BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian
ibu maternal di Indonesia masih merupakan masalah nasional. Data yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik,
angka kematian maternal di
Indonesia pada
tahun l986 adalah 450/l00.000 dan pada
tahun l996 390/l00.000
kelahiran hidup (
Jakarta Post, 21 Oktober 1996 ). Angka ini 3-6 kali lebih tinggi dibanding
negara-negara di Asean. Hal ini menunjukkan perlunya usaha lintas program dan
lintas sektoral untuk menurunkan angka kematian ibu.
Sesuai definisi WHO “Kematian maternal
itu sendiri dapat didefinisikan sebagai berikut kematian seorang wanita waktu
hamil atau 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas
dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.”
(Sarwono, 1996).
Beberapa
faktor telah diidentifikasi dapat menyebabkan
kematian maternal, diantaranya adalah masalah yang terjadi pada masa
nifas seperti perdarahan post partum, infeksi masa nifas , kurangnya
pengetahuan dan keterampilan ibu dalam rangka pemeliharaan kesehatan masa
nifas.
Sistem pelayanan keperawatan merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang turut bertanggungjawab untuk
mencegah masalah diatas. Salah
satunya adalah meningkatkan pelayanan
keperawatan terhadap ibu nifas. Agar pelayanan keperawatan menjadi optimal tentunya dibutuhkan suatu
standar praktek keperawatan.
B. Tujuan pembuatan makalah
Untuk
mendeminasikan pengetahuan kepada peserta seminar, agar dapat menambah pengetahuan tentang standar asuhan keperawatan khususnya keperawatan maternitas.
C. Sistematika
penulisan
Untuk makalah seminar ini sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut
BAB I Pendahuluan, yang berisi tentang latar
belakang masalah , tujuan dan sistematika penulisan.
BAB II Penyusunan standar asuhan keperawatan nifas.
BAB III
Penutup terdiri dari kesimpulan
dan saran.
BAB II
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN NIFAS
Dari hasil wawancara dengan 30 orang ibu nifas
diruang perawatan postpartum RSUP Fatmawati didapatkan beberapa masalah keperawatan ibu nifas. Masalah
keperawatan yang diidentifikasi meliputi kurangnya pengetahuan dan keterampilan
ibu nifas tentang cara merawat payu dara,
perineum, meneteki yang benar, nutrisi, program KB. Perawatan bayi meliputi ;
immunisasi, merawat tali pusat dan memandikan, cara mengganti popok, persaingan
antar saudara(sibling) mengenal tanda - tanda bahaya. Apabila masalah-masalah keperawatan diatas
muncul akan menimbulkan suatu masalah kesehatan dan dapat meningkatkan morbiditas ibu nifas, ini akan menyebabkan waktu dan
biaya perawatan masa nifas akan meningkat, yang berarti bisa menimbulkan angka
kematian ibu dan bayi. Masalah -masalah
keperawatan yang timbul pada masa nifas diatas sebetulnya dapat dicegah dengan memberikan asuhan keperawatan yang baik dan benar sesuai
kewenangan perawat. Standar praktek asuhan keperawatan nifas
disusun untuk
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan merupakan suatu kewenangan
melakukan tindakan keperawatan. Tipe standar yang digunakan untuk membuat
standar asuhan keperawatan nifas pada makalah ini menggunakan tipe standar
normatif, berorientasi kepada praktek
keperawatan ideal yang harus diberikan kepada klien nifas.
Dengan pendekatan ini penyusunan
standar praktek asuhan keperawatan nifas digunakan pendekatan proses
keperawatan meliputi ; Pengkajian,
Diagnosa keperawatan, Identifikasi hasil yang diharapkan, Perencanaan,
Implementasi, dan Evaluasi (ANA, 1991)
Teori
keperawatan yang digunakan adalah teori “Self Care Deficit” yang dikemukakan
oleh Dorothea Orem. Filosofi Orem
dikatakan bahwa manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya
sendiri. Yang dimaksud dengan self care(perawatan mandiri) adalah aktivitas seseorang
untuk menolong dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan
kesejahteraan. Teori keperawatan ini digunakan sebagai dasar dalam memberikan
asuhan keperawatan nifas. Perawat profesional bertanggung jawab dalam membantu
klien dan keluarga untuk mencapai kemandiriannya. Kemandirian ibu nifas bisa tercapai bila
kegiatan asuhan keperawatan didasari adanya kerjasama yang baik antara perawat dalam memberikan pengetahuan dan
motivasi kepada ibu nifas dalam memenuhi kebutuhan klien ibu nifas.
Beberapa
keuntungan dalam teori bagi ibu nifas
yaitu pengetahuan akan meningkat dan akhirnya ibu dan keluarga akan
mandiri dalam pemeliharaan kesehatannya. Kemandirian pada ibu nifas sangatlah
penting karena setelah pulang,
keluarga harus mampu merawat untuk
mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya.
Berikut ini
penyusunan standart asuhan keperawatan ibu nifas dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan (ANA, 1991).
Pendekatan standar asuhan keperawatan infus dengan
menggunakan format proses keperawatan ( ANA, 1991 ) adalah :
A. Standar I. Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien nifas ditentukan oleh kondisi/kebutuhan
klien saat ini. Pengumpulan data ini dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan dengan menggunakan tehnik-tehnik pengkajian yang tepat dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lain. Data yang diperoleh dikomunikasikan dan
dicatat secara lengkap.
1. Riwayat ibu nifas
mencakup :
a. Wawancara
- Kebiasaan
- Makanan dan
cairan
- Perubahan
berat badan
- Pola
istirahat dan tidur
- Toleransi
aktivitas
b. Pengkajian
psikologi
- Status
emosional
- Pola koping
- Persepsi
terhadap keadaan pasien
c. Pengkajian
fisik
- Personal
higiene
- Status
nutrisi
- Nyeri
- Tanda-tanda
vital
- Keadaan
fisik pada ibu nifas adalah :
* Payu
dara
-
Kekenyalan
-
Puting susu
*
Abdomen
-
Diastasis recti abdominis
-
Striae
*
Gastro intestinal
-
Peristaltik
*
Uterus
-
Tinggi fundus uteri
-
Kontraksi
*
Perkemihan
-
Frekuensi dalam 24 jam pertama
*
Lochea
- Warna
- Encer \ kental
- Bau
- Jumlah
2. Pengumpulan data dari sumber
- Pasien,
keluarga, orang yang terdekat
- Petugas
kesehatan lain
3. Cara pengumpulan data menggunakan metode
- Wawancara
- Observasi
- Inspeksi
- Auskultasi
- Palpasi
Standar II Diagnosa
Diagnosa
keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan yang dikaji dari klien
dan keluarga bersama petugas kesehatan.Data
tersebut dikomunikasikan dan dicatat untuk memudahkan penentuan hasil
dan perencanaan perawatan yang dilaksanakan.
Rasional :
Status kesehatan klien nifas dan keluarga merupakan dasar
untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Data dianalisa dan dibandingkan dengan nilai normal.
Kriteria Pengukuran
1.
Status kesehatan klien nifas dibandingkan dengan
keadaan normal untuk menentukan adanya penyimpangan.
2.
Kemampuan dan keterbatasan klien dan keluarga diidentifikasi.
3.
Diagnosa keperawatan berkaitan dan selaras dengan
diagnosa yang dibuat oleh profesi lain yang memberi asuhan pada klien dan keluarga.
Diagnosa
yang sering timbul pada masa nifas antara lain (Bobak, IM Ana Jenzen)
1.
Nyeri sehubungan
dengan :
·
Involusi uterus
·
Trauma perineum
·
Episiotomi
·
Perdarahan
·
Pembengkakan payudara
2.
Kurangnya volume
cairan sehubungan dengan
·
Perdarahan post partum
3.
Konstipasi dan retensio urine sehubungan dengan
·
Ketidak nyamanan post partum
·
Trauma jaringan atau otot-otot spincter karena persalinan
4.
Resiko cedera sehubungan dengan
·
perdarahan postpartum
·
efek anestesi
5.
resiko tinggi infeksi sehubungan dengan
·
trauma jaringan setelah melahirkan
6.
Gangguan tidur sehubungan dengan
·
Kenyamanan postpartum
·
Proses persalinan yang lemah
·
Merawat bayi
7.
Tidak efektifnya memberikan makan pada bayi sehubungan
dengan
·
gangguan rasa nyaman
·
respon normal fisiologis
8.
menurunnya harga diri sehubungan dengan
·
pengalaman persalinan yang lalu
9.
Gangguan menjadi orang tua sehubungan dengan
·
kurangnya pengetahuan dalam merawat bayi
10. Cemas
sehubungan dengan
·
kurangnya pengetahuan tentang perawatan
mandiri
Standar III
Identifikasi hasil
Identifikasi
hasil ditetapkan dari diagnosa keperawatan berdasarkan kriteria yang dapat
diukur dan dirumuskan dengan melibatkan klien, keluarga dan orang yang terdekat
bersifat realistis dalam hubungannya dengan kemampuan klien saat ini dan
bersifat potensial.
Hasil dapat
dicapai sesuai dengan sumber yang
tersedia bagi klien. Untuk mencapai
hasil harus ditetapkan pula target waktu pencapaian.
Rasional :
Pemantapan hasil yang dicapai merupakan bagian terpenting
dari perencanaan asuhan keperawatan,
Kriteria Pengukuran:
1.
Hasil ditetapkan dari diagnosa
2.
Dirumuskan bersama klien, keluarga dan tenaga kesehatan
lain bila memungkinkan.
3.
Hasil harus nyata sesuai dengan kemampuan klien saat
ini dan kemampuan potensial
4.
Hasil apat dicapai sesuai dengan sumber yang tersedia
bagi klien.
5.
Hasil didokumentasikan sebagai tujuan yang dapat diukur
meliputi perkiraan waktu pencapaian dan memberi arah bagi kelanjutan
keperawatan.
Pada asuhan keperawatan klien nifas dan keluarga dapat
ditetapkan kriteria hasil sesuai dengan diagnosa keperawatan
Kriteria hasil :
1.
Tinggi fundus uteri
1-2
jari pertengahan sympisis dan umbilikus, (selama ± 2 hari akan turun 1 ruas
jari per hari). Setelah 9-10 hari uterus tidak teraba diatas sympisis.
2.
Involusi uterus kembali normal setelah 6 minggu.
3.
Perineum dikaji setiap 8 jam dengan posisi sims untuk
observasi REEDA
4.
Lochea
5.
Payudara, produksi laktasi kolostrum pada hari ke 2 dan
ke 3
puting
susu menonjol keluar, kebersihannya, tidak ada tanda infeksi
6.
Abdomen, pada postpartum tonus menurun, lembek,longgar
dan lemas, striae alba/nigra, adanya pemisahan otot rectus abdominis pada dua
minggu pertama postpartum
7.
Gastrointestinal. pada 2 - 3 hari umumnya terjadi konstipasi. Klien merasa
sangat haus dan lapar
8.
Traktus urinarius, BAK dalam 24 jam pertama terjadi
diuresis, B.a.k. harus dalam 6-8 jam setelah melahirkan.
9.
Ektremitas bawah, tidak adanya tromboflebitis dan
tromboemboli.
10. Istirahat
dan tidur, tidak mengalami kesulitan.
11. Psikososial,
melihat kemampuan adapatasi ibu menurut Rubbin.
·
Taking in,
timbul pada jam pertama kelahiran sampai 2-3 hari
Refleksi
tentang kehamilan dan proses persalinan
Berfokus
pada diri sendiri, perlu tidur dan makan
Dependen
tergantung dan pasif
Bertanya-tanya
tentang bayinya
·
Taking
hold. fasenya sampai dengan dua minggu
Merawat
diri sendiri
Tidak
sabar atas ketidak nyamananya
Fokus
melibatkan bayi dan ingin merawat (independen)
Dapat
menerima tanggung jawab
Waktu
yang baik untuk penyuluhan
·
Letting
go, fase 3-4 minggu
Merasa
ada yang hilang karena tidak hamil
Memandang
bayi sebagai bagian dari dirinya yang terpisah
Emosional
·
Sosial keluarga
Respon
ayah
Adaptasi
sibling
Interaksi
keluarga
Adanya
pembagian tugas
Standar IV Perencanaan
Perencanaan
asuhan keperawatan menggambarkan intervensi untuk mencapai hasil yang
diharapkan, perencaan ini meliputi tujuan yang dibuat berdasarkan asuhan
keperawatan, prioritas dan pendekatan-pendekatan tindakan keperawatan yang
ditetapkan.
Rasional :
Tindakan keperawatan direncanakan untuk meningkatkan,
memelihara dan memperbaiki kesejahteraan klien.
Perencanaan terhadap aktivitas, pergerakan tubuh
istirahat/tidur dan keamanan.
1.
Hygiene dan kenyamanan fisik yang meliputi :
·
Kebutuhan kebersihan tubuh
·
Perawatan mulut
·
Perawatan rambut
·
Perawatan buah dada
·
Perawatan perineum
·
Perawatan rektal
·
Kebersihan tempat tidur
2.
Aktivitas dan kegiatan tubuh yang meliputi :
·
Ambulasi
·
Latihan aktif maupun pasif
·
Posisi yang menyenangkan
3.
Istirahat dan tidur
4.
Keamanan,
meliputi :
·
Perhatian keamanan klien pada saat melakukan
pergerakan.
·
Keamanan klien pada saat dipindahkan
·
Perhatikan kondisi lingkungan yang membahayakan
klien.
·
Mencegah infeksi.
·
Rambu-rambu tanda keamanan.
·
Menggunakan alat pengaman pada pemakaian alat
elektronik.
·
Gunakan label pada tempat obat yang
dipergunakan.
Untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan nutrisi, keseimbangan
cairan dan elektrolit, eliminasi, kebutuhan oksigen, mekanisme regulasi, fungsi
kognitif/sensori, respon fisiologis dan terapi dan lainnya. Menetapkan
intervensi diperlukan untuk mengetahui respon tubuh selama kehamilan dan
melahirkan .
1.
Nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
·
Catat cairan yang keluar dan masuk
·
Status elektrolit diperoleh dari pengkajian
klien dan hasil laboratorium
·
Kaji terapi intra vena jika klien mendapatkan
Intra vena Fluid Drip (IVFD)
2.
Eliminasi :
·
Buang air besar
·
Kaji eliminasi
·
Kaji pemberian laksatif
3.
Perkemihan
·
kaji pemberian diuretik
·
Kaji drainase vagina
4.
Fungsi kognitif/sensori
·
Mengkaji persepsi sensori secara baik
5.
Respon fisiologis
·
Observasi : warna kulit, tanda vital, kesadaran,
reaksi verbal dan tinggi fundus uteri.
Perawat memberikan dukungan pada klien dan keluarga untuk
reaksi emosional klien postpartum.
1.
Kebutuhan emosional :
·
Memberikan dukungan pada klien
·
Respek terhadap klien
·
Sebagai pendengar yang baik
·
Observasi dan mencatat tingkah laku
·
Berikan dorongan pada keluarga
2.
Kebutuhan spiritual :
·
Bantu klien untuk informasi pelayanan religius
yang ada di rumah sakit
·
Perawat membantu klien dan keluarga selama fase
pertengahan postpartum
·
Dapat mengambil keputusan untuk memnuhi
kebutuhan klien.
3.
Informasikan dan motivasi kepada klien dan keluarga :
·
Membantu dalam orientasi lingkungan
·
Memberitahukan klien sebelum dilakukan pemeriksaan
·
Mengembangkan rencana perawatan klien
·
Demonstrasikan perawatan mandiri selama periode
postpartum dan perawatan bayi selama perioda infant
·
Bantu klien dan keluarga dalam perawatan dirumah
·
Belajar secara menetail tentang situasi hidup
dan kembali kearah realita
·
Rencanakan rujukan bila perlu
·
Diskusikan rencana selanjutnya dengan anggota
kesehatan lain, klien dan anggota keluarga.
Standar V Implementasi
Implementasi
merupakan intervensi yang diidentifikasi dari rencana keperawatan bersifat
konsisten dengan rencana keperawatan
yang dibuat serta didokumentasikan.
Rasional :
Klien dan keluarga secara terus-menerus dilibatkan dalam
asuhan keperawatan untuk meningkatkan dan pemeliharaan kesehatan.
Kriteria :
1.
Tindakan keperawatan
:
·
Konsiten dengan rencana asuhan keperawatan.
·
Didasarkan pada prinsip ilmiah
·
Bersifat individu spesifik untuk situasi
tertentu
·
Digunakan untuk menciptakan lingkungan yang aman
dan terapiutik
·
Memberikan kesempatan belajar mengajar pada
klien
·
Memanfaatkan berbagai sumber yang tepat
2.
Tindakan keperawatan ditentukan oleh kondisi fisik,
fisiologis, psikologis dan perilaku sosial klien.
Standar VI Evaluasi
Evaluasi
bersifat sistematis dan berkesinambungan yang digunakan untuk merevisi diagnosa
hasil dan rencana keperawatan yang dibutuhkan berdasarkan respon klien terhadap
intervensi yang didokumentasikan.
Dalam evaluasi ini klien, keluarga dan petugas kesehatan
ikut terlibat.
Rasional :
Proses keperawatan tetap sama tetapi masukan berupa
informasi baru dapat mengarahkan kepada pendekatan baru.
Kriteria Pengukuran :
1.
Pengkajian ulang diarahkan oleh tercapai tidaknya
tujuan.
2.
Prioritas dan tujuan baru diterapkan secara pendekatan
keperawatan lebih lanjut dilakukan dengan tepat dan akurat.
3.
Tindakan keperawatan yang baru ditetapkan dengan tepat
dan cermat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perawat
dapat mensukseskan program nasional yakni menurunkan angka kematian maternal
yang tinggi dengan cara memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas /
profesional. Oleh karena itu perawat bertanggung jawab untuk melakukan asuhan
keperawatan berdasarkan standart praktek keperawatan yang ditetapkan oleh
institusi.
Standart
praktek keperawatan ibu nifas diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan disuatu institusi penyusunan ini.
Tipe standar
asuhan keperawatan nifas yang disajikan adalah tipe normatif yang dijadikan
sebagai pedoman. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang ideal terhadap
masalah-masalah nifas dengan menggunakan standar proses, secara sistematis
mulai dari pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, mengidentifikasi
masalah, membuat perencanaan, menentukan implementasi sampai melakukan evaluasi
terhadap ibu nifas.
Teori
keperawatan menggunakan teori self care
deficit dari Orem menekankan perawatan
mandiri dari ibu nifas dan keluarga. Dengan demikian ibu dan keluarga mampu mengembangkan
kemandiriannya dalam memelihara kesehatan dan kesejahteraanya.
B. SARAN
Untuk
menjalankan standar asuhan keperawatan nifas seyogyanya dilakukan secara
kerjasama dengan tenaga kesehatan lain dan klien serta disesuaikan dengan
keadaan setempat.
Agar
pelaksanaan asuhan keperawatan dapat dilaksanakan dengan maksimal dan standart
praktek keperawatan nifas disusun dengan cara kerja sama yang didukung oleh
institusi keperawatan.
Dengan
menggunakan standar praktek keperawatan
nifas secara konseptual sesuai standar proses pada klien nifas kami menyarankan
untuk rekan-rekan seprofesi, untuk melaksanakannya sebagai landasan dalam
melakukan asuhan keprawatan.
Melaksanakan
standar praktek asuhan keperawatan nifas dengan penuh rasa tanggung jawab dan
profesional.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Beare, P. G. ed.(1994). Davis’s NCLEX - PN
Review, hal 367-368. Philadelphia. FA
Davis Company.
Haris, C. H.
(1993)., Legal and Ethical Issues. dalam Bobak, I. M dan Jenzen, M.D
Maternity and Gynecologid Care: The Nurse and The Family. ed. 5. st.
Louis. CV Mosby Co.
ANA. (1991). Standart of Clinical Nursing
Practise, Washington, D. C, American Nurses Publishing.
Orem, D. E.
(1971), Nursing Concepts of Practise, New York Mc. Graw - Hill
Prawiroharjo.
S (1992), Ilmu Kebidanan,
Jakarta.Yayasan Bina Pustaka.
Irawati, D.
(1996), Standart Praktek Keperawatan, Tidak dipublikasikan, Jakarta; Bahan Kuliah FIK-UI.
Sahar, J.
(1996), Standart Praktek Keperawatan, Disampaikan pada kuliah Manejement
Keperawatan, Jakarta. FIK - UI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar