LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
Batasan Masalah
Diabetes
militus adalah penyakit metabolik yang kebabanyakan herediter dengan tanda
hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
acut maupun cronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif maupun
insulin absolut dalam tubuh, dimana gangguan primer terletakpada metabolisme
karbohidrat, yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme protein dan
lemak.
Kalsifikasi
Klasifikasi Diabetes mielitus dan
ganggguan toleransi glukosa menurut WHO 1985 :
A.
Clinical Classes
I.
DM
1.
IDDM ( DM Type 1
).
2.
NIDDM ( DM Type 2 ).
3.
Questionable DM , bila meragukan type 1 atau type 2.
4.
MRDM
a.
Fibrocalcolous Pancreatic DM ( FDPD ).
b.
Proten Deficient Pancreatic DM ( PDPD ).
5.
DM type lain dengan keadaan dan gejala yang tertentu.
II.
Impaired Glucosa Tolerance ( GTG ).
III.
Gestasional Diabetes Mielitus.
B.
Statistical Risk Classes.
1.
Kedua orang tuanya pernah menderita DM.
2.
Pernah menderita GTG kemudian normal kembali.
3.
Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4
kilogram.
Gejala Klinik
Diagnosis
Kriteria
diagnosis DM dengan gangguan toleransi glukosa :
I.
Diagnosis DM apabila :
a.
Terdapat gejala – gejala DM ditambah dengan,
b.
Salah satu dari GDP
> 120 mg/dl dan 2 j PP > 200 mg/dl, atau random GDA > 200
mg/dl.
II.
Diagnosis DM apabila :
a.
Tidak terdapat gejala DM tetapi,
b.
Terdapat dua dari GDP
> 120 mg/dl dan 2 j PP > 200 mg/dl, atau random GDA > 200
mg/dl.
III.
Diagnosis GTG apabila :
GDP
< 120 mg/dl dan 2 j PP antara 140 – 200 mg/dl.
IV. Untuk
kasus meragukan dengan hasil GDP > 120 mg/dl dan 2 j PP > 200 mg/dl,
ulangi pemeriksaan sekali lagi dengan persiapan minimal 3 hari dengan diit karbohidrat > 150
gr/hari dan kegiatan fisik seperti biasa.
Diagnosa
Keperawatan yang mungkin timbul :
1.
gangguan pemenuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan
sehubungan dengan mual muntah.
2.
Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan keterbatsan
informasi pengetahuan yang didapat mengenai penyakitnya.
3.
Keterbatsan aktivitas sehubungan dengan keleemahan.
4.
Potensial hiperglikemia / hipoglikemia sehubunngan dengan
ketidak seimbangan kebutuhan atau dosis insulin dengan intake makanan.
5.
Ganggguan integritas kulit sehubungan dengan
mikroangiopati.
6.
Gangguan konsep diri sehubungan dengan adanya luka.
7.
Potensial terjadi infeksi sekunder sehubungan dengan
adanya luka.
8.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
9.
Gangguan eliinasi urine sehubungan dengan fungsi ginjal
menurun.
Penata
Laksanaan.
Terapi
primer I. Diit.
II.
Latihan Fisik.
III.
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Terapi
sekunder IV. Obat Hypoglikemi ( OAD dan Insulin )
IV.
Cangkok pankreas.
Fokus Pengkajian
Data bergantung pada berat dan
lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh pada fungsi organ :
1.
Aktifitas/Istirahat
·
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
·
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan
istirahat.
·
Disorentasi, koma.
2.
Sirkulasi
·
Ada riwayat
hipertensi, IMA.
·
Kebas & kesemutan pada extrimitas.
·
Kebas pada kaki.
·
Takikardia/nadi yang menurun/tak ada.
·
Kulit panas, kering & kemerahan, bola mata cekung.
3. Integritas ego
·
Stress, tergantung orang lain.
·
Peka terhadap rangsangan.
4.
Eliminasi
·
Poliuria, nokturia
·
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
·
Nyeri tekan abdomen
·
Diare, bising usus lemah/menurun.
5.
Makanan/cairan
·
Hilang nafsu makan, mual/muntah.
·
BB menurun, haus.
·
Kulit kering/bersisik, turgor jelek.
·
Distensi abdomen.
6.
Neurosensori
·
Pusing/pening, sakit kepala.
·
Parestesia, kesemutan, kebas kelemahan pada otot.
·
Gangguan penglihatan.
·
Disorentasi : mengantuk, letargia, stupor/koma.
7.
Nyeri/kenyamanan
·
Abdomen tegang/nyeri
·
Wajah meringis, palpitasi.
8.
Pernapasan
·
Batuk, bernapas bau keton
9.
Keamanan
·
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
·
Demam, diaforesis
·
Menurunnya kekuatan/rentang gerak.
Pemeriksaan Diagnostik
·
Glukosa darah meningkat
·
Asam lemak bebas meningkat
·
Osmolalitas serum meningkat
·
Gas darah arteri : PH menurun, HCO3 menurun
·
Ureum/kreatinin meningkat/normal.
·
Urine : gula + aseton positip
·
Elektrolit : Na, K, fosfor .
Diagnosa Keperawatan
1.
Resiko
Komplikasi : Hipoglikemia
2.
Resiko Komplikasi : Diabetes ketoasidosis
3.
Resiko Komplikasi : Neuropati
4.
Resiko Komplikasi : Penyakit Vaskuler
5.
Perubahan Nutrisi : Lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan yang melebihi kebutuhan aktivitas, kurang
pengetahuan, atau koping infektif.
6.
Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan
dengan kerumitan dan kronisnya program yang dianjurkan.
7.
Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan
penurunan sensasi raba, penurunan ketajaman penglihatan, dan episode
hipoglikemia.
8.
Takut (klien, keluarga) berhubungan dengan potensial komplikasi, injeksi insulin dan
efek negatif pada gaya
hidup.
Intervensi
Diagnosa No.1, 2, 3, dan 4 :
Tujuan :
Mengatasi dan meminimalkan episode
abnormal gula darah dan komplikasi.
Kriteria
hasil :
L
Lab. Gula darah normal.
L
Tidak terjadi komplikasi.
Intervensi Diagnosa Potensial Komplikasi : Hipoglikemia
1. Pantau
tanda dan gejala hipoglikemia :
a. Glukosa
darah < 70 mg/dl.
b.
Pucat, lembab dan kulit dingin.
c.
Takikardia, diaforesis.
d.
Gugup, gelisah.
e.
Inkoordinasi.
f.
Cenderung tidur.
g.
Ketidaksadaran tentang hipoglikemia.
R/ Hipoglikemia dapat disebabkan
oleh terlalu banyak insulin, terlalu
sedikit makan, atau aktivitas fisik. Bila glukosa darah turun terlalu cepat,
sistem simpatis dirangsang untuk menghasilkan adrenalin, yang menyebabkan
diaforesis, kulit dingin, takikardia dan gugup. Hipoglikemia tak sadar adalah
defek sistem pertahanan tubuh yang merusak kemampuan untuk merasakan gejala
penting biasanya berhubungan dengan hipoglikemia. Pasien ini dapat berlanjut
dari sadar menjadi tak sadar dengan cepat.
Intervensi Diagnosa Potensial
Komplikasi : Diabetes ketoasidosis
2. Pantau
tanda dan gejala diabetes ketoasidosis
a. Glukosa
darah > 300 mg/dl.
b.
Keton plasma positif, napas bau aseton.
c.
Sakit kepala
d.
Pernapasan kussmaul's
e.
Anoreksia, mual, muntah
f.
Poliuria, polidipsia
g.
Penurunan natrium serum, kalium, fosfat.
h.
Dehidrasi, dikacaukan oleh membran mukosa kering,
turgor kulit buruk.
Intervensi Diagnosa Potensial
Komplikasi : Neuropati
3. Pantau
tanda dan gejala neuropati perifer :
a. Diabetes
tak terkontrol.
b.
Diagnosis diabetes > 10 tahun
c.
Nyeri
d.
Penurunan sensasi
e.
Penurunan respons tendon dalam (Achilles dan patella).
f.
Penurunan rasa vibrasi
g.
Ulkus kaki Charcot's
h.
Penurunan propriosepsi
i.
Parestesia
Intervensi Diagnosa Resiko
Komplikasi : Penyakit Vaskuler
4. Kaji faktor
risiko, dan monitor tanda dan gejala komplikasi makrovaskuler
a. Riwayat
keluarga dengan penyakit jantung.
b.
Pria berusia lebih dari 40 tahun.
c.
Perokok sigaret.
d.
Hipertensi
e.
Hiperlipidemia
f.
Obesitas
g.
Diabetes tak terkontrol
Intervensi Diagnosa Perubahan Nutrisi : Lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan yang melebihi kebutuhan aktivitas, kurang
pengetahuan, atau koping infektif.
Tujuan :
Intake nutrisi seimbang dnegan
kebutuhan nutrisi tubuh
Kriteria
hasil : Klien akan :
L
Mengungkapkan pentingnya penurunan berat badan
berhubungan dengan kontrol glukosa darah.
L
Mengikuti rencana makan yang diprogramkan dimana
masukan kalori cukup untuk menurunkan berat badan.
Intervensi :
1. Jelaskan
pentingnya mematuhi diet dan program latihan yang dianjurkan.
R/ Terapi diet dan latihan penting
untuk pengobatan diabetes.
2. Tingkatkan
kesadaran klien tentang bagaimana berat badan dipengaruhi oleh keseimbangan
antara masukan makanan dan aktivitas.
R/ Tujuan penurunan berat badan
dapat dicapai melalui kombinasi penurunan masukan kalori dan peningkatan penggunaan
kalori dengan latihan. Setiap peningkatan aktivitas fisik akan meningkatkan
haluaran energi dan mengurangi kalori pada individu yang mengikuti program diet
penurun kalori.
3. Bantu klien
mengembangkan program penurunan berat badan yang aman yang mempertimbangkan
faktor ini :
a. Jumlah
penurunan yang diinginkan
b. Durasi
program
c. Masalah
nutrisi
d. Kesesuaian
dengan gaya
hidup
R/ Tujuan yang realistik
meningkatkan peluang keberhasilan. Kesuksesan memberi klien nilai tambah untuk
meneruskan program.
4. Ajarkan pentingnya
pencapaian dan memeliharaan berat badan normal.
R/ Klien obesitas mempunyai
reseptor insulin yang lebih sedikit. Penurunan berat badan menyimpan sejumlah
reseptor insulin, membuat insulin lebih efektif.
5. Bahas
mulainya program latihan. Instruksikan klien untuk konsul dengan dokter sebelum
memulai, bila ada indikasi. Nasehatkan klien untuk :
a. Mulai
dengan lambat dan ringan.
b.
Pilih aktivitas dimana latihan melibatkan banyak
bagian tubuh.
c.
Tidak latihan bila kadar glukosa darah lebih dari 300
g/dl atau bila terdapat ada keton.
R/
Latihan menjadi kontraindikasi bila glukosa lebih dari 300, karena
menyebabkan peningkatan glukosa darah dan peningkatan produksi keton, karena
glukosa yang dibentuk hepar menjadi jauh lebih besar dari penggunaan insulin
tubuh.
6. Kolaborasi
dengan dokter :
a. Pemberian
obat-obatan : insulin.
b.
Pemeriksaan laboratorium : Glukosa serum, aseton
plasma, asam lemak bebas, osmolasitas.
Intervensi Diagnosa Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan
dengan kerumitan dan kronisnya program yang dianjurkan.
Tujuan :
Klien akan patuh akan anjuran dari
tim kesehatan.
Kriteria
hasil : Klien akan :
L
Menyebutkan risiko dan keuntungan mengikuti regimen
pengobatan yang dianjurkan.
L
Mengikuti anjuran yang diberikan oleh tim kesehatan.
Intervensi :
1. Identifikasi
dan perbaiki miskonsepsi klien tentang diabetes.
R/ keyakinan klien tentang
kesehatan, diabetes, dan pengobatannya sangat mempengaruhi kemungkinan
keberhasilan regimen terapeutik.
2. Ajarkan
klien menggunakan strategi penyuluhan selektif, singkat, dan penguatan
tertulis.
R/ Strategi ini meningkatkan
penyuluhan dan belajar dan dapat membantu memperbaiki penatalaksanaan diri.
3. Identifikasi
tujuan spesifik dalam regimen teraupetik yang dapat dicapai klien secara
realistik.
R/ Dengan menganjurkan klien mencapai
setahap setahap dapat menjadikan strategi yang paling efektif.
4. Berikan
pujian untuk mendorong penatalaksanaan diri.
R/ Pujian mendorong klien untuk
memenuhi tujuan yang dapat membantu memperbaiki hasil.
5. Bantu klien
dengan mengidentifikasi dan mengkordikasikan perubahan gaya hidup. Kapan saja
memungkinkan, ubah regimen terupetik untuk menyesuaikan situasi individual
klien, mencakup :
a. Rencana
makan.
b.
Obat-obatan,
termasuk insulin .
c.
Latihan
R/ Strategi ini mengajarkan
ketrampilan penatalaksanaan diri. Makin besar modifikasi gaya hidup klien,
kerumitan, dan biaya, makin rendah kemunberhasil dalam regimen yang dianjurkan.
Daftar
Pustaka
Carpenito, L.J.,
(1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi
Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC
(2000). Diagnosa
Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC
Doengoes,
(1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC
Makalah
Kuliah . Tidak diterbitkan.
Mansjoer,
Arif., et all. (1999). Kapita Selekta
Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.
Price,
Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi.
Ed. I. Jakarta
RSUD Dr.
Soetomo (1994), Pedoman Diagnosis Dan
Therapi . Lab UPF ilmu Penyakit Dalam, Universitas Airlangga, Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar