan masalah terutama bila pulang nanti seperti; Klien selalu dilarang untuk terus merokok oleh kakaknya dan cara-cara menghilangkan suara-suara yang membuat Tn.R. marah.

d. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah
Keluarga menginginkan klien teratur minum obat dan latihan  bekerja.

III. Pengkajian Psikologis
a. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa, menyendiri, melamun, tiduran di tempat tidur. Jarang berkomunikasi dengan klien lain.
Ekspresi muka tampak datar. Bila klien marah atau tersinggung oleh orang lain, klien lebih suka mengamuk. Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan perawat meskipun dengan jawaban sering disingkat. Perasaan klien saat ini cukup baik dengan bisa mengontrol marahnya.

b. Kosep diri
Klien mengatakan keinginan untuk mempunyai pacar dengan kriteria ; hidung mancung, kulit putih, rambut panjang. Klien ingin bekerja di kantor sekaligus kuliah. Tetapi saat ini selalu tidak tercapai. Bila dibandingkan dengan saudara-saudaranya klien selalu diam. Klien tidak dapat bekerja karena ijasahnya hanya SMA dan klien merasa sulit mencari kerja.
Klien mengatakan mungkin saya sampai mati di RSJ saja.
Aspek konsep diri klien R. dimana tentang gambaran diri; klien memandang dirinya sebagai manusia yang apa adanya, harga diri klien; klien mengatakan dirinya hanya lulus SMA dan tidak mampu melakukan sesuatu pekerjaan; identitas klien jelas dan klien tahu akan identitasnya; ideal diri klien ingin mempunyai pacar cantik, bekerja di kantor dan kuliah lagi; sedangkan peran nya, klien mengatakan tidak mempunyai peran dalam kehidupan baik pada diri sendiri ataupun keluarganya.
 
c. Gaya komunikasi
Klien berbicara secara berhati-hati,  meloncat-loncat dari satu topik ke topik yang lain. Klien memberikan informasi dengan jelas jika diberikan pertanyaan oleh perawat. Jarang balik memberikan pertanyaan. Ekspresi nonverbal saat berionteraksi yaitu datar, kadang-kadang kontak mata, kadang-kadang melihat ke depan seperti menyelidik.

d. Pola interaksi
Klien jarang berinteraksi dengan klien lain dan perawat. Klien lebih suka tiduran di tempat tidur serta melamun. Didalam berinteraksi klien lebih suka banyak bicara atau mendengarkan pembicaraan orang lain.
Di rumah klien tidak terbuka kepada anggota keluarga. Bila menghadapi masalah tidak pernah diungkapkan pada keluarga melainkan disimpan sendiri.

e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka berdiam diri di kamar, melamun, menekan rasa marahnya sambil merokok dan menghayal atau jalan-jalan tanpa tujuan. Tetapi klien pernah marah dan mengamuk di rumah. Klien mengatakan tidak mengetahui cara-cara untuk mengatasi masalahnya.

IV. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan :
Pendidikan terakhir  SMA. Klien belum pernah bekerja.  Klien mengatakan lebih senang tinggal di rumah sakit dari pada di rumah, karena tidak tahu apa yang dapat dikerjakan di rumah dan kadang-kadang malah membuat klien R menyendiri di kamar.

b. Hubungan sosial
Klien jarang menyampaikan perasaannya kepada teman-temannya. Klien tidak mempunyai teman dekat. Di rumah klien juga jarang berbicara dengan saudara-saudaranya. Di rumah sakit klien suka tiduran, bengong, melamun di kamar, jarang berbicara dengan pasien lain.

c. Faktor sosial budaya
Klien suku Batak dengan menganggap bahwa yang belum bekerja tak boleh menikah dulu. Selama di rumah sakit klien tidak terlalu memikirkan tentang adatnya. Klien beragama Kristen Protestan, sebelum  MRS klien rajin menjalankan ibadahnya, sedangkan selama MRS klien juga melakukan ibadah atau persekutuan yang diadakan setiap hari kamis. Sumber keuangan klien dari ibu dan saudara-saudaranya.

d. Gaya hidup
Sebelum  sakit ( 5 tahun) yang lalu klien tinggal bersama ibu dan saudara-saudaranya di Tomang. Klien menghabiskan waktunya untuk nganggur dan jalan-jalan terus. Klien mempunyai prinsip ingin santai tetapi punya uang banyak dari kakak-kakaknya yang bekerja.



V. Pengkajian Keluarga
     Genogram







 




  









 











Keterangan :
Klien selama ini tinggal dengan ibu dan adiknya Ny. S. 37 tahun yang telah bersuami dan telah memiliki 2 orang anak. Klien paling dekat dengan adiknya (Ny.S.) sedangkan ibu klien tinggal tidak tetap kadang-kadang di rumah kakaknya di Cililitan.

VI. Pengkajian Kesehatan Fisik
A. Masalah kesehatan yang lalu dan sekarang
  1. Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu
Klien selama ini belum pernah mengalami gangguan / penyakit fisik dan belum pernah dirawat di rumah sakit.

  1. Penyakit sekarang
Tanggal 17 April 1997 klien mengatakan tenggorokan gatal, serak dan batuk-batuk. Pemeriksaan fisik : Berat Badan: 59 kg; Tinggi Badan: 165 cm; Nadi: 80 x / menit; Suhu : 36,5 ° Celsius; Tekanan Darah : 110 / 70 mmhg; Pernapasan : 20 x / menit.

  1. Pengobatan sekarang
Ampicilin 3 x 500 mg
Obat batuk hitam 3 x 1 sendok teh

  1. Alergi
Klien tidak ada riwayat alergi / gatal-gatal terhadap makanan atau obat-obatan.


B. Kebiasaan sekarang
1. Penampilan diri
Penampilan klien ; kulit bersih, rambut rapih dan  disisir, gigi bersih, pakaian bersih dan rapih, serta kuku pendek dan bersih. Mandi sehari tiga kali, mencuci rambut seminggu tiga kali, sikat gigi dua kali sehari, ganti pakaian dua kali sehari. Sikap tubuh tegak (atletis).

2. Rokok
Klien perokok berat, kadang-kadang  sehari habis 2 -3 bungkus.

3. Minuman keras
Klien mengatakan tidak pernah meminum minuman keras, seperti yang mengandung alkohol.

4. Pola tidur
Klien mengatakan sulit tidur karena sering diganggu oleh suara-suara yang mengejeknya terutama siang hari. Oleh karena itu klien banyak jalan-jalan keliling rumah sakit akibatnya klien jarang tidur siang.
Sedangkan kalau malam hari, klien tidur jam 22.00 s/d 06.00 Wib. Dan tengah malam kadang-kadang terbangun karena ada suara-suara yang mengajaknya bangun.

5. Pola makan
Klien makan tiga kali sehari menghabiskan porsi yang diberikan, tetapi kadang-kadang merasa masih lapar lalu pergi membeli makanan kecil di warung seperti roti, biskuit. Klien jarang makan bersama-sama temannya.

6. Pola eliminasi
B.a.b. 1 - 2 hari sekali, b.a.k. 3-4 kali sehari
Klien tidak menggunakan obat laxansia.

7. Tingkat aktifitas
Klien cukup aktif, khususnya dalam memenuhi segala kebutuhannya, seperti; makan, menggosok gigi, mandi, membersihkan tempat tidur, dan lain-lain. MRS klien sering diajak untuk mengikuti kegiatan di ruangan seperti; menyapu, mengepel dan mengelap kaca. Sedangkan selama di rumah klien jarang diajak atau di libatkan untuk melakukan kegiatan aktifitas sehari-hari karena dianggap tidak mampu untuk mengerjakannya.

8. Tingkat energi
Klien tampak lincah dan aktif, dan kadang-kadang hiperaktif.

VIII Status atau Keadaan Mental
A. Kebenaran data:
Klien tampaknya polos, jujur dalam memberikan informasi.
Semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa yang disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.

B. Status sensorik:
Penglihatan

Pendengaran

Penciuman
Pengecapan
Perabaan
: Kadang-kadang berkunang-kunang, secara umum :  :  fungsinya baik.
: Klien sering mendengar suara-suara seperti ada:     : suara mengejek, memarahi, melarang klien.
: Tak ada kelainan
: Tak ada kelainan
: Tak ada kelainan

C. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya.
Klien sering melamun, menyendiri,  senyum sendiri karena mendengar sesuatu,
atau kadang-kadang mata menatap tajam seperti mengawasi sesuatu.

D. Status motorik
Motorik kasar:
Klien berjalan, berpakaian, dan berbicara masih terkontrol
Motorik halus :
Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu, memasukan kancing ke dalam
lubang kancing tanpa tremor.

E. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang diungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut tertawa.

F. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada disekitarnya. Klien mengetahui berada di RSJ
Klien mengetahui tentang waktu.

G. Ingatan
Klien masih mengingat apa yang dialaminya selama ini, seperti masih sekolah di
SMA, mencari pekerjaan dan teman-teman nya dulu sewaktu di kampung.

[WORD1] H. Daya tilik diri (insigt)
Klien mengetahui  penyebab di rawat di RSJ karena klien mengamuk pada ibunya
dan sering jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas. Insigt diri positif.

VIII. Diagnosa Medik
Szchizophrinea tak tergolongkan




Program pengobatan medik:
*        Artan (THP)2 mg, 3x sehari
*        Chlorpromazine 100 mg, 3x sehari


Chlorpromazine (largatil / pronactil)

Indikasi


Kontra indikasi


Efek samping

Digunakan untuk pengobatan psikosis; sebagai premedekasi  dalam anestesi untuk mengurangi gejala emesis.

Pada penderita koma, gangguan fungsi hepar, panas yang       tinggi, keadaan umum yang lemah (harus hati-hati).

· Gejala kardiovaskuler seperti; hipotensi ortostatis, aritmia   kordis dan takikardi.
· Gejala hematologi, organolositas dan tranpasitopenia.
· Gejala-gejala parkinson; seperti tremor dan jalan tak stabil.

THP (Artan)

Indikasi


Kontra indikasi




Efek samping
Keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik untuk psikosis serta mania.

· Tidak boleh diberikan pada orang koma
· Kelainan darah
· Gangguan hepar
· Gangguan sum-sum tulang

Menimbulkan gangguan ekstrapiramidal pada keadaan depresi (jadi harus hati-hati).

Peran Perawat dalam pemberian obat :
1.      Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat  serta efek samping yang timbul.
2.      Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
3.      Dampingi klien saat minum obat
4.      Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
5.      Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
6.      Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.






ANALISA DATA
KLASIFIKASI  DATA
MASALAH
Data Subyektif:
Klien mengatakan :
·  Sering tiduran di tempat tidur dan jarang berbicara dengan klien lain atau perawat, dan menghayal sambil merokok
·  Bila berinteraksi klien lebih suka diam dan mendengar pembicaraan.
·  Jarang membicarakan masalahnya dengan orang lain

Data Obyektif:
· Klien sering tiduran, bengong di tempat tidur, melamun, merokok terus. Dan jalan-jalan di ruangan



Gangguan hubungan sosial : menarik diri

Data Subyektif :
Klien mengatakan :
·  Kakak dan adiknya sudah bekerja dan menjadi orang kaya.
·  Saya hanya tamat SMA dan tidak mempunyai pekerjaan.

Data Obyektif:
·  Klien sering tampak putus asa.



Harga diri rendah
Data Subyektif :
·  Klien mengatakan :
·  Bila sendiri sering mendengar suara seperti; menuduh dirinya, mengejek tidak sama seperti kakaknya atau adiknya, anak tidak berguna dan pemalas.

Data Obyektif:
·  Klien duduk sendirian, kelihatan sangat waspada , melihat  daerah sekitarnya.
·  Klien jalan-jalan sekeliling ruangan seperti mencari sesuatu.




Halusinasi dengar.

Data Subyektif:
Klien mengatakan :
·  Dibawah ke rumah sakit pernah klien memukul klien lainnya dengan tangkai pel.
·  Klien tidak mengetahui cara mengatasinya

Data Obyektif:
·  Klien bila melihat klian lainnya terutama klien J. Selalu ingin memukulnya, apalagi kalau klien J minta rokok.



Potensial melukai orang lain.

Data Subyektif:
Klien mengatakan :
·  Saya dibawa ke rumah sakit karena saya mengamuk di rumah.
.
Data Obyektif:
·  Klien sering menatap sekeliling dengan tatapan tajam, seperti mengawasi sesuatu.
·  Kadang-kadang berdiri mendadak langsung berjalan-jalan tanpa tujuan.




Potensial amuk.






BAB V
PEMBAHASAN

                  Dalam bab pembahasan ini akan diuraikan sejaumana keberhasilan tindakan keperawatan secara teoritis yang telah diaplikasikan terhadap klien S. Proses terjadinya halusinasi dengar pada klien S. sejalan dengan fase-fase atau tahap-tahap dalam teori halusinasi, yaitu dimulai dengan klien sering menyendiri, melamun, pemikiran internal menjadi lebih menonjol seperti gambaran suara dan sensasi, klien berada pada tingkat listening disusul dengan halusinasi lebih menonjol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasi, dimana halusinasi memberikan kesenangan dan rasa aman sementara, dan ahhirnya halusinasi berubah menjadi mengancam.
            Adapun tindakan keperawatan pada klien halusinasi dengar salah satunya adalah tidak menyangkal dan tidak mendukung. Setelah diaplikasikan pada klien S ternyata teori tersebut dapat diterima oleh klien. Klien dapat menerima realita bahwa suara-suara tersebut hanya didengar oleh klien, sedangkan orang lain tidak mendengar. Dalam teori tindakan halusinasi dengar harus dilakukan kontak yang sering dan singkat dengan tujuan untuk memutuskan stimulus interna, setelah diaplikasikan pada klien S, ternyata kontak sering dan singkat setiap 20 menit selama 3-5 menit klien mengeluh merasa capek kemudian kami lakukan modifikasi dengan melakukan kontak setiap 1 jam selama 10 menit, dan hasilnya lebih baik. Stimulasi internal dapat terputus dan klien tidak merasa kelelahan. Disamping melalui kontak yang sering dan singkat, didukung juga oleh kegiatan yang dilakukan secara rutin di ruangan dengan melibatkan klien dalam pembuatan jadwal kegiatan sehari-hari. Hasil akhir halusinasi dengar klien S yang semula didengar pada pagi, siang, sore dan malam hari, sekarang hanya didengar pada malam hari ketika menjelang tidur.
            Terapi aktifitas kelompok: sosialisasi dan gerak (senam dan bermain volley) yang telah dilakukan pada klien S, sangat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien, terutama pada masalah menarik diri dan halusinasi dengar. Melalui kegiatan terapi aktifitas kelompok (TAK) tersebut klien mampu berhubungan dengan orang lain dan mampu memutuskan stimulus internal.
            Didalam menyelesaikan masalah klien tentang tidak tahu cara mengungkapkan marah yang konstruktif, kelompok menerapkan konsep cara mengungkapkan marah yang konstruktif yaitu mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah, cara-cara mengekspresikan marah yang dilakukan selama ini, berdiskusi dengan klien tentang cara mengungkapkan marah yang destruktif dan konstruktif. Setelah tika kali pertemuan, hal ini dapat membantu klien dalam mengekspresikan marah secara konstruktif. Klien juga dapat mengerti tanda-tanda marah dalam dirinya, klien dapat mendemostrasikan cara mengungkapkan marah yang konstruktif.
            Pada klien dengan halusinasi dengar, muncul masalah gangguan kebersihan diri. Tetapi dengan tindakan yang selalu mengingatkan klien atau membuat jadwal kegiatan yang teratur membantu klien untuk memelihara kebersihan dirinya.
            Dari lima diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien S. (satu diagnosa keperawatan pada keluarga) yang dapat terselesaikan ada tiga diagnosa keperawatan, yaitu masalah tentang menarik diri, tidak tahu cara mengungkapkan marah secara konstruktif dan gangguan kebersihan diri.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

            Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien S dengan halusinasi dengar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Dengan melakukan kontak yang sering dan singkat disertai dengan tidak mendukung dan tidak menyangkal apa yang diungkapkan klien dapat membantu memutuskan siklus halusinasi klien dan mempercepat orientasi klien pada realita.
2.      Terapi akitifitas kelompok : sosialisasi dan gerak merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat membantu menyelesaikan masalah halusinasi dengar dan menarik diri.
3.      Cara mengungkapkan marah yang kostruktif sangat diperlukan pada klien halusinasi dengar, khususnya isi halusinasinya bersifat menyuruh, mengejek dan mengancah.

            Dari kesimpulan di atas dapat kami memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1.      Dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan halusinasi dengar, hendaknya dilakukan kontak yang sering dan singkat  dengan memodifikasi berdasarkan kemampuan dan kebutuhan klien. Selain itu tidak mendukung dan tidak menyangkal isi halusinasinya.
2.      Terapi aktifitas kelompok (TAK) hendaknya dilakukan secara rutin dan teratur karena merupakan sustu terapi yang dapat mempercepat proses penyembuhan. (dapat memutuskan stimulus internal klien dengan memberikan stimulus eksternal).
3.      Klien dengan halusinasi dengar hendaknya diajarkan cara-cara marah yang konstruktif, terutama bila isi halusinasinya bersifat menyuruh, mengejek dan mengancam agar tidak membahayakan diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
    








Tidak ada komentar:

Posting Komentar