BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Luka bakar
adalah luka yang disebabkan oleh kontak mata dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu
renadah (frost bite). [kapita selekta jilid 2]
Luka
bakakr adaalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan
oleh trauma benda tajam ataau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik atau gigitan hewan.(buku Ilmu Ajar bedah. Syamsuhidayat)
Luka
bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada jaringan
kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam, yang di sebabkan
kontak langsung denagn sumber panas yaitu api, air/ uap panas, bahan kimia,
radiasi, arus listrik, dan suhu sanagt dingin.
B. Etiologi
Pada luka bakar yang paling
sering panyebab yang utam antara lain karena pai, air panas, arus listrik,
bahan kimia, radiasi, suhu rendah (frost bite), tersambar petir, ledkan.
Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, odema paru,
SIRS (Systemic Inflamatory Response Sindrom), infeksi, dan sepsis serta parut
hipertropik dan kontraktur.
C. Prognosis
Prognosis dan penanganan
luka bakar terutama tergantung pada dalam dn luasnya permukaan luka bakar dan
penenganan syok hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah terbakar,
usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepetaan
kesembuhan. Luka bakar pada daerah perinium, ketiak, leher, dan tangan sulit
dalam perawatannya, karena mudah mengalami kontraktur.
·
Kedalaman luka bakar
1.
Derajat I (luka bakar superfisial)
Luka bakar
hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar dengan derajat ini ditandai
dengan kemerahan yang biasanay akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7 hari.
2.
Derajat II (luka bakar dermis)
Luka bakar
derajat dua mencapai kedalaman dermis tapi masih ada elemen epitel yang tersisa
seperti sel epitel basal, klenjar sebasea, kelenjar keringat, folikel rambut,
sehingga luka akan sembuh dengan waktu 10-21 hari.
Luka bakar
derajat II dibedakan menjadi :
F
Derajat II dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian
superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10
hari.
F
Derajat II dalam, dimana keruskan mengenai hampir
seluruh baggian dermis. Bila kerusakn lebih dalam mengenai dermis subyektif
dirasakan nyeri. Penyembuhan yang terjadi lebih lama tergantung pada bagian
yang memiliki kemampuan reproduksi.
3.
Derajat III
Luka
bakar meliputi seluruh kedalaman kuli,
mungkin subkulit, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena itu tidak ada lgi
epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok
kulit. Koagulasi protein yang terjadi
berwarna puith, tidak ada bula, dan tidak ada nyeri.
·
Klasifikasi luka bakar :
1.
Luka bakar berat atau kritis bila :
Ø
Derajat dua denagn luas lebih dari 25 %
Ø
Derajat tiga dengan luas lebih dari 10% atau terdapat
di muka, kaki dan tangan
Ø
Luka bakar disertai dengan trauma jalan nafas atau
jaringan lunak luas atau fraktur
Ø
Luka bakar karena lisrik
2.
Sedang bila :
F
Derajat dua dengan luas 15-25 %
F
Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 %kecuali muka,
kaki, dan tangan.
3.
Ringan bila :
Ø
Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 %
Ø
Derajat tiga kurang dari 2%
·
Luas luka bakar
1.
Perhitungan luas bakar antara lain bardasarkan rule of
nine dari Wallace, yaitu :
F
kepala dan leher
= 9%
F
ektrimitas atas
= 2X9% (kiri dan kanan)
F
paha dan betis = 4 X 9 % (kiri dan kanan)
F
dada, perut, punggung, bokong = 4 X 9%
F
perinium dan gentalia = 1%
2.
Rumus tersebut tidak digunakan pada anak bayi karena
luas permukaan anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih
kecil. Oleh karena itu digunakan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 dari Lund –Brounder untuk anak.
Dasr presentasi yang digunakan tersebut di atas adalah luas telapak tangan
dianggap 1%.
D. Komplikasi
1.
Hipertropi jaringan parut.
Terbentuknya
hipertropi jaringan parut pada luka bakar dipengaruhi oleh :
v
Kedalaman luka bakar
v
Sifat kulit
v
Usia pasien
v
Lamanya waktu penutupan kulit
v
Penanduran kulit
Jaringan
kulit menglami pembetukan secara efekif pada sebulan post luka, dengan warna
berubah menjadi merah – merah tua – sampai coklat dan teraba keras, setelah
12-18 bulan jaringan parur akan matur dan warna coklat muda akan teraba lembut
/ lemas.
2.
Kontraktur
Kontaktur
dapat menyebabkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat
mencegah kontraltur adalah :
n
Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
n
Ambulasi yang dilakukan pada 2-3 kali/hari segera
mungkin pada pasien yang terpasang alat invasive, molisasi dibantu.
n
Pressure garment adalah pakaian yang dapat memberikan
tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertropi scar (menghambat mobilisasi
dan mendukung terjadinya kontrakatur )
E. Patofisiologi
F. Pemeriksaan diagnostik
v
Pemeriksaan
serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka bakar mengalami
kehilangan volume
v
Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar
mengalami kehilangan volume cairan dan gangguan Na-K pump
v
Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan kehilanga
protein
v
Faal hati dan ginjal
v
CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan, penuruan HCT dan RBC,
trombositopenia lokal, leukositosis, RBC yang rusak
v
Elektolit terjadi penurunan calsium dan serum,
peningkatan alkali phospate
v
Serum albumin : total protein menurun, hiponatremia
v
Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru,
inhalas asap dan menunjukkan faktor yang mendasari
v
ECG : untuk mengetahui adanya aritmia
G. Penalatalaksanaan
a.
prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah
menghentikan proses luka bakar ini meliputi intervensi pertolongan pertama pada
situasi :
p
untuk luka bakar termal (api ) “brhenti, berguling,
dan berbaring tutup individu dengan selimut dan gulingkan pada api yang lebih
kecil. Berikan kompres dingin untuk menurunkan suhu dari luka (es dingin
menyebabkan cedera lanjut pada jaringan yang terkena )
p
untuk luka baka kimia (cairan), bilas dengan air
sebanyak mungkin dari kulit. Untuk luka bakar kimia (bedak), sikat bedak kimia
dari kulit kemudian bilas dengan air
p
untuk luka bakar listrik matikan sumber listrik
pertama-tama sebelum berusaha untuk memisahkan korban dengan bahaya
b.
Prioritas kedua adalah menciptakan jalan nafas yang
efektif, untuk klien denagn kecurigaan cedera inhalasi berikan oksigen dilembabkan
100% melalui masker 10 l/mnt. Gunakan intubasi endotrakeal dan tempatkan pada
ventilasi mekanik bila gas darah arteri menunjukkan hiperkapnia berat meskipun
dengan O2 suplemen
c.
Prioritas ketiga adalah resusitasi cairan agresif
untuk memperbaiki kehilangan volume plasma secara esensial setengah dari
perkiraan volume cairan diberikanpada delapan jam pertama pasca luka bakar dan
setengahnya lagi diberikan selama 16 jam kemudian. Tipe-tipe cairan yang
digunakan melipuit kristaloid seperti larutan ringer laktat dan atau seperti
koloid seperti albumin atau plasma. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar
derajat dua atau tiga dengan luas > 25 % atau lien tidak dapat minum. Terapi
cairan dihentikan bila masukan oral dapat menggantikan parenteral. Dua cara
yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka
bakar yaitu :
@ cara Evans
Untuk
menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
1.Berat
badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
2.Berat
badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
3.2000cc
glukosa 5%
Separuh
dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah
cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan
hari kedua. Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.
@ cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai.
Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar
X BB (kg) X 4cc. Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberika elektrolit yaitu
larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan
setengah dari jumlah pemberian hari pertama.
d.
prioritas keempat adalah perawatan luka bakar :
F
Pemberian setiap jam dan pemberian krim anti mikroba
topikal seperti silver sulfadia (silvadene)
F
Penggunaan berbagai tipe balutan sintetik atau balutan
biologik (tandur kulit) khususnya luka bakar dengan ketebalan penuh.
H. Pengkajian
a.
Biodata
Terdiri
atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS, dan
informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari
klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan
tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan
dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian
(Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan
memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan pendidikan menentukan
intervensi ynag tepat dalam pendekatan
b.
Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah
nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf.
Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time,
quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien
mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga
timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai
pada penurunan ekspansi paru.
c.
Riwayat
penyakit sekarang
Gambaran
keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan
pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan perawatanketika
dilakukan pengkajian. Apabila dirawat
meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola
bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari
/ bulan ), fase rehabilitatif
(menjelang klien pulang)
d.
Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan
riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka
bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit
kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol
e.
Riwayat penyakit keluarga
Merupakan
gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan
kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari
pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan
penyakit turunan
f.
Pola ADL
Meliputi kebiasaan
klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan pola
menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan
didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan badan
mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan
istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena adanya rasa
nyeri .
g.
Riwayat psiko sosial
Pada klien
dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang disebabkan
karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu
juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu klien
dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
h.
Pemeriksaan fisik
a.
keadaan umum
Umumnya
penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat
kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
b.
TTV
Tekanan
darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak
adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c.
Pemeriksaan kepala dan leher
Ø
Kepala dan rambut
Catat
bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka
bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
Ø
Mata
Catat
kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang
menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas,
bahan kimia akibat luka bakar
Ø
Hidung
Catat
adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok.
Ø
Mulut
Sianosis
karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan
kurang
Ø
Telinga
Catat
bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen
Ø
Leher
Catat
posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi
untuk mengataasi kekurangan cairan
d.
Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi
bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal
fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara
ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
e.
Abdomen
Inspeksi
bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f.
Urogenital
Kaji
kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi
dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g.
Muskuloskletal
Catat
adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal,
kekuatan oto menurun karen nyeri
h.
Pemeriksaan neurologi
Tingkat
kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila
supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok
neurogenik)
i.
Pemeriksaan kulit
Merupakan
pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka).
Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai
berikut :
Bag tubuh |
1 th
|
2 th
|
Dewasa
|
Kepala
leher
|
18%
|
14%
|
9%
|
Ekstrimitas atas (kanan dan kiri)
|
18%
|
18%
|
18 %
|
Badan
depan
|
18%
|
18%
|
18%
|
Badan
belakang
|
18%
|
18%
|
18%
|
Ektrimitas
bawah (kanan dan kiri)
|
27%
|
31%
|
30%
|
Genetalia
|
1%
|
1%
|
1%
|
Pengkajian
kedalaman luak bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade tersebut ditentukan
berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasanya dan lamanya kesembuhan
luka
Grade I :
Luka bakar
ini sangat ringan, hanya mengenai lapisan epidermis, terdapat warna merah pada
kulit tidak ada vesikel, tanpa odema, nyeri dan biasanya sembuh tanpa adanya
pengobatan dalam waktu 3-7 hari.
Grade II :
Dangkal mengenai lapisan dermis, ada bulla (lepuh), terdapat penumpukan cairan, intersisiel. Timbul rasa nyeri yang hebat, biasanya sembuh 21-28 hari. tanpa disertai jaringan parut bila tidak terjadi infeksi.
Grade III :
Dalam gambaran klinis sama tetapi gambaran lepuh, pucat dan agak kering, keluhan nyeri berkurang karena jaringan lemak, otot terkena. Biasanya penyembuhan agak lama 1bulan atau lebih dan terdapat jaringan granulasi
Grade IV :
Sudah
mengenai lapisan paling dalam bahkan sampai tulang. Keadaan luka kering, warna
merah, putih, hitam / coklat, tidak nyeri pada grade ini. Kesembuhannya lama
dan memerlukan tindakan skin graft (Barbara L Cristensen. 1991)
Diagnosa keperawatan
p
Defisit volume cairan b/d luka bakar yang luas,
kehilangancairan melalui rute ab normal
p
Resiko tinggi terhadap infeksi b/d kehilangan
integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar
p
Nyeri b/d kerusakan kulit / jaringan, pembentukan
odema
p
Kerusakan integritas kulit s/d adanya luka bakar dalam
p
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status
hipermetabolik
p
Kerusakan pertukaran gas b/d cidera inhalasi asap /
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada
dan leher
p
Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b/d
perubahan bentuk, kemungkinan kontraktur sekunder terhadap luka bakar ketebalan
penuh
p resiko
tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan b/d luka bakar melingkari
ekstrimitas
i.
Implementasi
Dx I :
defisit volume cairan b/d luka bakar yang luas, kehilanagn cairan melalui rute
abnormal.
Kriteria
Evaluasi : tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi odema, elektrolit serum
dalam batas normal, haluaran, urine diatas 30 ml/jam, TTV dalam batas normal.
Intervensi
1.
Awasi tanda-tanda vital
R/ memberikan
pedoman untuk pengantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler
2.
Awasi haluaran urine dan berat jenis
R/ secara
umum penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran
urine
3.
Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe
pemasukan cairan
R/ mencegah
ketidakseimbangan dan kelebihan cairan
4.
Timbang BB tiap hari
R/
penggantian cairan tergantung pada BB pertama dan perubahan selanjutnya
5.
Berikan penggantian cairan IV yang dihitung,
elektrolit, plasma, dan membantu mencegah komplikasi.
R/
resusitasi cairan menggantikan kehiangan cairan / elektrolit, plasma, albumin.
6.
Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, elektrolit)
R/
kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit
Dx II :
resiko tinggi terhadap infeksi b/d kehilangan integritas kulit yang disebabkan
oleh luka bakar
Kriteria Evaluasi : tak ada pembentukan jaringan granulasi tetap bebas dari infeksi
Intervensi :
1
Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesuai
dengan indikasi
R/ tergantung pada tipe dan luasnya luka
2
Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk
semua individu yang datang kontak dengan klien
R/ mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.
3
Gunakan skort, sarung tangan, masker, dan teknik
aseptik ketat selama perawtan luka langsung dan berikan pakaian steril / baju
juga linen / pakaian
R/ mencegah terpajan pada organisme infeksius
4
Awasi / batasi pengunjung bila perlu jelaskan isolasi
terhadap pengunjung bila perlu
R/ mencegah kontaminasi silang dari pengunjung
5
Awasi TTV untuk demam, peningkatan frekuensi
pernafasan, penurunan jumlah trombosit.
R/ indikator sepsis memerlukan evaluasi cepat dan intervensi
6
Ambil kultur rutin dan sensitifitas luka / drainase
R/ memungkinkan pengenalan dini dan pengobatan khusus infeksi
Dx III : Nyeri b/d kerusakan kulit / jaringan, pembentukan
odema
Kriteria Evaluasi :
Melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks,
berpartisipasi dalam aktififitasdengan tepat.
Intervensi
1.
kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas
(skala 0-1)
R/ perubahan lokasi atau intensitas,
karakter nyeri dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi
2.
pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu
penghangat, penutup tubuh hangat
R/
pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar dan untuk mencegah
menggigil
3.
jelaskan prosedur / berikan informasi yang tepat,
khususnya pada debridemen
R/ membantu menghilangkan nyeri /
meningkatkan relaksasi
4.
dorong penggunaan teknik manajemen strees contoh
relaksasi progresi, nafas dalam, dll
R/ memfokuskan kembali perhatian,
meningkatan teknik relaksasi dan untuk meningkatkan rasa kontrol
5.
berikan analgesik (narkotik dan non narkotik ) sesuai
indikasi
R/ menghilangkan rasa nyeri
6.
berikan aktifitas terapeutik tepat untuk usia /
kondisi
R/ membantu mengurangi konsentrasi
rasa nyeri , memfokuskan kembali perhatian
7.
berikan tempat tidur yang nyaman sesuai dengan
indikasi
R/ peninggian linen dari luka
membantu mengurangi rasa nyeri.
Dx IV : Kerusakan integritas kulit s/d adanya luka bakar
dalam
Kriteria Evaluasi :
-
menunjukkan regenerasi jaringan
-
mencapai penyembuhan tepat waktu
Intervensi
1.
Kaji ukuran, warna, kedalaman luka bakar, perhatikan
jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka
R/ memberikan dasar informasi
tentang kebutuhan penambahan kulit.
2.
Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan
kontrol infeksi
R/ menyiapkan jaringan untuk
penanaman dan menurunkan resiko terjadinya infeksi
3.
Siapkan / bantu prosedur bedah atau balutan biologis
4.
Tinggikan area graft bila mungkin atau tepat.
Pertahankan posisi yang diingin kan
dan immobilisasi area bila diindikasikan
R/ menurunkan pembengkakan resiko
pemisahan graft
5.
Pertahankan balutan di atas area graft baru dan atau
sisi donor sesuai indikasi
R/ menghilangkan robekan dari
epitel baru atau melindungi jaringan sembuh
Dx V : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status
hipermetabolik
Kriteria Evaluasi : menunjukkan pemasukan nutrisi yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik dibuktikan oleh BB stabil, dan
regenerasi jaringan
Intervensi
1.
Auskultasi bising usus
2.
Pertahankan jumlah kalori ketat, timbang tiap hari
R/ pedoman tepat untuk pemasukan
kalori
3.
Berikan makan dan makanan kecil sedikit tapi sering
R/ membantu mencegah distensi
gaster atau ketidaknyamanan dan meningkatkan masukan
4.
Berikan kebersihan oral sebelum makan
R/ meningkatkan rasa dan membantu
nafsu makan yang baik
5.
Barikan diit TKTP dengan tambahan vitamin
R/ memnuhi peningkatan kebutuhan
metabolik, mempertahankan BB dan mendorong regenerasi jaringan.
6.
Pastikan makanan yang disukai dan yang tidak disukai
R/ meningkatkan masukan dalam tubuh.
Dx VI :
Kerusakan pertukaran gas b/d cidera inhalasi asap / sindrom kompartemen torakal
sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada dan leher
Kriteria
Evaluasi :
Frekuensi
pernafasan 12-24 per jam, warna kulit normal, GDA dalam batas normal, bunyi
nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas.
Intervensi
1.
Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan, sianosis
R/
menentukan intervensi medik selanjutnya
2.
Latih nafas dalam dan perubahan posisi sering
R/
meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi dan drainase sekret
3.
Awasi / gambarakan seri GDA
R/
mengidentifikasikan kemajuan / penyimpanan dari hasil yang diharapkan
4.
Pertahankan
posisi semi fowler, bila hipotensi takada
R/
untuk memudahkan vebtilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma
5.
Anjurkan pernafasan dalam dengan menggunakan
spirometri insentif setiap 2 jam selama tira baring
R/
pernasan dalam mengembangkan alveoli, dapat menurunkan resiko atelektasis
Dx VII :
resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b/d perubahan bentuk, kemungkinan
kontraktur sekunder terhadap luka bakar ketebalan penuh
Kriteria
Evaluasi :
Mengungkapkan
harapan realistis dari tindakan, mengungkapkan kenyataan positif tentang diri
Intervensi
1.
Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk
mengekspresikan perasaan
R/
mengekspresikan perasaan membantu memudahkan koping
2.
Anjurkan latihan gerak aktif setiap 2 jam
R/
untuk mencegah pengencangan jaringan parut progresif dan kontraktur
3.
Anjurkan klien untuk memenuhi aktifitas kehidupan
sehari hari dengan bantuan perawat (sesuai dengan kebutuhan)
R/
Melakukan aktifitas sehari-hari memberikan latihan aktif, memudahkan
pemeliharaan flesibilitas sendi dan tonus otot.
Dx VIII :
resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan b/d luka bakar melingkari
ekstrimitas
Kriteria
Evaluasi : warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer
dapat diraba
Intervensi
1.
Untuk luka bakar melingkari ekstrimitas pantau status
neurovaskuler dari ekstrimitas setiap 2 jam
R/
Untuk mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan
2.
Pertahankan ekstrimitas bengkak di tinggikan
R/
untuk meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan pembengkakan
3.
Kolaborasi dengan tim medis bila terjadi penuruan
nadi, pengisian kapiler buruk / penurunan sensasi
R/
Temuan ini menandakan kerusakan sirkulasi distal
Datar
pustaka :
1.
Doengoes, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan
Keperawatan.Jakarta :EGC
2.
Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid
2.Jakarta:Media Aesculapis
3.
Sjamsuhidayat,R .1997.Buku Ajar Bedah. Jakarta:EGC
4.
C Long Barbara.1996.Perawatan Medikal
Bedah.Bandung;YIAPK
5.
Engram,Barbara.1998.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
BedahVolume 3.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar