TINJAUAN
TEORITIS
Oleh
: Muslimin Siraja, S.Kep Ns / PSIK III
A. Konsep Dasar
1.
Definisi
Thypus
Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan
pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan,1990)
2.
Patofisiologi
Kuman Salmonella Typi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan
makanan dan air yang tercemar. Sebagian
kuman dimusnakan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan
mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami
hipertrofi. Di tempat ini komplikasi
perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella Typi kemudian menembud ke
lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang
juga mengalami hipertrofi. Setelah
melewati kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typi masuk ke aliran darah
melalui duktus thoracicus. Kuman
salmonella typi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typi bersarang di plaque peyeri,
limpa, hati dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Semula disangka demam dan gejala-gejala
toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian
ekperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama
demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid. Endotoksin salmonella typi berperan pada
patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal
pada jaringan tempat salmonella typi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena
salmonella typi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat
pirogen oleh zat leukosit pada jaringan yang meradang.
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari. Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi. Perbedaaan ini tidak saja antara berbagai
bagian dunia, tetapi juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran penyakit bervariasi dari
penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas
dengan komplikasi dan kematian hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang
sudah sangat berpengalamanpun dapat mengalami kesulitan membuat diagnosis
klinis demam tifoid.
Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa dengan penyakit infeksi
akut pada umumnya , yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau
diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisis hanya didapatkan suhu
badan meningkat . dalam minggu kedua
gejala-gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif, lidah yang
khas (kotor di tengah, tepi daan ujung merah dan tremor), hepatomegali,
splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma,
delirium atau psikosis, roseolae jarang
ditemukan pada orang Indonesia.
( Secara sederhana dapat diperhatikan pada skema dibawah ini
)
B. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan
pelayanan asuhan keperawatan yang mempunyai empat tahapan yaitu pengkajian,
perencanaan, palaksanaan dan evaluasi.
Proses keperawatan ini merupakan suatu proses pemecahan masalah yang
sistimatik dalam memberikan pelayanan keperawatan serta dapat menghasilkan
rencana keperawatan yang menerangkan kebutuhan setiap klien seperti yang tersebut diatas yaitu melalui empat tahapan
keperawatan. (Proses keperawatan : 9
& 12)
1.
Pengkajian
a.
Pengumpulan data
1)
Identitas klien
Meliputi
nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
Umur : didaerah endemik, insiden tertinggi
didapatkan pada anak-anak. Orang
dewasa sering mengalami infeksi ringan yang bisa sembuh sendiri dan
menjadi kebal
Jenis
Kelamin : tidak ada perbedaan yang nyata
antara pria dan wanita.
2) Keluhan utama
Keluhan
utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut,
pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
2)
Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena
masuknya kuman salmonella typhi ke dalam
tubuh yang terjadi terus menerus selama lebih kurang 1 minggu
3)
Riwayat penyakit dahulu
Apakah
sebelumnya pernah menderita demam
tifoid.
4)
Riwayat penyakit keluarga
Apakah
keluarga pernah menderita Demam typhoid, ini terkait dengan proses penularan
yang bisa berawal dari lingkungan rumah sendiri.
5)
Riwayat Tumbuh kembang.
a)
Pertumbuhan :
Tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap BB / TB
b)
Perkembangan :
-
Intelektual :
-
Psikososial :
-Psikoseksual
:
-
Motorik : - motorik halus :
-
motorik kasar :
6)
Pola-pola fungsi kesehatan
a)
Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
b)
Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
c)
Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan
merupakan dampak psikologi klien.
d)
Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah
sakit dan klien harus bed rest total.
e)
Pola reproduksi dan seksual
Gangguan pola ini terjadi pada klien
yang sudah menikah karena harus dirawat di rumah sakit sedangkan yang belum
menikah tidak mengalami gangguan.
f)
Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.
g)
Pola tatanilai dan kepercayaan
Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak boleh
melakukan aktivitas karena penyakit yang dideritanya saat ini.
7)
Pemeriksaan fisik
a)
Keadaan umum
Didapatkan klien
tampak lemah, suhu
tubuh meningkat 38 – 410 C, muka kemerahan.
b)
Tingkat kesadaran
Dapat
terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c)
Sistem respirasi
Pernafasan
rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti
bronchitis.
d)
Sistem kardiovaskuler
Terjadi
penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
e)
Sistem integumen
Kulit
kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
f)
Sistem gastrointestinal
Bibir
kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah,
anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik
usus meningkat.
g)
Sistem muskuloskeletal
Klien
lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h)
Sistem abdomen
Saat
palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri
tekan pada abdomen. Pada perkusi
didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
i)
Sistem perkemihan / eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena
tirah baring lama. Sedangkan eliminasi
urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning
kecoklatan. Klien dengan demam tifoid
terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa
haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
8)
Pemeriksaan penunjang
a)
Pemeriksaan darah tepi
Didapatkan
adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan
absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel darah
merah dalam peredaran darah. Leukopenia
dengan jumlah lekosit antara 3000 – 4000 /mm3 ditemukan pada fase
demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari
darah tepi. Trombositopenia terjadi pada
stadium panas yaitu pada minggu pertama.
Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan
endotoksin. Laju endap darah meningkat.
b)
Pemeriksaan urine
Didaparkan
proteinuria ringan ( < 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan lekosit dalam
urine.
c)
Pemeriksaan tinja
Didapatkan
adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi.
d)
Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa
pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman
salmonella dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
e)
Pemeriksaan serologis
Yaitu
reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman
salmonella adalah antobodi O dan H.
Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama
atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih dari 4
kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2
minggu kemudian menunjukkan diagnosa
positif dari infeksi Salmonella typhi.
f)
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan
ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam tifoid.
b.
Analisa data
Data yang
sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk menentukan masalah
klien. Untuk mengelompokkan data ini
dilihat dari jenis data yang meliputi
data subyek dan dan data obyek.
Data subyek adalah data yang diambil dari ungkapan klien atau keluarga
klien sedangkan data obyek adalah data yang didapat dari suatu pengamatan atau
pendapat yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan. Data tersebut juga bisa diperoleh dari keadaan
klien yang tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada. Untuk perawat harus jeli dan memahami tentang
standart keperawatan sebagai bahan
perbandingan apakah keadaan kesehatan klien sesuai tidak dengan standart yang
sudah ada. (Lismidar, 1990)
c.
Diagnosa keperawatan
1)
Hipertermi sehubungan
dengan terjadinya sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh leokosit pada
jaringan yang meradang.
2)
Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan)
sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan.
3)
Gangguan rasa nyaman (kebutuhan tidur dan istirahat)
sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
4)
Kecemasan sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5)
Potensial terjadinya gangguan intregitas kulit sehubungan
dengan lamanya bedres pada penderita thypus Abdominalis
2.
Perencanaan
a.
Diagnosa keperawatan I
Hipertermi sehubungan dengan terjadinya sintesis dan
penglepasan zat pirogen oleh leokosit pada jaringan yang meradang.
1)
Tujuan : suhu tubuh turun sampai dalam batas
normal
1)
Kriteria hasil :
a)
Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 37 0 C
b)
Klien bebas demam
2)
Rencana tindakan
a)
Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga
b)
Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es
atau handuk pada tubu, khususnya pada aksila atau lipatan paha.
c)
Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan)
d)
Anjurkan memakai
baju tipis yang menyerap keringat.
e)
Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi
f)
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan
terutama anti piretik.
3)
Rasional
a)
Dengan hubungan yang baik dapat meningkatkan kerjasama
dengan klien sehingga pengobatan dan
perawatan mudah dilaksanakan.
b)
Pemberian kompres dingin merangsang penurunan suhu tubuh.
c)
Air merupakan pangatur suhu tubuh. Setiap ada kenaikan suhu melebihi normal,
kebutuhan metabolisme air juga meningkat dari kebutuhan setiap ada kenaikan
suhu tubuh.
d)
Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat yang
keluar.
e)
Observasi tanda-tanda vital merupakan deteksi dini untuk mengetahui komplikasi yang terjadi sehingga cepat
mengambil tindakan
f)
Pemberian obat-obatan terutama antibiotik akan membunuh
kuman Salmonella typhi sehingga mempercepat proses penyembuhan sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu
tubuh.
b.
Diagnosa keperawatan II
Gangguan
keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan pengeluaran
cairan yang berlebihan.
1)
Tujuan : kekurangan
2)
Kriteria hasil :
a)
Mukosa mulut dan bibir tetap basah, turgor kulit normal.
b)
Tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah,
pernafasan) dalam batas normal.
3)
Rencana tindakan
a)
Monitor intake atau output tiap 6 jam
b)
Beri cairan (minum banyak 2 – 3 liter perhari) dan
elektrolit setiap hari.
c)
Masukan cairan diregulasi pertama kali karena adanya rasa
haus.
d)
Hindarkan sebagian besar gula alkohol, kafein.
e)
Timbang berat badan secara efektif.
f)
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan secara
intravena.
4)
Rasional :
a)
Pemenuhan cairan (input) dan koreksi terhadap kekurangan
cairan yang keluar serta deteksi dini terhadap keseimbangan cairan.
b)
Cairan yang terpenuhi dapat membantu metabolisme dalam
keseimbangan suhu tubuh.
c)
Haluaran cairan di regulasi oleh kemampuan ginjal untuk
memekatkan urine.
d)
Gula, alkohol dan kafein mengandung diuretik meningkatkan
produksi urine dan menyebabkan dehidrasi.
e)
Kehilangan berat badan 2-5 % menunjukkan dehidrasi
ringan, 5-9 % menunjukkan dehidrasi sedang.
f)
Sebagai perawat melakukan fungsinya (independen)
sebaik-baiknya.
c.
Diagnosa keperawatan III
Gangguan
rasa nyaman (kebutuhan istirahat dan tidur) sehubungan dengan peningkatan suhu
tubuh.
1)
Tujuan : kebutuhan rasa nyaman (istirahat dan
tidur) terpenuhi
2)
Kriteria hasil :
a)
Klien dapat/mampu mengekspresikan kemampuan untuk
istirahat dan tidur.
b)
Kebutuhan istirahat dan tidur tidak terganggu.
3)
Rencana tindakan
a)
Pertahankan tempat tidur yang hangat dan bersih dan
nyaman.
b)
Kebersihan diri (cuci mulut, gosok gig, mandi sebagian)
c)
Mengkaji rutinitas
istirahat dan tidur klien sebelum
dan sesudah masuk rumah sakit.
d)
Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan atau
kebisingan.
e)
Batasi pengunjung selama peroide istirahat dan tidur.
f)
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
(antipiretik).
4)
Rasional :
a)
Tempat tidur yang nyaman dapat memberi kenyamanan dalam
masa istirahat klien.
b)
Kebersihan diri juga dapat memberikan rasa nyaman dan
dapat membantu kenyamanan klien dalam istirahat dan tidur.
c)
Dapat memantau gangguan pola tidur dan istirahat yang
dirasakan.
d)
Lingkungan yang tidak tenang, bagi klien akan cepat
menambah beban atau penderitaannya.
e)
Pengunjung yang banyak akan mengganggu istirahat dan
tidur klien.
f)
Antipiretik dapat menurunkan suhu yang tinggi sehingga
kebutuhan istirahat dan tidur klien
terpenuhi atau gangguan yang selama ini dialami akan berkurang.
d.
Diagnosa keperawatan IV
Cemas
sehubungan dengan hospitalisasi.
1)
Tujuan :
selama dalam perawatan RSUD, kecemasan berkurang atau
hilang
2)
Kriteria hasil :
a)
Klien mengerti tentang penyakitnya, kecemasan hilang atau
berkurang.
b)
Klien menerima akan keadaan penyakit yang dideritanya.
3)
Rencana tindakan
a)
Beri penjelasan pada klien tentang penyakitnya
b)
Kaji tingkat kecemasan klien
c)
Dampingi klien terutama saat-saat cemas.
d)
Tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi kontak dengan
orang lain, klien lain dan keluarga yang menimbulkan cemas.
4)
Rasional :
a)
Klien mengerti dan merespon dari penjelasan secara
kooperatif.
b)
Dapat memberi gambaran yang jelas apa yang menjadi
alternatif tindakan yang direncanakan.
c)
Klien merasa diperhatikan dan dapat menurunkan tingkat
kecemasan.
d)
Dengan ruangan yang tenang dapat mengurangi kecemasannya
e.
Diagnosa keperawatan V
Potensial
terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan infus.
1)
Tujuan : tidak terjadi infeksi pada daerah
pemasangan infus.
2)
Kriteria hasil :
a)
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
b)
Infeksi tidak terjadi.
3)
Rencana tindakan
a)
Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang
tanda-tanda infeksi.
b)
Mengganti atau merawat daerah pemasangan infus.
c)
Lakukan pemasangan infus secara steril dan jangan
lupa mencuci tangan sebelum dan
sesudah pemasangan.
d)
Cabut infus bila terdapat pembengkakan atau plebitis.
e)
Observasi tanda-tanda vital dan tand-tanda infeksi di
daerah pemasangan infus.
4)
Rasional :
a)
Klien dapat mengetahui tanda-tanda infeksi dn melaporkan
segera bila terasa sakit di daerah pemasangan infus.
b)
Mencegah terjadinya infeksi karena pemasangan infus yang
lama.
c)
Dengan cara steril adalah tindakan preventif terhadap
kemungkinan terjadinya infeksi.
d)
Mencegah atau menghindari kondisi yang lebih buruk lagi
akibat infeksi.
e)
Dengan observasi yang dilakukan akan dapat mengetahui
secara dini gejala atau tanda-tanda infeksi dan keadaan umum klien.
f.
Diagnosa keperawatan VI
Potensial
terjadi gangguan integritas kulit sehubungan dengan Bedres total pada penderita
Typoid.
1)
Tujuan : tidak terjadi gangguan intregitas kulit.
2)
Kriteria hasil :
a)
Tidak terdapat tanda-tanda gangguan integritas kulit
(kemerahan, lecet).
b)
Tidak terjadi luka lecet.
3)
Rencana tindakan
a)
Tingkatkan latihan rentang gerak dan mengangkat berat
badan jika mungkin.
b)
Ubah posisi tubuh tiap 2 jam sekali.
c)
Anjurkan menjaga kulit tetap bersih dan kering.
d)
Jaga suhu dan kelembaban lingkungan yang berlebihan.
4)
Rasional :
a)
Memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi penekanan yang berlebihan .
b)
Merubah posisi tidur dapat memperbaiki sirkulasi darah
dan mengurangi penekanan yang berlebihan di daerah yang menonjol.
c)
Menjaga kulit tetap bersih dan kering dapat mengurangi
masuknya penyakit yang menyebabkan infeksi.
d)
Panas tubuh / demam dengan kelembaban lingkungan yang
baik akan turun sesuai keadaan lingkungannya serta dapat mencegah terjadinya infeksi.
3.
Pelaksanaan dan
evaluasi.
Disesuaikan
dengan rencana yang telah dibuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar