LUKA BAKAR
I.
Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak
dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi,
juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost-bite) (FKUI, 2000).
II.
Insidensi
Angka morbiditas dan mortalitas tinggi, rata-rata masa
rawat 40-148 hari dan mortalitas sekitar 40%. Di USA sekitar 12.00 mati
pertahun, jutaan merasakan nyeri, penderitaan dan kecacatan.
III. Prognosis
Prognosis dari harapan meninggal menjadi harapan
hidup. Duapuluh tahun yang lalu, orang dewasa yang mengalami 50% luka bakar
mempunyai kesempatan untuk bertahan hidup kurang dari 50%. Pada saat ini orang
dewasa dengan luka bakar seluas 75% mempunyai kesempatan untuk hidup 50% dan
ini bukan hal yang luar biasa jika pasien mendapatkan perawatan yang serius di
unit perawatan khusus luka bakar. (Effendi, 1999).
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama
tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar dan penanganan sejak
awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakat, usia dan
keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. Luka
bakar pada daerah perineum, ketiak, leher untuk tangan sulit dalam
perawatannya, antara lain karena mudah mengalami kontraktur. (FKUI, 2000).
IV.
Klasifikasi
Luka Bakar
1.
Berdasarkan kedalaman
a.
Derajat I (luka bakar superfisial)
Kerusakan epidermis, kulit kering, hiperemia, tanpa bullae, sembuh
spontan tanpa jaringan parut dalam waktu 5-10 hari.
b.
Derajat II (luka bakar dermis)
Kerusakan epidermis, sebagian dermis (ada elemen epitel yang tersisa
seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel
rambut). Sehingga dapat sembuh spontan dalam waktu 10-21 hari.
Terdapatnya kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka derajat I
tampak lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superfisial, karena
adanya iritasi ujung saraf sensorik. Bullae yang berisi cairan eksudat yang
keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi. Luka bakar
derajat II dibedakan menjadi 2, yaitu:
1)
Derajat II dangkal
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi
secara spontan dalam 10-14 hari, terdapat jaringan parut minimal.
2)
Derajat II dalam
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila kerusakan lebih
dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan nyeri, penyembuhan tergantung dari
dermis yang memiliki kemampuan reproduksi sel-sel kulit (biji epitel, stravum
gerninativum, kelenjar keringat dan sebasea, dsb).
Penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari 1 bulan (FKUI, 2000). Jika
luka bakar derjat II mengalami infeksi, gangguan suplai darah, maka luka bisa
berkembang menjadi luka bakar ketebalan penuh (derjat III). Penyembuhan
berkepanjangan membentuk jaringan hipertropik dan terjadi kontraktur (Effendi,
1999).
3)
Derajat III (luka bakar ketebalan penuh)
Kerusakan seluruh dermis dan lapisan lebih dalam. Karena tidak ada elemen
epitel yang hidup, maka untuk penyembuhan perlu dilakukan cangkok kulit.
Koagulasi protein terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan,
tidak ada bullae dan tidak nyeri karena semua reseptor sensoris telah mengalami
kerusakan total. (FKUI, 2000).
2.
Berdasarkan tingkat keparahan
a.
Berat/kritis bila:
-
Derajat II dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa
atau 20% LPTT pada anak-anak.
-
Derajat III 10% LPTT atau lebih.
-
Terdapat luka bekas pada tangan, wajah, mata, telinga,
kaki dan perineum.
-
Cedera listrik.
-
Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan
lunak luas atau fraktur.
b.
Sedang
-
Derajat II 15%-25% LPTT pada orang dewasa, 10%-20% LPTT
pada anak.
-
Derajat III <10% LPTT, kecuali muka, kaki dan
tangan).
c.
Ringan
-
Derajat II < 15% LPTT pada orang dewasa, < 10%
LPTT pada anak.
-
Derajat III < 2% LPTT
V.
Faktor yang
mempengaruhi keparahan cedera
1.
Kedalaman luka bakar
Dibagi dalam dalam 3 zona:
a.
Zona koagulasi (dalam)
-
Zona terdalam, kematian seluler, paling banyak
kerusakan
b.
Zona statis (pertengahan)
-
Gangguan vaskularisasi, inflamasi dan cedera jaringan.
c.
Zona hiperemia (tertular)
-
Berhubungan dengan luka bakar derajat I, sembuh dalam
seminggu. (Burgess, 1991)
2.
Keparahan luka bakar
-
Mayor (berat)
-
Sedang
-
Minor (ringan)
3.
Lokasi luka bakar
-
Bisa terjadi komplikasi pulmonal bila mengenai: Kepala,
leher dan dada
-
Luka bakar mengenai wajah sering menyebabkan abrasi
kornea. Pada telinga menyebabkan mudah terserang kondritis aurikuler dan rentan
terhadap injeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut.
-
Luka bakar pada tangan dan persendian perlu terapi
fisik dan ekupasi yang lama, berdampak kehilangan waktu bekerja /kecacatan
fisik menetap serta kehilangan pekerjaan.
-
Pada perineal menyebabkan rentan infeksi akibat
autokontaminasi oleh urine dan feses.
-
Pada sirkumferensial ekstremitas menyebabkan penebalan
vaskuler dan gangguan vaskuler distal.
-
Pada sirkumferensial toraks menyebabkan inadekuat
ekspansi dinding dada dan insufisiensi pulmonal.
4.
Agen penyebab luka bakar
a.
Trauma inhalasi dibagi dalam 3 kategori (Meyer dan
Salber):
1)
Trauma panas pada saluran nafas
-
Wajah, bibir, rambut hidung dan leher.
-
Sulit bicara, menekan, dispnea, stridor karena
adanya oedema pada saluran nafas atas yang menyebabkan obstruksi jalan nafas.
-
Jika terjadi obstruksi jalan nafas harus
dilakukan intubasi/trakeostomi.
-
Jika terjadi obstruksi jalan nafas harus
dilakukan intubasi/trakeostomi, pengeluaran sekret, analisa gas darah,
bronkheskopi dan laringoskopi untuk penegakan diagnosa pasti trauma inhalasi.
2)
Trauma kimia pada saluran nafas dan parenkim paru.
3)
Keracunan kimia sistemik
-
Keracunan kimia karbon monoksida (CO2)
sering terjadi dalam ruangan tertutup. CO mengikat Hb lebih cepat dari O2
sehingga mengakibatkan hipoksia cepat pada otak: perlu terapi O2
100%, pantau ketat gangguan oksigenasi (agitasi, takipnea, stupor, sianosis dan
monitor kadar karboksi-hemoglobin).
5.
Ukuran Luka Bakar
a.
Rule of nine dari wallace, yaitu:
-
Kepala dan leher : 9%
-
Ekstremitas atas : 2 x 9% (kiri dan kanan)
-
Paha dan betis kaki : 4 x 9% (kiri dan kanan)
-
Dada, perut, punggung, pantat: 4 x 9%
-
Perineum dan genetalia: 1%
b.
Rumus lund
dan browder
Area
|
Umur
|
||
10 th
|
15 th
|
Dewasa
|
|
A : ½ bagian
kepala
B : ½ bagian
tungkai atas
C : ½ bagian
tungkai bawah
|
5
½
4
½
3
|
4
½
4
½
3
½
|
3
½
4
½
3
½
|
6.
Usia korban luka bakar
Angka kematian tinggi pada usia < 4 th (terutama 0-1 tahun) dan >
65 tahun
VI.
Patofisiologi
VII. Penatalaksanaan
1.
Penanganan awal di tempat kejadian
a.
Jauhkan korban dari sumber api, jangan biarkan berlari
dan anjurkan korban berguling-guling atau bungkus dengan kain basah.
b.
Tempatkan di ruang yang cukup ventilasinya.
c.
Buka pakaian dan perhiasan.
d.
Kaji kelancaran jalan nafas dan beri life support,
serta O2 bila perlu.
e.
Lakukan pendinginan dalam air bersih S: 20ºC selama
15-20 menit.
f.
Penyebab luka bakar zat kimia siram korban dengan air
sebanyak-banyaknya.
g.
Kaji kesadaran, KU, luas dan kedalaman luka bakar serta
cedera lain.
h.
Tutup dengan kain bersih dan bawa ke rumah sakit.
2.
Penanganan di IRD/UGD
a.
Penilaian KU – Airway, breathing, circulation (ABC).
b.
Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.
c.
Kaji adanya kesulitan menelan/bicara.
d.
Kaji adanya oedema saluran pernafasan.
e.
Kaji faktor yang memperberat luka bakar (fraktur,
riwayat penyakit, penyebab luka bakar listrik).
f.
Pasang IV line jika > 20% LPTT derajat II/III
kolaborasi CVP.
g.
Pasang kateter urine.
h.
Pasang NGT bila perlu.
i.
Beri terapi cairan IV (Kolaborasi) biasanya formula
parkland : RL 4 ml/kgBB/%LB pada 24 jam I :
·
8 jam I : ½ kebutuhan cairan
·
8 jam II : ¼ kebutuhan cairan
·
8 jam III : sisanya
j.
Beri terapi O2 (kolaborasi) nebulasi dengan
obat bronkodilator (ventolin) pada trauma inhalasi.
k.
Periksa laboratorium
-
Hb, Ht, trombosit
-
Protein total (albumin dan globulin)
-
Ureum dan kreatinin
-
Elektrolit
-
Gula darah
-
ABG (k/p tiap 12 jam atau minimal tiap hari)
-
Karboksihaemoglobin
-
LFT
l.
Berikan suntikan ATS 3000 unit pada dewasa dan
separuhnya pada anak-anak.
m.
Perawatan luka :
-
Cuci luka dengan cairan savlon 1% (saulon : nasi :
1:100)
-
Biarkan bullae (lepuh) utuh (jangan dipecah kecuali
terdapat pada persendian).
-
Selimuti dengan selimut steril.
n.
Pemberian obat-obatan (kolaborasi)
-
Antasida H2 antagonis
-
Roborantia (vit C, vit A)
-
Analgetik
-
Antibiotik topikal pasca pencucian luka, bentuk krim
lebih efektif (silver nitrate 0,5%, meferide acitate 10%, silver sulfadiazin 1%
(SSD), gentamicin sulfat).
o.
Mobilisasi secara dini (ROM).
p.
Pengaturan posisi.
3.
Penanganan di unit perawatan luka bakar
a.
Perawatan luka bakar
b.
Pengaturan posisi
c.
Pemenuhan nutrisi
d.
Pencegahan komplikasi
e.
Rehabilitasi
VIII. Diagnosa Keperawatan
1.
Defisit volume cairan
2.
Gangguan pertukaran gas
3.
Inefektif bersihan jalan nafas.
4.
Perubahan perfusi jaringan perifer
5.
Hipotermia
6.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh.
7.
Nyeri
8.
Resti terjadi infeksi
9.
Gangguan mobilitas fisik
10. Resiko
terhadap gangguan konsep diri.
11. Resiko
terhadap inefektif koping keluarga
IX.
Intervensi
Keperawatan
1.
Defisit volume cairan berhubungan dengan kebocoran
kapiler dan perpindahan cairan dari intravaskuler ke interdistal.
Tujuan : pemulihan cairan optimal dan keseimbangan elektrolit serta
perfusi organ vital adekuat.
Kriteria hasil :
a.
Tanda-tanda vital dbn : T : 100-140/70-90 mmHg, N :
70-100 x/I, RR : 12-18 x/i , S : 36-37ºC.
b.
Tidak ada sianosis
c.
Pasien tenang, tidak gelisah.
d.
Produksi urine > 30 cc/mnt
e.
Hematokrit : 37-43 %.
Intervensi keperawatan :
a.
Observasi TTV setiap 2 jam, termasuk CVP, output urine.
b.
Dapatkan BB saat pasien masuk, timbang pasien setiap
hari.
c.
Observasi dan catat intake dan output cairan.
d.
Berikan cairan IV dan elektrolit dengan kolaborasi
dokter.
e.
Observasi hasil pemeriksaan elektrolit serum dan
hematokrit.
Evaluasi :
Dengan resusitasi cairan yang adekuat, keseimbangan cairan diperkirakan
tercapai dalam 24-36 jam.
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keracunan
CO, asap, panas yang mengakibatkan kerusakan pada paru-paru.
Tujuan : Pemeliharaan oksigenasi jaringan adekuat.
Kriteria hasil:
a.
RR : 12-18 x/mnt
b.
Hasil ABG (N)
c.
Tidak terjadi sianosis
Intervensi :
a.
Kaji tanda distres pernafasan, bunyi, frekuensi, irama
dan kedalaman nafas, pantau tanda hipoksemia.
b.
Pantau ABG, kadar karboksihaemoglobin, oksimetri nadi.
c.
Berikan O2 sesuai terapi dokter.
d.
Baringkan pasien dengan posisi semifowler bila mungkin.
e.
Siapkan diri untuk membantu ETT dan ventilasi mekanik.
Evaluasi:
Masalah pertukaran gas dapat diatasi dalam beberapa hari. Jika pasien
mengalami penyakit pernafasan perlu waktu > lama lagi.
3.
Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
oedema trakeal, pelepasan (rontok) epidermal jalan nafas dan depresi siliaris
pulmonal akibat cedera inhalasi.
Tujuan : Mempertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihan jalan nafas
adekuat.
Kriteria hasil :
a.
RR : 12-18 x/mnt
b.
Jalan nafas paten dengan adanye cedera.
Intervensi:
a.
Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan mengatur
pasien yang tepat, pengisapan sekresi. Observasi TTV terutama RR.
b.
Berikan O2 dengan huminifier.
c.
Ajarkan pasien untuk berbalik, batuk efektif dan nafas
dalam; gunakan spirometer intensif dan suction k/p.
d.
Cek ABG dan saturasi O2.
e.
Lakukan nebulisasi.
f.
Siapkan pasien untuk trakeostomi (kolaborasi).
Evaluasi :
Jalan nafas efektif, bunyi nafas bersih, sekresi pulmonal putih s/p
jernih, mobilisasi sekresi pulmonal efektif.
Intervensi:
a.
Kaji respon pasien terhadap nyeri saat perawatan luka,
terapi fisik dan saat istirahat, gunakan skala nyeri. R/ mengetahui tingkat
nyeri sehingga intervensi yang diberikan tepat.
b.
Berikan obat sebelum melakukan prosedur rawat luka yang
menyakitkan: 45 menit untuk obat oral; 5-10 mnt IV, jangan berikan obat IM pada
luka bakar mayor selama fase resusitatif.
c.
Jelaskan semua prosedur pada pasien, ajak berkomunikasi
saat memberikan perawatan luka.
d.
Ajarkan teknik relaksasi.
e.
Observasi respon pasien terhadap terapi farmakologis
dan non farmakologis.
f.
Gunakan teknik distraksi.
Evaluasi :
Tingkat nyeri diperkirakan menurun sejalan dengan penyembuhan luka.
Penggunaan obat pereda nyeri mungkin diperlukan selama beberapa minggu/bulan.
8. Resti
terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit, kerusakan repon
imun.
Tujuan : Luka pasien tidak terinfeksi oleh mikroba, dengan kultur luka
kuantitatif deorganisme, suhu tubuh 36-37ºC, tidak ada oedema, kemerahan,
purulen.
Kriteria-hasil :
c.
Infeksi dapat terkontrol (kalor (-), rubor (-), dolor
(-), pus (-)).
d.
Leukosit : 5000-10.000 ul, jumlah mikroorganisme < 100.000/gr
jaringan.
e.
Suhu 36-37ºC.
Intervensi :
a.
Terapkan teknik asepsis pada semua aspek perawatan
pasien. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, ganti sarung tangan untuk
merawat luka pasien lain.
b.
Kaji tanda-tanda klinis infeksi : perubahan warna luka/drainase,
bau penyembuhan lama, perubahan TTV.
c.
Bersihkan, bersihkan luka, gunting/cukur disekitar
batas luka, sebelum mengoleskan krim topikal.
d.
Pertahankan lingkungan yang bersih.
1)
Tempatkan pasien pada daerah yang tidak banyak orang
lewat.
4.
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
luka bakar sirkumferensial yang menyebabkan kontriksi.
Tujuan : Perfusi jaringan perifer adekuat.
Kriteria hasil:
a.
Perfusi jaringan adekuat, kapilari refil < 2 detik,
teraba hangat (kulit).
b.
Tidak terjadi sianosis pada daerah distal.
c.
Sirkulasi perifer adekuat setelah tindakan eskarotomi.
Intervensi:
a.
Lepaskan semua perhiasan dan pakaian pasien yang ketat.
b.
Kaji kedalaman LB adan adanya sirkumferensial serta
lokasi LB.
c.
Kaji pengisian kapiler dari kulit yang tidak terjadi LB
pada ekstremitas yang terkena LB.
d.
Kaji tingkat nyeri saat melakukan ROM aktif.
e.
Tinggikan lengan yang terkena diatas posisi jantung.
f.
Ajarkan dan motivasi untuk ROM aktif.
g.
Siapkan klien untuk eskarotomi k/p perawatan pasca
eskarotomi: kecukupan sirkulsi, cek nadi, warna kulit dan sensasi ekstremitas
yang terkana.
h.
Atasi perdarahan pasca eskarotomi dan rawat lukanya.
Evaluasi:
Perfusi jaringan harus sudah adekuat dalam 21-48 jam saat perpindahan
cairan telah stabil.
5.
Hipotermia berhubungan dengan kerusakan jaringan epitel
dan fluktuasi suhu udara sekitar.
Kriteria hasil:
a.
Intake dan output cairan seimbang.
b.
S : 36-37ºC.
Intervensi:
a.
Observasi suhu rectal setiap jam selama fase
resositatif dan pasca operasi.
b.
Batasi bagian tubuh yang terbuka selama perawatan luka
dan lakukan perawatan luka dengan cepat.
c.
Batasi pengobatan hidroterapi, maksimal 30 menit,
gunakan air seusai dengan suhu tubuh untuk mandi.
d.
Gunakan selimut penghangat/lampu.
e.
Jaga suhu ruangan ttap hangat.
Evaluasi:
Resiko hipotermi tetap menjadi masalah selama masih terdapat 15-20% luka
yang belum dilakukan tandur kulit.
6.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan peningkatan metabolik untuk penyembuhan luka.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat 85-90% BB sebelum
mengalami luka bakar.
Kriteria hasil:
a.
Kebutuhan kalori dan protein terpenuhi.
b.
Pasien akan menghabiskan makanan sesuai program.
c.
Tonus otot baik.
Intervensi:
a.
Dapatkan BB sebelum mengalami luka bakar.
b.
Kaji kebiasaan/pola makan, makanan yang disukai, alergi
dalam 72 jam penerimaan.
c.
Timbang BB setiap hari bila mungkin.
d.
Catat masukan kalori pasien.
e.
Lakukan oral hygiene setiap pergantian shift atau
sebelum makan.
f.
Jadwalkan pengobatan yang tidak mengganggu pasien makan
(bila mungkin).
g.
Berikan istirahat cukup sebelum makan jika pasien baru
menjalani tindakan yang melelahkan dan menimbulkan rasa sakit.
h.
Anjurkan keluarga membawakan makanan dari rumah sesuai
diet.
i.
Berikan suplemen bergizi diantara waktu makan, berikan
umpan balik positif bila pasien menghabiskan makanannya.
j.
Berikan makanan melalui NGT, NPT (k/p).
Evaluasi :
Pasien tetap beresiko nutrisional sampai terjadi penyembuhan.
7.
Nyeri berhubungan dengan cedera luka bakar, iritasi
ujung saraf, pengobatan dan anxietas.
Tujuan : Pasien akan lebih nyaman dengan mengungkapkan nyeri dan rasa tak
nyamannya reda atau terkontrol.
Kriteria hasil:
a.
Pasien dapat mengontrol nyeri (skala nyeri menurun).
b.
Ekspresi wajah dan posisi tubuh rileks.
c.
N : 60-100 x/i, 12-18 x/i.
d.
Kaji tanda infeksi pada lokasi pemasangan kateter/IV
line 2 hari sekali.
e.
Pertahankan personal hygiene.
Evaluasi:
Infeksi masih merupakan masalah aktif sepanjang pasien mempunyai jaringan
terbuka/aliran invasif.
8.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan oedema,
nyeri dan kontraktur sendi.
Tujuan : Pasien akan dapat melakukan kembali aktifitas fisik sesuai
kemampuan.
Kriteria hasil:
a.
Pasien mampu melakukan ROM aktif pada bagian yang
mengalami luka bakar sedini mungkin.
b.
Mobilitas pasien optimal.
c.
Tidak terdapat tanda-tanda kontraktur sendi.
Intervensi:
a.
Kaji ROM dan kekuatan otot pada area luka bakar yang
beresiko kontraktur setiap hari/ k/p.
b.
Pertahankan area LB pada posisi fisiologik.
c.
Jelaskan maksud dan tujuan perubahan posisi, aktifitas
pada pasien dan keluarga.
d.
Konsultasi ahli terapi okupasi dan fisioterapis untuk
mendapatkan jadwal rehabilitatif individual.
e.
Motivasi pasien melakukan ROM aktif setiap 2-4 jam
ketika pasien bangun, kecuali KI pada prosedur penanduran kulit yang baru.
f.
Gunakan verban elastik untuk mencegah kontraktur dan
mengatasi hipertropi jaringan parut yang menghambat mobilitas.
Evaluasi:
Pasien diperkirakan mulai melakukan ambulasi dini dalam fase akut. ROM
aktif sampai pasien mampu melakukan ADL mandiri dan ambulasi mandiri.
PENGKAJIAN DATA DASAR
A. Identitas Klien
Nama :
Ny. Ng
Usia :
21 th
Jenis kelamin :
Perempuan
Alamat :
Gubuk Klakah RT 4 RW 4 Poncokusumo Malang
No telp. :
-
Status pernikahan :
Kawin
Agama :
Islam
Suku :
Jawa
Pendidikan :
SD
Pekerjaan :
IRT
Dx Medis :
Combustio grade II 90%
No RM :
403979
Tgl MRS :
23-02-2004 Pk.
16.30
Tgl Pengkajian :
25-02-2004
Sumber informasi :
Klien
Nama keluarga dekat :
Tn. Kusdi
Yang dapat dihubungi :
Status :
Kawin
Alamat :
Gubuk Klakah RT 4 RW 4 Poncokusumo Malang
No. Telp :
-
Pendidikan :
SD
Pekerjaan :
Tani
B. Status kesehatan saat ini
1.
Keluhan utama : nyeri (sangat panas) pada daerah yang
terkena luka bakar (abdomen, tangan/punggung tangan kiri dan kedua paha).
2.
Lama keluhan :
Saejak terkena luka bakar tanggal 23-02-2004 pukul 13.30. sampai saat pengkajian tanggal 25-02-2004, panas terasa
terus-menerus terutama saat dilakukan dan setelah perawatan luka.
3.
Kualitas keluhan
Klien mengatakan bila nyeri hebat badan terasa gemetar dan keringat
dingin, skala nyeri 8-10 (berat).
4.
Faktor pencetus
Pada tanggal 23-02-2004
pukul 13.30 klien membawa botol berisi bensin dan terjatuh di dekat tungku
sehingga botol pecah dan menyulut api di tungku dan membakar tubuh klien dan
mengenai abdomen, punggung tangan kiri, kedua paha kiri-kanan.
5.
Faktor yang memperberat nyeri
Bila untuk bergerak, luka dirawat.
6.
Upaya yang telah dilakukan
Mencari bantuan ke Puskesmas kemudian dirujuk ke RSSA Malang.
7.
Diagnosa medis
Combustio grade II 30% pada saat MRS tanggal 23-02-2004 sampai saat pengkajian 25-02-2004.
C. Riwayat kesehatan terdahulu
a.
Penyakit yang pernah dialami.
Kecelakaan (-), Operasi (-), Penyakit kronis (-), akut : Batuk pilek dan
sembuh dengan beli obat di toko dan puskesmas, baru pertama MRS.
b.
Alergi
Saat klien kelas 3 SD pipinya digigit nyamuk dan digaruk sehingga gatal
menyebar dan memerah, kemudian berobat ke puskesmas dan mendapatkan salep serta
dapat sembuh.
c.
Imunisasi
Klien tidak tahu apakah waktu kecilnya mendapatkan imunisasi.
d.
Kebiasaan
Klien tidak punya kebiasaan merokok, alkohol, kopi hanya kadang-kadang
kalau ingin saja.
e.
Obat-obatan yang digunakan
Tidak ada kebiasaan menggunakan obat-obatan, kalau tidak perlu.
f.
Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun (exhipertensi,
DM) maupun menular (infeksi).
D. Riwayat Lingkungan
Kebersihan menurut klien cukup, rumah tiap pagi dan
sore dibersihkan sendiri, tidak kondisi yang beresiko kecelakaan (lantai tidak
licin, tangga yang rusak) jauh dari polusi, ventilasi cukup dan pencahayaan cukup.
E. Pola aktifias latihan
|
Di rumah (skor)
|
Di RS
(skor)
|
1.
Makan/minum
2.
Mandi
3.
Berpakaian/berdandan
4.
Toileting
5.
Mobilitas di TT
6.
Berpindah
7.
Berjalan
8.
Naik tangga
|
0
0
0
0
0
0
0
0
|
3
3
3
4
3
3
4
4
|
Tidak
menggunakan alat bantu berjalan, terpasang infus di lengan kiri dan DC.
F. Pola nutrisi metabolik
|
Di rumah
|
Di RS
|
1.
Jenis diet/makanan
2.
Frekuensi/pola
3.
Porsi yang dihabiskan
4.
Komposisi menu
5.
Pantangan
6.
Nafsu makan
7.
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir
8.
Sukar menelan padat/cair
9.
Pemakaian gigi palsu
10. Riwayat masalah penyembuhan luka
|
Bebas
3 x sehari
1 porsi
Nasi, sayur, lauk
Tidak ada
Baik
Tetap
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
|
NS TKTP II + CPTL
3 x sehari
¼ porsi karena mual
nasi, sayur, lauk, susu
Tidak ada
menurun karena mual, muntah 2 x, 20
cc cairan Belum dapat dikaji
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
|
G. Pola eliminasi
BAB :
|
Di rumah
|
Di RS
|
1.
Frekuensi/pola
2.
Konsistensi
3.
Warna dan bau
4.
Kesulitan
5.
Upaya mengatasi
|
1
kali sehari
lunak
kuning,
khas feces
tidak
ada
-
|
2
hari (sejak MRS) belum
-
-
-
-
|
BAK :
|
Di rumah
|
Di RS
|
1.
Frekuensi/pola
2.
Jumlah
3.
Warna
4.
Konsistensi
5.
Kesulitan
6.
Upaya yang dilakukan
|
5-6 x sehari
1000-1200 cc
kuning jernih
cair
tidak ada
tidak ada
|
Terpasang kateter
Produksi urine :
500 cc/5 jam
Warna kuning agak
kemerahan.
Agak pekat
Tidak ada
Tidak ada
|
H. Pola tidur istirahat
Tidur malam:
|
Di rumah
|
Di RS
|
1.
Lamanya
2.
jam
3.
Kenyamanan setelah tidur
|
8-9
jam
21.00-14.00
Nyaman
|
Waktu banyak
untuk istirahat tidur tapi sering terbangun karena nyeri, pasien anak kalau
menangis, ruangan terlalu dingin.
Nyaman
|
Tidur siang:
|
Di rumah
|
Di RS
|
1.
Lamanya
2.
Jam
3.
Kenyamanan setelah tidur
|
1
jam tapi jarang
13.00-14.00
Nyaman
|
Waktu banyak untuk tiduran dan
sering terbangun karena nyeri, suara gaduh.
Nyaman
|
Kebiasaan
sebelum tidur
|
Menidurkan
anak kemudian ikut tertidur
|
Tidak ada, klien bisa tidur
sendiri (lupa)
|
Kesulitan
|
Tidak
ada
|
Sulit tidur karena nyeri.
|
I. Pola kebiasaan diri
Mandi:
|
Di rumah
|
Di RS
|
1.
Frekuensi
2.
Penggunaan sabun
|
2
x sehari
Ya
|
Belum mandi sejak MRS
-
|
Keramas:
|
Di rumah
|
Di RS
|
1.
Frekuensi
2.
Penggunaan sampo
|
2
x seminggu
Ya
|
Belum sejak MRS
-
|
Gosok gigi :
|
Di rumah
|
Di RS
|
1.
Frekuensi
2.
Penggunaan odol
|
2
x sehari
Ya
|
Belum sejak MRS
-
|
Kesulitan
|
Tidak
ada
|
Tidak bisa melakukan sendiri
|
Upaya yang dilakukan
|
-
|
Minta bantuan
|
J. Pola toleransi koping stress
-
Pengamatan keputusan bila ada masalah ringan
diatasi sendiri, bila ada masalah berat baru minta bantuan suami terutama
masalah biaya perawatan dan sekolah anaknya.
-
Masalah utama terkait dengan perawatan di RS
yaitu biaya perawatan, perawatan diri yang dilakukan apabila ada masalah yang
berat mengungkapkan ke suami klien.
-
Harapan klien setelah menjalani perawatan ingin
cepat sembuh dan pulang sehingga bia merawat anaknya.
-
Perubahan yang dirasa setelah sakit, klien tidak
bisa melakukan aktifitas sehari-harinya dan merasa membebani keluarga.
K. Pola peran hubungan
-
Peran dalam keluarga : sebagai ibu yang mengasuh
anaknya.
-
Sistem pendukung yaitu suami, orang tua klien.
-
Kesulitan hubungan dalam keluarga tidak ada.
-
Masalah peran dalam keluarga selama dirawat di
RS:
Klien mengatakan mengatakan sering teringat dan memikirkan keadaan
anaknya di rumah lebih-lebih bila melihat pasien anak disebelahnya. Klien
mengatakan anaknya baru satu berumur 4 tahun dan di rumah dirawat neneknya yang
sebelumnya tidak pernah ditinggalkannya. Klien mengatakan tidak tahu keadaan
anaknya sekarang. Klien dirumah tidak bekerja dan hanya mengasuh anaknya sejak
klien punya anak. Sebelumnya klien pernah ikut bekerja memetik apel bila musim panen
apel. Upaya mengatasi masalah dengan bertanya pada suaminya tentang keadaan
anaknya.
L. Pola komunikasi
Bicara : Normal,
jelas, mampu mengerti pembicaraan orang lain, bahasa utama: jawa, bahasa daerah
: jawa.
Tempat tinggal : Bersama orang tua.
Kehidupan keluarga : adat istiadat yang dianut : Jawa, pantangan ada dan
agama tidak ada, penghasilan keluarga < Rp. 250.000 perbulan.
M. Pola seksualitas
Selama sakit klien mengatakan belum memikirkan tentang
seksualitas tetapi lebih terfokus terhadap proses penyembuhan lukanya.
N. Pola nilai dan kepercayaan
-
Klien merasa bahwa tuhan, agama dan kepercayaan
itu penting.
-
Kegiatan agama yang dilakukan di rumah yaitu
sholat 5 waktu, kelompok yasinan di RT rutin tiap hari minggu.
-
Selama sakit klien belum melakukan sholat karena
kondisi tidak memungkinkan (menurut klien), tetapi lebih banyak berdo’a dan
berdzikir.
O. Pemeriksaan fisik:
1.
Keadaan umum:
a.
Kesadaran : komposmentis
b.
Tanda tandan vital : T : 110/70 mmHg, N : 96 x/i, RR :
24 x/i, S : 36,5ºC
c.
TB : 155 cm, BB : 65 kg
2.
Kepala dan leher
a.
Kepala : Bentuk oval, massa tidak ada, distribusi rambut merata,
warna kulit kepala tidak pucat, agak kotor, ikal, panjang sebahu, terdapat
sebagian rambut yang terbakar. Tidak ada keluhan pusing.
b.
Mata : Bentuk bulat simetris konjungtiva tidak
anemis, pupil : reaksi terhadap cahaya (+), isokor (+), miosis (+), pin point
(-), medriasis (-); tanda-tanda radang : Merah (-), nyeri (-), oedema (-),
panas (-). Fungsi pengelihatan baik, tidak menggunakan alat bantu, tidak pernah
melakukan periksa mata dan tidak pernah opreasi.
c.
Hidung : Bentuk simetris, warna tidak pucat,
pembengkakan tidak ada, nyeri tekan (-), perdarahan (-), sinus simetris, tidak
ada riwayat alergi.
d.
Mulut & tenggorokan:
Warna bibir tidak ada cyanosis, mukosa basah, ulkus (-), perdarahan gusi
(-), carries (-), warna tidak kemerahan, lesi (-), massa (-), kesulitan menelan (-), gigi kotor,
tidak pernah periksa gigi.
e.
Leher : Kekakuan (-), nyeri (-), benjolan (-),
keterbatasan gerak (-), vena jugularis tidak ada distensi, tidak membesar,
tiroid, tidak ada pembesaran limfe, trakea simetris, tidak ada keluhan.
3.
Dada : Bentuk normal, pergerakan dada simetris, nyeri
tkan (-), massa
(-), peradangan (-), taktil fremitus simetris, pola nafas reguler.
Jantung : Perkusi : Tidak ada pembesaran
Auskultasi
: tidak ada bunyi jantung tambahan
Paru :
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi
: tidak ada suara nafas tambahan.
4.
Payudara & ketiak :
Benjolan (-), nyeri/nyeri tekan (-), bengkak (-), simetris (+).
5.
Abdomen:
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat luka bakar ± 3% terjadi granulasi.
Palpasi
: Massa
(-), nyeri (-)
Perkusi
: Suara
tympani, asites (-)
Auskultasi
: Bising
usus
6.
Genetalia :
Inspeksi : Kotor, terpasang DC produksi urine 100 cc/jam.
Palpasi : nyeri (-), warna kuning kemerahan.
7.
Ekstremitas :
Kekuatan otot , kontraktur
(-), pergerakan terbatas, deformitas (-), bengkak (+) pada tangan kiri, nyeri
(+), pus (-), sensasi : raba/sentuhan menurun pada ujung kaki, panas (+),
dingin (+), tekanan (+), terpasang infus RL 20 tts/i pada lengan kiri, keadaan
lokasi infus tanda peradangan : color (-), dolor (-), rubor (-), odem (-),
fungsiolesa (+), pus (-).
8.
Kulit dan kuku :
Kulit : Warna tidak anemis, jaringan parut (-), lesi (+), suhu 36,5ºC, tekstur
halus pada kulit (N), turgor kulit baik.
Kuku: Warna tidak anemis, bentuk (N), lesi (+), bullae (+), pengisian
kapiler (+),
P. Hasil pemeriksaan penunjang
Laboratorium tanggal 23/02/2004
DL:
|
Lekosit
Hb
PCV
Trombo
|
: 17600 /ul
: 16,5 gr/dl
: 50,4 %
: 337000/ul
|
(N) :
|
3500-10000
11,0-16,5
35,0-50,0
150000-390000
|
Kimia darah :
BJ plasma : 1,029 W/L
(N) : 1,025-1,029
Analisa elektrolit:
Na+ : 144 mmol/L (N)
: 136-145
K+ : 3,63 mmol/L 3,5-5,0
Cl :
116 mmol/i 98-106
Q. Terapi tanggal 23/02/2004
Injeksi :
Kalmoxillin 3 x 1 gr
Antrain 3 x 1 amp
Rantin 2 x 1 amp
Oral :
Demacolin
Extra paracetamol s/p tanggal 24/02/2004
Vovalgin
Cairan :
Infus RL : 7800
cc d/ 24 jam
8 jam I :
3900 cc
16 jam II : 3900
cc
Dilanjutkan maintenance : RL : 05% : 3 : 2
Malang, 25-02-2004
Istikomah
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. Ng
No. Reg : 403979
No
|
Data Penunjang
|
Masalah
|
Kemungkinan Penyebab
|
|
1.
|
DS:
DO:
|
-
Klien mengeluh lukanya terasa sangat panas dan nyeri
terus menerus terutama saat dilakukan dan setelah perawatan luka.
-
Klien mengatakan bila untuk bergerak nyeri bertambah.
-
Klien mengatakan saat nyeri hebat badannya terasa
gemetar dan berkeringat dingin.
-
Klien mengatakan skala nyeri 8-10 (berat).
-
Klien mengatakan sulit tidur (sebentar-sebentar
bangun) karena nyeri.
-
Klien gelisah
-
Ekspresi wajah menyeringai dan mengeluarkan air mata
-
Keringan dingin (+)
-
Klien sering mengeluh panas, sakit
-
Tangan klien menggenggam menahan sakit.
-
TTV :
T : 110/70 mmHg
N : 96 x/i
RR : 24 x/i
S : 36,5ºC
-
Terdapat luka bakar grade II 30%
|
Nyeri (berat)
|
Cedera luka
bakar
|
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. Ng
No. Reg : 403979
No
|
Data Penunjang
|
Masalah
|
Kemungkinan Penyebab
|
|
2.
3.
|
DS:
DO:
DS:
DO:
|
-
Klien mengatakan mual, muntah 2 x berupa cairan ± 20 cc
-
Klien
mengatakan tidak nafsu makan karena mual-mual.
-
Klien
mengatakan makan hanya sedikit ± ¼ porsi makan dari RS.
-
Klien
makan ¼ porsi makan dari RS
-
BB
sebelum sakit 65 kg
-
Perkusi
abdomen : tympani
-
Peristaltik
usus : 5 x/i
-
Turgor
kulit baik
-
Tonus
otot baik
-
Klien
mengatakan minumnya cukup banyak, sehari ± 700 cc air putih.
-
Klien
mengatakan tidak merasa haus.
-
Kesadaran:
composmentis, KU cukup turgor kulit baik.
-
Pasien
luka bakar hari ke II, grade II 30%, post aspirasi bullae
-
Kebutuhan
cairan pada 24 jam I sudah terpenuhi (65 x 4 x 30 = 7800 cc) dilanjutkan
maintenance RL : 05%:3:2
-
Produksi
urine : 500 cc (5 jam), kuning kemerahan.
-
Mukosa
bibir basah, konjungtiva tidak anemis T : 110/70 mmHg, N : 96 x/i, RR : 24
x/i, S : 36,5ºC.
-
Lab
tgl 23/02/2004
Na+ : 144
mmol/i (136-145)
K+ : 3,63
mmol/i (3,5-5,0)
CI- : 116
mmol/i (96-106)
|
Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang.
Resiko tinggi defisit volume
cairan.
|
Peningkatan kebutuhan metabolik
untuk penyembuhan luka: penurunan aktifitas gastrointestinal.
Peningkatan permeabilitas
kapiler.
|
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. Ng
No. Reg : 403979
No
|
Data Penunjang
|
Masalah
|
Kemungkinan Penyebab
|
|
4.
5.
|
DS:
DO:
DS:
DO:
|
Klien mengatakan lukanya terasa panas.
-
Terdapat
luka bakar grade II 30% pada bagian kulit yang terkelupas. Sudah terjadi
granulasi, warna kulit sebagian kemerahan, agak pucat pada tungkai bawah
kiri, kehitaman pada bekas bullaektomi.
-
Tidak
ada oedema pada luka, pus tidak ada, luka terbuka dengan SSD 1%
-
Pasien
dirawat hari II
-
Hasil
lab tgl 23/02/2004
-
Leukosit
: 17600 /ul.
-
Terpasang
infus dan DS
-
Klien
mengatakan sakit bila untuk bergerak, belum mandi, gosok gigi.
-
Klien
mengatakan minta diambilkan minum, merubah pasien tidur.
-
Klien
mengatakan belum bisa melakukan pemenuhan kebutuhannya sendiri.
-
KU
: Cukup
-
Klien
luka bakar grade II 30% dengan perawatan luka bakar terbuka dengan diberi
cradle bed.
-
Personal
hygiene kurang.
-
Semua
kebutuhan klien pemenuhannya dibantu perawat dan keluarga.
|
Resiko tinggi terjadi infeksi.
Gangguan pemenuhan ADL secara
mandiri.
|
Kerusakan barier kulit.
Keterbatasan gerak.
|
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. Ng
No. Reg : 403979
No
|
Data Penunjang
|
Masalah
|
Kemungkinan Penyebab
|
|
6.
|
DS:
DO:
|
-
Klien
mengatakan sering teringat anaknya di rumah terutama bila melihat pasien anak
disebelahnya.
-
Klien
mengatakan anaknya di rumah dirawat neneknya yang sebelumnya tidak pernah
ditinggalkannya.
-
Klien
mengatakan anaknya baru satu dan tidak tahu keadaan anaknya sekarang.
-
Klien
mengatakan memikirkan perawatan anaknya di rumah.
-
Klien
mengatakan tidak bekerja dan hanya mengasuh anaknya.
-
Klien
dirawat di RS hari II
-
Klien
ditunggui suaminya
-
Terdapat
2 pasien anak di ruang perawatan.
|
Gangguan
konsep diri (peran sebagai ibu)
`
|
Perawat di RS.
|
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. Ng
No. Reg : 403979
No
|
Tgl Muncul
|
Dx Keperawatan
|
Tgl Teratasi
|
TT
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
25-02-‘04
25-02-‘04
25-02-‘04
25-02-‘04
25-02-‘04
25-02-‘04
|
Gangguan rasa
nyaman (yeri berat) berhubungan dengan terputusnya ujung saraf tepi.
Resiko tinggi
terjadi defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler.
Resiko tinggi
perubahan nutrisi kurang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik
untuk penyembuhan luka.
Resiko tinggi
terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan barier kulit.
Gangguan
pemenuhan ADL secara mandiri berhubungan dengan keterbatasan gerak.
Perubahan
konsep diri (peran sebagai ibu) berhubungan dengan perawatan di RS.
|
|
|
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien :
Ny. Ng
No. Reg :
403979
No
|
Tgl
|
Dx
Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria –
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
TT
|
1.
|
25/02/04
|
Gangguan rasa nyaman (nyeri berat)
b/d terputusnya ujung saraf tepi.
|
Setelah diberikan tindakan
perawatan dalam 72 jam klien mampu mengungkapkan nyeri berkurang/terkontrol.
|
- Pasien dapat mengontrol rasa nyeri
(skala nyeri menurun).
- Ekspresi wajah dan posisi tubuh
tampak rileks
- Klien istirahat dengan tenanag.
- N : 600100 x/i
RR : 12-18 x/i
|
1.
Observasi respon klien terhadap nyeri saat perawatan luka dan istirahat
dengan skala nyeri catat perubahan lokasi, intensitas nyeri.
2.
Berikan obat analgesik sesuai terapi dokter sebelum dilakukan rawat
luka.
3.
Jelaskan semua prosedur pada pasien, ajak berkomunikasi, saat perawatan
luka atau prosedur lain.
4.
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
|
1.
Mengetahui perubahan derajat nyeri antara saat perawatan dan istirahat
perubahan lokasi, intensitas nyeri merupakan indikasi terjadinya
komplikasi/perbaikan fungsi saraf.
2.
Mengeblok pusat rangsangan nyeri sehingga mampu meningkatkan ambang
nyeri.
3.
Pengetahuan pasien meningkat akan dapat menurunkan ketegangan/kecemasan
yang bisa memperparah nyeri. Berkomunikasi dengan pasien merupakan salah satu
upaya pengalihan perhatian pasien dari nyeri.
4.
Meningkatkan oksigenasi jaringan, sehingga nyeri akibat hipoxia
jaringan dapat diturunkan.
|
|
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien :
Ny. Ng
No. Reg :
403979
No
|
Tgl
|
Dx
Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria –
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
TT
|
|
|
|
|
|
5.
Kaji terhadap kebutuhan obat analgesik maintenance.
6.
Catat respon pasien terhadap pengobatan farmakologis dan non fakologis.
7.
Gunakan teknik distraksi.
8.
Observasi TTV : Nadi, RR.
|
5.
Pada pasien dengan nyeri berat dimungkinkan perlu analgesik maintenance
bila klien tidak mampu mengontrol rasa nyeri akan menyebabkan klien jatuh
dari keadaan syok neurogenik.
6.
Mengetahui efektifitas dari masing-masing terapi tersebut.
7.
Mengalihkan perhatian klien dari fokus nyeri.
8.
Peningkatan nadi dan RR merupakan tanda peningkatan respon simpatis
akibat nyeri.
|
|
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien :
Ny. Ng
No. Reg :
403979
No
|
Tgl
|
Dx
Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria –
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
TT
|
2
|
25/02/04
|
Resti defisit volume cairan
berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
|
Setelah dilakukan perawatan klien
tidak jatuh kekeadaan defisiit volume cairan setelah fase kritis terlewati
(zugam I)
|
- TTU = T:100-140/60- 90ml
N:60- 100 x/ce
RR:12-18
x/ce
S
: 36 – 37 ºC
- Tidak terjadi sianosis
- Pasien tenang, Tidak gelisah
- Produksi urine > 30 ml/L
- Ht = 37 – 43 %
- Turgor kulit baik mukosa bibir
lembab.
-
|
1. Observasi TTU tiap 2 jam, catat out
put urine, turgor kulit, mukosa bibir.
2. Catat BB saat MRS dan timbang BB
bila mungkin
3. Observasi dan catat intake out put
cairan
4. Berikan cairan IV sesuai tx dokter
(RL: D5 % : 3 : 2) Maintenance
5. Motivasi pasien minum banyak
(1500-2000 cc/24 jam).
6. Pantau hasil lab elektrolit serum
dan Hematokrit
|
1.
Mendeteksi secara dini terjadi peruban status cairan klien.
2.
Penurunan BB klien merupakan indikasi defisit volume cairan.
3.
Mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
4.
Memenuhi atau mengganti kebutuhan cairan tubuh.
5.
Mengingkatkan pemenuhan cairan peroral.
6.
Perubahan kadar elektrolit dan Ht merupakan idikasi tercukupinya
kebutuhan cairan tubuh.
7.
|
|
RENCANA KEPERAWATAN
Nama
Psien : Ny. Ng.
No.
RM : 403979
No
|
TGL
|
Dk
Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
-Hasil
|
Intervensi
|
Rasioanl
|
TT
|
3.
|
25-02-04
|
Resti perubahan nutrisi kurang
berhubungan de-ngan peningkatan kebutuhan meta-bolik untuk pe-nyembuhan luka
|
Setelah dilaku-kan perawatan dengan
inagg klien tidak ja-tuh dengan ke-adaan < nutrisi
|
- Tidak terjadi penurunan BB dalam inagg
- Kebutuhan protein dan kalori
terpenuhi
- Pasien mengalami keseimbangan
nitrogen
- Pasien menghabiskan porsi makan
yang telah disediakan sesuai program
- Tonus otot baik
|
1. Catat BB sebelum luka bakar
2. Kaji kebiasaan pola makan.
3. Catat masukan makanan klien
4. Lakukan dan ajarkan oral hygiene
pada pasien dan keluarga.
- Anjurkan makan dengan porsi kecil tapi
sering.
5. Jadwalkan pengobatan yang tidak
menggangu jadwal makan klien.
6. Berikan istirahat yang cukup
sebelum makan bila klien setelah menjalanakan prosedur tindakan yang
melelahkan.
7. Berikan penjelasan tentang
pentingnya nutrisi bagi klien.
8. Motivasi keluarga membawakan
makanan dari rumah untuk klien.
|
1. Sebagai dasar penghitungan
kebutuhan nutrisi pasien.
2. Membantu menciptakan kebiasaan
makan di RS sehingga dapat meningkatkan nafsu makan
3. Mengetahuai jumlah masukan makanan menurun
sehingga dapat diperkirakan kekurang kebutuhannya.
4. Kebersihan dan kesegaran mulut akan
meningkatkan nafsu makan klien.
- Meningkatkan asupan makan klien.
5. Pada sat makan yang tergangu akan
menurunkan nafsu makan.
6. Kondisi yang melelahkan
memungkinkan terjadinya penurunan nafsu makan.
7. Klien mengerti pentingnya nitrisi
sehingga termotivasi untuk makan lebih banyak.
8. Makanan yang sesuai dengan selera
klien akan meningkatkan nafsu makan.
|
|
RENCANA KEPERAWATAN
Nama
Psien : Ny. Ng.
No.
RM : 403979
No
|
TGL
|
Dk
Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
-Hasil
|
Intervensi
|
Rasioanl
|
TT
|
|
|
|
|
-
|
9. Kolaborasi tim gizi untuk pemberian
TKTP II CPTL.
10. Kolaborasi tim dokter pemenuhan
nutrisi melalui NET/NPT kalau perlu.
11. Pantau lab: terutama protein total,
Albumin.
|
9. Membantu memenuhi kebutu-han
nitrisi yang meningkat dan mengganti protein atau albumin yang hilang.
10. Kebutuhan nutrisi yang terpenuhi
secara oral untuk memnuhi perlu tambahan nutrisi NGT/NPT.
11. Indikator status nutrisi klien.
|
|
4.
|
25-02-04
|
Resti terjadi infeksi berhubungan
dengan pertahanan bsrrier atau kulit
|
Setelah perawatan > 4 hari luka
pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
|
- Tanda-tanda infeksi::
· rubor Θ
· dollor Θ
· calor Θ
· odema Θ
· pus Θ
· fungsiolesa
- Luka terjadi granulasi yang baik.
- Lekosit: 5000 -10.000 UL.
- Suhu tubuh: 36 - 37 ºC
|
1. Terapkan teknik asepsis paada semua
aspek perawatan. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, untuk
ganti sarung tangan untuk rawat luka yang berbeda
2. Observasi tanda-tanda infeksi,
perubahan warna luka atau drainase, bau, penyembuhan lama, perubahan TT U.
à terutama suhu.
3. Bersihkan, bilas luka terlebih
dahulu, guntng atau cukur rambut di sekitar batas luka sebelum mngoleskan
krim tropikal.
|
1. Meminimalisasi masukan kuman.
2. Mendeteksi dini terjadinya infeksi
sehinggaupaya pencegahan dapat dilakukan.
3. Membebaskan luka dari kuman
sehingga krim tropikal bermanfaat dan penyerapan lebih efektif
|
|
RENCANA KEPERAWATAN
Nama
Psien : Ny. Ng.
No.
RM : 403979
No
|
TGL
|
Dk
Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
-Hasil
|
Intervensi
|
Rasioanl
|
TT
|
|
|
|
|
|
4. Pertahankan lingkungan yang bersih
(cegah resiko infeksi):
· Tempatkan pasien pada daerah yang
tidak banyak orang lalu lalang
· Jangan gunakan peralatan rawat luka
yangtelah digunakan utuk pasien lain tanpa disterilkan terlebih dahulu.
· Gunakan master, hands schoon
steril, gaun bersih, penutup kepala saat merawat pasien.
· Bersihkan ruangan setiap hari
· Jangan lakukan penggantian sprei
saat pasien digantio balutan.
|
4. k
· Tempat lalu lalang orang banyak
merpakan sumber untuk media penyebaran kuman
· Alat yang tidak steril merupakan
sumber dan media penularan infeksi
· Melindungi perawat dan pasien dari
penyebaran kuman.
· Meminimalkan kuman yang di
ruangan,karena ruangan yang kotor merupakan media yang cocok untuk tinggalnya
kuman
|
|
RENCANA KEPERAWATAN
Nama
Psien : Ny. Ng.
No.
RM : 403979
No
|
TGL
|
Dk
Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
-Hasil
|
Intervensi
|
Rasioanl
|
TT
|
5.
|
25-02-04
|
Gangguan pemenuhan ADL secara
mandri berhubungan dengan keterbatasan gerak.
|
Setelah diberikan perawatan selama
3 hari kebutuhan ADL klien terpenuhhi dan klien terlibat dalam perawatan
dirinya
|
- Kebutuhan personal hygiene pasien
terpenuhi: kulit bersih, rambut rapi gigi dan mulut bersih, tidak bau.
- Klien mampu me-lakukan latiahn ROM
aktif pada anggota yang ter-kena luka bakar.
- Mobilitas pasien optimal
- Tidak terdapat persendeian yang
kaku.
|
1. Kaji ROM dan kekuatan otot pada
area luka bakar terutama persendian setiap hari kalau perlu.
2. Pertahankan area luka ba-kar pada
posisi fisiologi.
3. Jelaskan pada klien manfaat latihan ROM.
4. Konsul ahli fisioterapis utntuk
dijadwalkan rehabilitasi individual
5. Motivasi klien untuk melakukan
latihan.
6. Bantu klien dalam memnuhi ADL:
mandi, makan, minum, menyisir rambut, gosok gigi sesuai kemampuan pasien.
7. Libatkan klien dan keluar-ga dalam
latihan maupun pemenuhann ADL.
|
1. Mengetahui perkembangan ROM klien.
2. Mencegah kontraktur sendi,
melancarkan sirkulasi darah pada area luka.
3. Pengatahuan klien yang baik tentang
ROM akan memotivasi klien untukmelakukan latihan.
4. Rehabilitasi dini dan rutin akan
mengingkatkan pergerakan sendi.
5. Meningkatkan latihan pasien.
6. Memenuhi kebutuhan ADL klien sesuai
kebutuhan dan kmampuan klien.
7. Meningkatkan mkemandirian klien dan
keluarga.
|
|
RENCANA KEPERAWATAN
Nama
Psien : Ny. Ng.
No.
RM : 403979
No
|
TGL
|
Dk Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
-Hasil
|
Intervensi
|
Rasioanl
|
TT
|
6.
|
25-02-04
|
Gangguan konsep diri (peran sebagai
ibu) berubungan dengan perawatan di RS
|
.Setelah diberikan tindakan
keperawatan denga dugaan klien menrima saat ini
|
- Klien kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
- Klien mengerti kondsinya saat ini
- Klien tenang, tidak gelisah.
- Klien dapat istirahat dengan tenang
|
1. Jelaskan pada klien dan keluarga
kodisi klien saat ini.
2. Jelaskan pada klien entang perannya
saat ini.
3. Libatkan keluarga untuk menjelaskan
kondisi anaknya yang di rumah dan dirawat neneknya.
|
1. Klien mengerti kondisinya sehingga
kooperatif dalam tindakan keperawatan.
2. Klien mengerit dan menyadari
perannya saat ini.
3. Mengetahui keadaan awaknya yang
tidak ada masalah (baik), peran sementara sehingga ada yang menggantikan
mendukung klien untuk menyadari perannya sekarang.
|
|
CATATAN
KEPERAWATAN
TGL
|
JAM
|
No. Dx.
|
TINDAKAN
|
TT
|
25-02-2004
25-02-2004
25-02-2004
|
10.00
12.00
10.00
12.00
11.00
10.00
12.00
|
1.
2.
3.
|
1.
Mengobservasi respon terhadap nyeri saat perawatan
dan setelah perawatan lika, mengukur skala nyeri.
2.
Menjelaskan prosedur yang akan dilakuan (perawatann
luka, dampak yang ditimbulkan), mengejak klien berkomunikasi.
3.
Mengajarkan dan motivasi klien untuk nafas dalam bila
nyeri hebat.
4.
Mengobservasi respon pemberian analgetik (antrain)
dan nafas dalam.
5.
Menghitung nadi, RR.
1.
Memotivasi klien minum yang banyak (1500 – 200 cc/24
jam).
2.
Memeriksa turgor kulit, mukosa bibit.
3.
Mencatat cairan yang masuk, (RL. 20 tts/i)
4.
Mengukur produksi urine
5.
Mengganti cairan RL. 20 tts/i
1.
Mencatat BB klien sebelum masuk RS.
2.
Menanyakan klien kebiasaan makn dan makanan kesukaan.
3.
Menganjurkan suami klien membawa makanan dari
rumah.ecil tapi sering.
4.
Menganjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi
sering.
5.
Mengajarkan oval hygiene cara gosok gigi).
6.
Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi klien.
7.
Memberikan makanan dan membnatu klien makan.
8.
Mencatat makanan yang dihabiskan klien..
|
|
CATATAN
KEPERAWATAN
TGL
|
JAM
|
No. Dx.
|
TINDAKAN
|
TT
|
25-02-2004
25-02-2004
25-02-2004
|
09.00
12.00
11.00
19.30
11.00
|
4.
5.
6.
|
1.
Cuci tangan sesudah
dan sebelum tindakan.
2.
Membersihkan ruangan.
3.
Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada daerah luka.
4.
Membersihkan luka, mengoleskan salep SSD 1 %.
5.
Membersihkan alat tenun dan tempat tidur pasien.
6.
menutup pasien yang telah dirawat terbuka dengan
cradle bad.
7.
Menggunakan masker, hands schoon, skort saat merawat
luka dan dengan tehnik steril.
8.
Memantau obat ampicilin 1 gr IU.
1.
Menjelaskan pada klien tentang pentingnya latihan ROM
2.
Mengatur posisi pasien semi fowler.
3.
Memotivasi pasien untuk latihan ROM.
4.
Memandikan pasien.
5.
Menyisir rambut pasien.
1.
Menjelaskan pada klien tentang kondisinya yang perlu perawtan
2.
Menjelaskan pada klien tentang perannya saat ini
sebagai orang skit yang perlu perawatan untuk kesembuhannya.
3.
Meminta suami klien menjelaskan tentang keadaan anak
dan pera-watannya sekarang
|
|
CATATAN
KEPERAWATAN
TGL
|
JAM
|
No. Dx.
|
TINDAKAN
|
TT
|
26-02-2004
|
11.00
11.00
12.00
18.00
18.30
12.00
11.00
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
1.
Memotivasi klien untuk nafas dalam dan mengajak klien
berkomunikasi untuk mengalihkan perhatian.
2.
Mencatat respon klien terhadap nyeri, mengatur skala
nyeri, nadi.
1.
Memootivasi klien minum banyak.
2.
Memeriksa turgor kulit, mukosa bibir, mencatat cairan
yang masuk.
3.
Mengukur preduksi urine à
DL.
1.
Memotivasi klien makan lebih banyak lagi
2.
Memberikan makanan dan membantu klien makan
3.
Mencatat makanan yang dihabiskan.
1.
Membersihkan ruangan.
2.
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3.
Mengobservasi tanda-tanda infeksi.
4.
Merawat luka dengan SSD 1 % à
terbuka.
5.
Membersikan tubuh pasien (mandi, sisir rambut, gosok
gigi)
6.
Mengganti alat tenun yang kotor.
7.
Menutup pasien dnegan cradle bad
8.
menggunakan masker, hands schoon, skort saat merawat
luka dengan tehnik steril.
9.
Memasukkan obat ampicillin 1 gr IU
1.
Memberi penyuluha tentang pencegahan kontraktur
sendi.
2.
Melatihg pasien ROM.
3.
Memotivasi untuk latihan.
4.
Mengatur posisi pasien.
|
|
CATATAN
KEPERAWATAN
TGL
|
JAM
|
No. Dx.
|
TINDAKAN
|
TT
|
27-02-2004
|
10.00
|
1.
|
1.
Memotivasi klien nafas dalam dan mengajak
berkomunikasi untuk mengalihkan perhatian.
2.
Mencatat respon pasien terhadap nyeri, skala nyeri,
nadi.
|
|
27-02-2004
|
11.00
|
2.
|
1.
Memotivasi dan membantu pasien minum.
2.
Memeriksa turgor kulit, mukosa bibir, mencatat cairan
yang masuk.
3.
Mengukur produksi urine.
|
|
27-02-2004
|
12.00
|
3.
|
1.
Memberitahu klien hasil laboratorium: albumin
menurun.
2.
memotivasi klien menghabiskan porsi makan dari RS.
3.
Memberi makanan dan membantu klien makan.
4.
Mencatat makanan yang dihabiskan.
|
|
27-02-2004
|
08.00
12.00
|
4.
|
1.
Membersihkan ruangan.
2.
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
3.
Mengobservasi tanda-tanda infeksi.
4.
Merawat luka dengan SSD 1% terbuka.
5.
Membersihkan tubuh pasien (mandi, gosok gigi, menyisir
rambut).
6.
Mengganti alat tenun yang kotor.
7.
Menutup pasien dengan cradle bed.
8.
Menggunakan masker, hanscoon, skort saat merawat
pasien.
9.
memasukkan ampicillin 1 gr IV.
|
|
27-02-2004
|
11.00
|
5.
|
1.
Memberikan penyuluhan tentang latihan ROM.
2.
Memotivasi pasien untuk latihan.
3.
Melatih pasien untuk ROM.
4.
Mengatur posisi pasien.
|
|
No Dx
|
Tgl
|
Perkembangan
|
TT
|
|
1.
|
26-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
-
Klien mengatakan nyeri agak berkurang, malam bisa
tidur dengan tenang mulai pk. 09.00-04.00.
-
Klien mengatakan skala nyeri 7, merasa lebih nyaman.
-
Ekspresi wajah tenang.
-
Posisi tubuh rileks.
-
N : 80 x/i, RR : 16 x/i
Masalah teratasi
sebagian.
Lanjutkan
intervensi No. 1, 2, 4, 6, 7, 8
|
|
2.
|
26-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
Klien
mengatakan tidak merasa haus, minumnya lebih banyak dari kemarin, ± 900 cc.
-
Pasien tenang, tidak gelisah.
-
Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab.
-
Produksi urine : 800 cc/8jam, kuning pekat.
-
T : 110/70 mmHg, N : 80 x/i RR: 16 x/i, S : 36ºC
Masalah tidak
menjadi aktual.
Lanjutkan
intervensi No. 1, 2, 3, 4, 5, 6.
|
|
3.
|
26-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
-
Klien mengatakan sudah tidak mual, muntah (-)
-
Klien mengatakan makan habis ½ porsi makan di RS.
-
Tonus otot baik
-
Turgor kulit baik.
-
Konjungtiva tidak anemis.
Masalah tidak
menjadi aktual.
Lanjutkan
intervensi No. 2, 3, 5, 6, 8 11
|
|
4.
|
26-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
-
-
Tanda-tanda infeksi:
Rubor (+), color (-), dolor (+), oedema (+), fungsiolesa (+).
-
Granulasi luka baik S : 36ºC
Masalah tidak
menjadi aktual.
Lanjutkan
intervensi No. 1, 2, 3, 4
|
|
No Dx
|
Tgl
|
Perkembangan
|
TT
|
|
5.
|
26-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
-
Klien mengatakan merasa lebih segar dan nyaman
setelah badannya dibersihkan.
-
Klien mengatakan sudah melakukan latihan pada kaki
dan tangan.
-
Ekspresi wajah tenang
-
Kulit bersih, rambut rapi.
-
Klien dapat melakukan latihan ROM sesuai
kemampuannya.
-
Persendian pada kaki dan tangan yang terkena luka
bakar masih agak kaku.
Masalah tidak
menjadi aktual.
Lanjutkan
intervensi No. 1, 2, 5, 6, 7
|
|
6.
|
26-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
-
Klien mengatakan sudah lebih tanang karena sudah tahu
kondisi anaknya dan dirawat oleh neneknya dengan baik.
-
Kilen tenang.
-
Klien dapat istirahat dengan tenang.
Masalah
teratasi
Pertahankan
kondisi psikologis klien.
|
|
1.
|
27-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
-
Klien mengatakan masih terasa nyeri pada luka
terutama setelah perawatan, tapi luka terutama setelah perawatan, tapi tidak
sehebat kemarin.
-
Klien mengatakan skala nyeri 7.
-
Ekspresi wajah menyeringai saat setelah perawatan
luka.
-
Posisi tubuh agak rileks.
Masalah
teratasi sebagian.
Lanjutkan
intervensi No. 1, 2, 4, 6, 7, 8.
|
|
No Dx
|
Tgl
|
Perkembangan
|
TT
|
|
2.
|
27-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
-
Klien mengatakan tidak merasa haus minumnya ± 900 cc.
-
Pasien tenang, tidak gelisah.
-
Turgor kulit baik, mukosa bibir lembab.
-
Roduksi urine 900 cc/8 jam, kuning pekat
-
T : 110/70 mmHg, N : 20 x/i, RR : 18 x/i
-
Hasil lab tgl 27-02-2004 :
Elektrolit : Na+ : 86 mmol/L, Ka+ : 4,10 mmol/i
U : 110 mmol/L,
Masalah cairan
tidak menjadiaktual.
Lanjutkan
intervensi No. 1, 3, 4, 5, 6.
|
|
3.
|
27-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
Klien
mengatakan makan habis ½ porsi makan RS
-
Turgor kulit baik, tonus otot baik.
-
Konjungtiva tidak anemis.
-
Hasil Lab : 27-02-2004
Albumen 1,9 gr/dl
Masalah
nutrisi belum menjadi aktual.
Lanjutkan
intervensi No. : 2, 3, 4, 6, 8, 11.
|
|
4.
|
27-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
-
-
Tanda-tanda infeksi : rubor (+), dolor (+), color
(+), oedem (+) fungsiolesa (-), pus (-)
-
Granulasi baik, S : 36ºC
Masalah
infeksi belummenjadi aktual.
Lanjutkan
intervensi No. 1, 2, 3, 4.
|
|
No Dx
|
Tgl
|
Perkembangan
|
TT
|
|
5.
|
27-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
-
Klien mengatakan sudah melakukan latihan
-
Klien mengatakan badannya terasa segar setelah
tubuhnya dibersihkan.
-
Ekspresi wajah tenang.
-
Klien tampak segar, kulit bersih, rambut rapi, gigi
bersih.
-
Klien dapat melakukan latihan ROM sesuai kemampuan.
-
Makan, minum, mandi, menyisir rambut, gosok gigi
masih dibantu.
Masalah
teratasi sebagian
Lanjutkan
intervensi No. 1, 2, 5, 6, 7.
|
|
1.
|
28-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
Klien
mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 5-6
-
Ekspresi wajah tenang.
-
Posisi tubuh rileks
-
Klien istirahat tidur dengan tenang.
Masalah
teratasi sebagian.
Lanjutkan
intervensi No. 1, 2, 4, 6, 7, 8.
|
|
2.
|
28-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
Klien
mengatakan minumnya ± 900 cc.
-
Pasien tenang, KU baik
-
Turgor kulit baik (kembali spontan), mukosa bibir
lembab.
-
Produksi urine 500 cc/5 jam, warna kuning pekat.
-
T : 110/70 mmHg, N : 88 x/i, S: 37ºC, RR : 20 x/i
Masalah tidak
menjadi aktual.
Lanjutkan
intervensi No. 2, 3, 5, 6, 8, 11
|
|
No Dx
|
Tgl
|
Perkembangan
|
TT
|
|
3.
|
28-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
Klien
mengatakan makan habis ½ porsi RS.
-
Turgor kulit baik, tonus otot baik.
-
Konjungtiva tidak anemis.
-
Transfusi FFP 2 flesh.
Masalah belum
menjadi aktual.
Lanjutkan
intervensi No. 2, 3, 5, 6, 8, 11.
|
|
4.
|
28-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
-
-
Tanda-tanda inefksi rubor (+), dolor (+), oedema (+)
fungsiolesa (+), pus (-).
-
Granulasi baik, kemerahan, sirkulasi ke luka baik.
-
S : 37ºC
Masalah tidak menjadi aktual.
Lanjutkan intervensi No. 1, 2, 3, 4.
|
|
5.
|
28-02-‘04
|
S:
O:
A:
P:
|
Klien mengatakan
sudah bisa latihan sendiri.
-
Ekspresi wajah tenang.
-
Klien dapat melakukan latihan ROM sesuai kemampuan
-
Pemenuhan ADL dibantu, BAB 2 x.
Masalah
teratasi sebagian.
Lanjutkan
intervensi No. 1, 2, 5, 6, 7.
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas kesenjangan-kesenjangan yang dibemukan antara
tinjauan keperawatan dengan tinjauan kasus yang diamati kelp.
A. PENGKAJIAN
Pada teori disebutkan keluhan utama pada pasien luka
bakar Grade II adalah nyeri. Sedangkan pada kasus nyata ditemukan adanya nyeri
yang terus menerus dan nyeri bertambah pada saat dilakukan rawat luka. Nyeri
dirasakan sangat hebat pada saat 1 jam setelah dilakukan rawat luka dan
berkurang saat diberikan analgetik/2 jam setelah rawat luka. Pasien mengatakan
pada area luka bakar terasa panas. Hal ini disebabkan oleh adanya iritasi pada
ujung saraf sensoris dan nyeri tersebut diperberat oleh interaksiobat topikal
(SSD) terhadap luka bakar yaitu adanya reaksi kompetitif sulfonamide untuk
menempati protein dimana pada pasien didapatkan kadar albumin yang rendah
(albumin 1,9 gr/dl) sehingga terdapat konsentrasi bekas dalam darah meningkat.
Penurunan tersebut terjadi karena ekstravasasi cairan dan elektrolit, protein
akibat penguapan yang berlebihan. Pada pemeriksaan fisik klien didapatkan luka
bakar grade II 30%. Disertai bullae dan crirema. Hal itu sesuai denan tinjauan
teori tentang luka bakar grade II disebutkan adanya nyeri, bullae dan eritema.
Kemudian masalah keperawatan yang timbul pada pasien ada 6 yaitu gangguan rasa
nyaman (nyeri berat), resti kekurangan volume cairan, resti perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan, resti infeksi, gangguan pemenuhan APL secaramandiri dan
perubahan konsep diri: (perubahan peran). Setelah dibandingkan dengan teori ada
beberapa masalah keperawatan yang tidak muncul seperti gangguanpertukaran gas,
inefektif bersihkan jalan nafas dan perubahan perfusi jaringan perifer,
hipotermia, resiko terhadap inefektif koping keluarga dan gangguan mobilitas
fisik.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk
masalah inefektif bersihkan jalan nafas dan gangguan pertukaran gas tidak
terdapat pada kasus karena tidak ada trauma pada saluran nafas (leher dan
dada), selain itu dilihat dari etiologinya luka bakar pasien disebabkan oleh
karena tersiram bensin pada ruangan yang terbuka. Untuk gangguan perfusi
jaringan perifer tidak didapatkan pada pasien karena pada saat pengkajian
pasien sudah melewati masa kritis dan mendapatkan rehidrasi pada 24 jam pertama
serta tidak didapatkan tanda-tanda penurunan perfusi jaringan. Untuk masalah
hipermia tidak muncul pada kasus karena suhu badan klien saat pengkajian 36ºcc
selain itu dilihat dari kondisi fisik klien yang memiliki berat badan 65 kg,
tinggi badan 155 cm, sehingga masih bisa mentolerir perubahan suhu. Untuk
resiko inefektif koping keluarga tidak muncuk karena keluarga pasien kooperatif
dan ikut serta dalam perawatan pasien.
Gangguan mobilitas fisik tidak diangkat namun
dimunculkan gangguan pemenuhan ADL karena pada kasus ditemukan tingkat
ketergantungan terhadap pemenuhan ADL total.
B. PERENCANAAN
Pada kasus nyata intervensi disesuaikan dengan kondisi
klien serta fasilitaspelayanan yang ada.
C. PELAKSANAAN RENCANA KEPERAWATAN
Pada kasus nyata intervensi dilakukan pada saat
pengkajian selama 5 hari sehingga intervensi yang dilakukan masih terbatas,
mengenai prognosa, pengobatan dan perawatan.
D. EVALUASI
Pada tahap evaluasi tidak ditemukan perbedaan yang
mencolok antara tujuan dan rencana tindakan dengan perubahan yang terjadi pada
klien setelah tindakan keperawatan.
Faktor utama yang mempermudah pencapaian tujuan adalah
klian dan keluarga kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Permasalahan yang muncul pada pasien ada 6 yaitu
gangguan rasa nyaman: nyeri berat, resti kekurangan volume cairan, resti
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, resti infeksi, gangguan pemenuhan ADL
secara mandiri dan perubahan konsep diri (perubahan peran). Ada beberapa masalah yang tidak muncul, hal
ini disesuaikan dengan kondisi pasien dan causa sebagai faktor penyebabnya.
2.
Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sudah
dilaksanakan sesuai dengan teori.
3.
Kebersihan perawatan luka bakar pada pasien didukung
dengan peran serta keluarga.
B. SARAN
1.
Perawat Ruang 16
Mempertahankan perawatan yangsudah dilaksanakan terutama sterilitas dan
pencegahan cross infection serta nasokomial infection
2.
Kepada keluarga klien diharapkan keterlibatan dan
support secara kontinyu dalam perawatan klien di rumah sakit mampu dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, C, SKp, 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta : EGC.
FKUI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Jilid II.
Jakarta: Media
Aesculapius.
Brunner dan Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8
Vol. 3. Jakarta
: EGC.
_____________, Hand Out Materi Luka Bakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar