IUD
(Intra Uterine Device)
- I.
PENGERTIAN
-
IUD adalah alat yang terbuat dari plastik dan berukuran
kecil.
(BKKBN, 1998).
-
Bentuk inert plastik yang diletakkan di dalam uterus. (Hamilton, 1995).
-
IUD merupakan benda asing yang ditempatkan didalam vacum uteri untuk mencegah
kehamilan. (Maulany, 1994, 174).
-
IUD merupakan alat kontrasepsi dalam rahim. (Emanuel F, 1998).
- II.
MACAM-MACAM/JENIS IUD
Pada masa ini IUD telah
memasuki era generasi keempat, Karena itu berpuluh macam IUD telah dikembangkan
mula dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutera dan logam (besi
baja, stainless steel, dan tembaga) sampai pada generasi plastik (polietilen)
baik yang tidak ditambahi obat (unmedicated) maupun yang dibubuhi obat (medicated).
Menurut bentuknya IUD dibedakan
menjadi:
-
Bentuk terbuka (open device) misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7,
Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T, dan lain-lain.
-
Bentuk tertutup (closed device), misalnya Ota Ring, Antigon, Grafenberg
Ring, Hall-Stone Ring, dan lain-lain. Pada bentuk tertutup, bila terjadi
dislokasi kedalam rongga perut maka harus dikembangkan, karena dapat
menyebabkan masuknya usus kedalam lubang atau cincin, dan kemudian terjadilah
ileus.
Menurut tambahan obat atau
metal:
-
Medicated IUD, misalnya Cu-T-200, 220, 300, 380A; Cu-7, Nova-T, ML-Cu 250, 375;
Progrestarest, dan lain-lain.
-
Unmedicated IUD, misalnya Lippes Loop, Margulies, Saf-T Coil, Antigon, dan lain-lain.
III. INDIKASI
Pemasukkan IUD untuk tujuan
kontrasepsi dapat dilakukan dengan cara:
-
Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih.
-
Ingin menjarangkan kehamilan (spacing).
-
Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi, namun takut atau menolak cara
permanent (kontrasepsi mantap). Biasanya dipasang IUD yang efektif lama (Lippes
Lood, Nova-T untuk 5 tahun dan sebagainya).
IV. KONTRA INDIKASI
-
Kehamilan
-
Peradangan panggul
-
Peradangan uterus abnormal
-
Karsinoma organ-organ panggul
-
Malformasi rahim
-
Mioma uteri terutama jenis submukosa
-
Dismenorea berat
-
Stenosis kanalis servikalis
-
Anemi berat dan gangguan pembekuan darah
-
Penyakit jantung rematik.
- V.
CARA KERJA
Hingga dewasa ini masih belum
jelas mekanisme kerja IUD. Telah banyak teori-teori yang dikemukakan oleh
berbagai penelitian, namun mekanisme yang pasti belum ditemukan. Pada domba,
IUD mencegah pembuahan dengan jalan menstimulir fagositosis dan/atau sitolisis
yang menghancurkan sel dalam uterus sebelum pembuahan, serta menghalangi
mobilitas sel mani dalam tuba.
Mekanisme kerja IUD:
Berbagai teori dan hipotesis
tentang mekanisme kerja IUD adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan peristaltic usus
dan tuba sehingga mendorong sel telur yang belum/sudah dibuahi selit untuk
berimplantasi.
- Menghasilkan enzim luteolisis
yang mempengaruhi fungsi korpus luteum.
- Menghasilkan sel-sel radang
yang berefek toksis terhadap embrio yang akan berimplantasi.
- Terbentuk sel sebagai reaksi
terhadap adanya benda asing dan sel ini dapat menstimulasi
fagositosis terhadap spermatozoa.
- Bersifat abortifan mekanik
karena endomertium yang mengalami trauma akan menolak implantasi embrio
muda.
Bila disimpulkan, maka
mekanisme kerja IUD mungkin sebagai akibat tergantungnya sel mani dan/atau ovum
oleh karena gangguan implantasi blastokista.
VI. EFEK SAMPING
Efek samping IUD cukup tinggi
untuk mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang lama. Angka kehamilan IUD
berkisar antara 1,5-3 per 100 wanita pada tahun pertama dan angka ini akan
semakin rendah untuk tahun-tahun berikutnya.
Factor-faktor yang dapat
mempengaruhi angka kehamilan IUD adalah jenis IUD; ukuran, besar dan luasnya
permukaan IUD; umur aseptor; lamanya pemakaian; dan ukuran teraturnya menjalani
jadwal kontrol untuk periksa ulangan.
Sebagian dari kehamilan terjadi
dalam 6 bulan pertama setelah insersi, sehingga untuk memperkecil kemungkinan
hamil dapat dianjurkan untuk mempergunakan cara atau alat lain selama 6 bulan
pertama setelah pemasangan, misalnya kondom atau pantang berkala. Bila selama
ini memakai pil, dianjurkan untuk terus memanaknya selama 6 bulan setelah
insersi IUD.
- VII.
WAKTU PEMASANGAN IUD
v Sedang Haid
Pada waktu ini pemasangan akan
mudah karena kanalis servikalis agak melebar dan kemungkinan tidak begitu
banyak, inipun dianggap oleh wanita sebagai darah haid.
v Pasca Persalinan
Pemasangan dini (Immediate
Insertion), yaitu pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari rumah sakit.
Pemasangan langsung (Direct Insertion), yaitu pemasangan 3 bulan setelah
ibu dipulangkan. Pemasangan tidak langsung (Indirect Insertion), yaitu
pemasangan setelah lebih dari 3 bulan pasca persalinan atau keguguran.
v Pasca Keguguran
Langsung setelah keguguran,
atau dipasang sewaktu ibu pulang dari rumah sakit.
v Masa Interval
Yaitu antara 2 haid. Bila
dipasang setelah masa ovulasi, harus disiapkan wanita tidak hamil atau mereka
telah memakai cara-cara lain untuk mencegah konsepsi (kondom, sistem kalender,
dan sebagainya).
v Sewaktu Seksio
Sesarea
Sebelum luka rahim ditutup
terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah beku dari vacuum uteri, kemudian IUD
dipasang pada bagian fundus.
v Afteri Morning
Pada kasus-kasus dimana
dilakukan tonius dilakukan koitus, maka IUD dipasang dalam waktu 72 jam
kemudian, sebelum terjadi implantasi blastokista.
- VIII.
TEKNIK PEMASANGAN AKDR
Memperhatikan penyulit AKDR,
maka pemasangan perlu mendapat perhatian:
- Persiapan pemasangan AKDR
- Penderita
tidur terlentang di meja ginekologi
- Vulva
dibersihkan dengankapas lisol, betadin, hibiscrub atau lainnya.
- Dilakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan besar dan dalam rahim.
- Duk steril
dipasang dibawah bokong.
- Speculum
cocor bebek dipasang, sehingga serviks tampak.
- Serviks-portio
dibersihkan dengan kapas betadin atau lisol atau lainnya.
- Dilakukan
sodage untuk menentukan dalam-panjang rahim dan arah posisi rahim.
- Persiadan
dan Pemasangan AKDR
Dikemukakan beberapa jenis
pemasangan AKDR sebagai berikut:
- Jenis Lippes Loop
-
Lippes Loop dimasukkan kedalam introdusor dari pangkal, sampai mendekati ujung
proksimal.
-
Tali AKDR dapat dipotong dahulu, sesuai keinginan atau dipotong kemudian
setelah pemasangan.
-
Introdusor dimasukkan kedalam rahim, sesuai dengan dalamnya rahim.
-
Pendorong AKDR dimasukkan kedalam introdusor untuk mendorong sehingga Lippes
Loop terpasang.
-
Setelah pemasangan, maka introdusor dan pendorongnya ditarik bersama.
-
Tali AKDR dapat dipotong sependek mungkin untuk menghindari sentuhan penis dan
menghindari infeksi.
Komplikasi pemasangan Lippes
Loop adalah:
- Perforasi yang dapat terjadi
pada saat pemasangan atau terjadi kemungkinan dalam bentuk translokasi.
- Gejala pervorasi IUCD
adalah penderita merasa nyeri sampai terjadi syok.
Cara menghadapi perforasi IUCD
saat pemasangan:
- IUCD ditarik kembali
- Observasi: keadaan umum,
tekanan darah, nadi, dan suhu; evaluasi perdarahan dalam kavum abdomen.
- Pengobatan pervorasi IUCD.
-
Anjurkan masuk rumah sakit
-
Berikan antibiotic
-
Observasi keadaan umum dan perdarahan dalam abdomen
-
Bila keadaan umum menurun dilakukan tindakan opersi
- Sikap bidan menghadapi
pervorasi IUCD saat pemasangan.
-
Konsultasi pada dokter puskesmas, atau dokter ahli.
-
Penderita segera dirujuk ke rumah sakit.
- Jenis Cupper T atau Seven
Cupper
AKDR Seven Cupper atau Cuper T
telah tersedia dalam keadaan steril, dan baru dibuka menjelang pemasangan.
- Bingkus
Seven Cupper atau Cuper T dibuka.
- AKDR-nya
dimasukkan kedalam introdusor melalui ujungnya sampai batas tertentu dengan
memakai sarung tangan steril.
- Introdusor
dengan AKDR terpasang dimasukkan dedalam rahim sampai menyentuh fundus uteri
dan ditarik sedikit.
- Pendorong
selanjutnya mendorong AKDR sehingga terpasang.
- Introdusor
dan pendorongnya ditarik.
- Jenis Multiload atau Medusa
AKDR jenis Medusa atau
Multiload telah siap untuk dipasang langsung:
- Pembungkus
AKDR dibuka menjelang pemasangan.
- Teknik
pemasangan langsung dengan mendorong sampai mencapai fundus uteri, tanpa
berhenti.
- Setelah
mencapai fundus uteri, introdusornya ditarik.
- Tali AKDR
dipotong sependek mungkin.
- Sterilisasi
pemasangan Medusa atau Multiload lebih terjamin, komplikasi pervorasi terjadi
saat pemasangan AKDR
- Pemeriksaan ulang AKDR
Setelah pemasangan AKDR perlu
dilakukan kontrol medis dengan jadwal:
- Setelah pemasangan kalau
dipandang perlu diberikan antibiotika profilaksis.
- Jadwal pemeriksaan ulang:
-
Dua minggu setelah pemasangan
-
Satu bulan setelah pemeriksaan pertama
-
Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua
-
Setiap satu bulan sampai satu tahun
Untuk AKDR tanpa bahan aktif
Cupper; pemakaiannya dapat berlangsung sampai menjelang menopause. Sedangkan
AKDR dengan bahan aktif Cupper pemakaiannya tiga sampai empat tahun selanjutnya
diganti.
- Waktu AKDR di buka
Alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) dapat dibuka sebelum waktunya bila dijumpai:
-
Ingin hamil kembali
-
Leukorea, sulit diobati dan peserta menjadi kurus
-
Terjadi infeksi
-
Terjadi perdarahan
-
Terjadi kehamilan mengandung bahan aktif dengan AKDR
Alat kontrasepsi dalam rahim
tidak dapat dipasang pada keadaan:
- Terdapat infeksi genetalia;
-
Menimbulkan eksaserbasi (kambuh) infeksi.
-
Keadaan patologis lokal: Frungkle, stenosis vagina; inveksi vagina
- Dugaan keganasan serviks
- Perdarahan dengan sebab yang
tidak jelas
- Pada kehamilan: Terjadi
abortus, nudah perforasi, perdarahan, infeksi.
IX. EFEK SAMPING DAN
KOMPLIKASI
v Nyeri dan Mulas
Kejang, nyeri dan mulas-mulas
serta pegal di pinggang-pinggang biasanya terjadi sehabis insersi IUD, yang
pada umumnya akan hilang dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu.
Pengobatannya adalah analgetika dan spasmolitika.
v Perdarahan
Dapat terjadi perdarahan
pasca-insersi, bercak diluar haid (spoting), atau perdarahan meno atau
metroragi. Perdarahan ditangani dengan memberikan obat-obatan seperti;
Ermetrin, Metergin, Daflon, Kalsium, Vitamin K dan C, Abodan AC-17 dan
sebagainya. Jika perlu diberikan antibiotic. Jika dengan cara-cara perdarahan
tidak berhenti atau tetap banyak, dianjurkan untuk mencabut IUD.
v Keputihan (Fluor
Albus, Lekorea)
Keputihan yang berlebihan
mungkin terjadi disebabkan oleh reaksi organ genitalia terhadap benda asing
yang biasanya terjadi pada beberapa bulan pertama setelah insersi. Sebelum
dilakukan pengobatan, carilah penyebabnya terlebih dahulu. Dapat diberikan
tablet oral atau tablet vaginal.
v Dismenorea (Nyeri
selama haid)
Tidak seluruhnya wanita
yang memakai IUD akan menderita nyeri haid, biasanya terjadi memang pada
wanita-wanita yang sebelumnya memang sering mengeluh nyeri sewaktu haid.
Pengobatannya dengan memberi analgetika dan spasmolitika.
v Disparenia (Nyeri
sewaktu Koitus)
Wanita jarang
merasakannya, sering pihak suami mengeluh sakit karena benang yang panjang atau
cara pemotongannya seperti bambu runcing. Penanganannya dengan memendekkan
benang dan buatlah agar ujungnya tumpul.
v Ekspusi (IUD keluar
dengan sendirinya)
Sering dijumpai pada masa 3
bulan pertama setelah insersi, setelah satu tahun angka ekspulsi akan
berkurang. Biasanya terjadi sewaktu haid.
Faktor-faktoryang berperan pada
terjadinya ekspulsi adalah:
- Faktor IUD
-
Jenis IUD: Ekspulsi lebih jarang terjadi pada jenis IUD tertutup.
-
Ukuran IUD: Makin besar ukurannya makin kecil kemungkinan terjadinya ekspulsi.
- Waktu pemasangan
-
– Angka ekspulsi lebih tinggi pada pemasangan dini dan pada pemasangan langsung
dalam waktu bulan pertama pasca persalinan.
- Faktor Akseptor
-
Umur dan paritas akseptor; makin tinggi usia dan pasitas makin rendah kejadian
ekspulsi.
-
Adanya kelainan pada alat genitalia; misalnya inkompetensi serviks, kelainan uterus,
dan sebagainya. Ekspulsi lebih sering terjadi pada kanalis serviks yang
terbuka.
v Infeksi
Radang panggul (Pelvic
Inflamatory Disease = PID) dijumpai pada sekitar 2% akseptor pada tahun
pertama pemakaian, namun infeksi ini bersifat ringan. Yang perlu diingat adalah
waktu memasang IUD hendaknya bekerja secara lege artis dan suci
hama.
v Translokasi-Dislokasi
Translokasi IUD masuk kedalam
rongga perut, sebagian atau seluruhnya, umumnya karena adanya perforasi uterus.
Hal ini paling sering terjadi pada waktu insersi IUD yang kurang hati-hati atau
karena adanya lokus minoris pada dinding rahim atau pada waktu usaha
pengeluarannya sulit.
Perforasi dengan translokasi
IUD sebagian besat tidak menimbulkan gejala; sebagian besar baru diketahui
setelah beberapa kali pemeriksaan ulang, dimana benang tadi melihat. Perforasi
lebih sering terjadi pada IUD jenis tertutup; pada pemasangan pasca persalinan
dan masa laktasi, serta pada kelainan letak uterus tidak diketahui.
Sikap sebagian besar ahli IUD
mengenai translokasi ini adalah sebagai berikut:
-
Karena IUD tertutup (Closed IUD) yang sudah berulang dapat menimbulkan
obstruksi usus (Ileus), maka sebaiknya segera dikeluarkan dengan jalan
laparoskopi, kuldoskopi atau minilaparotomi.
-
IUD yang mengandung ion-ion tembaga (Copper), karena dapat menimbulkan
perlekatan-perlekatan organ dalam perut, maka sebaiknya segera dikeluarkan
seperti di atas.
-
Sedangkan pada IUD jenis dan bentuk terbuka (Open IUD), jika tidak ada gejala
dan akseptor dapat diberi pengertian, pengeluaran IUD tidak perlu dilakukan
terburu-buru. Kecuali bila oleh karena ini akseptor menjadi tidak tenang, dan
meminta dikeluarkan, maka kita wajib mengeluarkannya.
v Kehamilan Dengan IUD
Insitus
Kehamilan dengan IUD insitu di
jumpai pada 1 sampai 3 kasus per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian. 2
dari 3 kehamilan terjadi dengan IUD insitu dan selebihnya terjadi karena
ekspulsi yang tidak diketahui. Risiko terjadinya keguguran pada kehamilan
dengan IUD insitu lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan tanpa IUD. Risiko
terjadinya abortus psontan adalah sama jika IUD-nya dicabut atau dibiarkan
dalam uterus.
Sikap kita jika menghadapti
kehamilan dengan IUD insitu:
-
Bila benang masih dapat terlihat, maka dianjurkan untuk mencabut IUD. Biasanya
benang masih dapat terlihat pada lehamilan kurang dari 12 minggu.
-
Bila benang tidak terlihat, biarkan IUD insitu.
-
Beberapa sarjana menganjurkan pencabutan IUD bila IUD dilapisi tembaga atau
logam lainnya, karena mempunyai efek teratogenik pada janin dan dikhawatirkan
akan terjadi abortus septic.
-
Bila menggunakan IUD tanpa tambahan logam dan bila IUD tidak dapat dikeluarkan
karena benang tidak terlihat, maka kehamilan dapat diteruskan. Tidak pernah
dilaporkan terjadi malformasi janin akibat IUD insitu sampai kehamilan cukup
bulan. IUD yang tetap berada di luar kantung amnion, akan keluar bersama
selaput ketuban atau plasenta sewaktu melahirkan.
- X.
KEUNTUNGAN DAN KERUGUAN AKDR
Alat kontrasepsi dalam
dahim dapat diterima masyarakat dunia, termasukIndonesiadan menempati urutan
ketiga dalam pemakaian. Keuntungan AKDR sebagai beriktu:
- Dapat diterima masyarakat
dengan baik
- Pamasangan tidak memerlukan
medis teknis yang sulit
- Kontrol medis yang ringan
- Penyulit tidak terlalu berat.
- Pulihnya kesuburan setelah
AKDR dicabut berlangsung baik
Alat AKDR bukanlah alat
kontrasepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat beberapa kerugian sebagai
berikut:
- Masih terjadi kehamilan dengan
AKDR insitu
- Terdapat perdarahan: Spotting
dan Menometroragia.
- Leokorea, sehingga menguras
protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah.
- Dapat terjadi infeksi.
- Tingkat akhir infeksi
menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan ektopik.
- Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan
portio uteri dan mengganggu hubungan seksual.
Sekalipun masih dijumpai
penyulit AKDR kelangsungan pemakaian cukup tinggi, sehingga tetap menjadi
andalan gerakan Keluarga Berencana Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Serba Serbi
Kontrasepsi. http://www.dktindonesia.org/andalaniud.php02:0824-05-2006
Bagian Obstruksi dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran bandung. 1980. Teknik Keluarga
Berancana.Bandung: Eistar offset.
Bagus, Ida Gede Manuaba. 1998.
Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.Jakarta: EGC.
Chamberlain, Geoffery, dkk.
1994. Obstetri dan Ginekologi Praktis.Jakarta: Widya Medika.
Entjang, Indian. 1981. Pendidikan
Kependudukan dan Keluarga Berencana.Bandung: Alumni.
Friedman, Emanuel A, dkk. 1998.
Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetri Edisi Kedua.Jakarta:
Binarupa Aksara.
Hakim, Lukman. 1977. Pil
Anti Hamil dan Pengaruh Sampingan.Yogyakarta: Konisius.
Hamitan, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar
Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC.
JapanInternasional Cooperation
Agung. 1981. Aspek-Aspek Kesehatan KB.Jakarta. PusdiklatDepkesRIJapan
International Cooperation Agung (JICA).
Jar. 2006. Tak Lelah
Mengkapmanyekan Kontrasepsi Mantap.
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=241580&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=20702:1924-05-2006
Krisnadi, Sofie Rifayani.
2002.h Alat Kontrasepsi Dalam Rahin
(AKDR) Intra Uterine0Device0(IUD).Bandung.ttp://www.ibuhamil.com/new_design/lihat_artikel.php?id=1&asal=2&limit=20
01:41 25-05-2006
Mochtar, Pustam. 1995. Sinopsis
Obstetri.Jakarta: EGC.
Syahrum, Mohammad Hatta, dkk.
1994. Reproduksi dan Embriologi: Dari Satu Sel Menjadi Organisme.Jakarta:
FKUI.
ASUHAN KEPERAWATAN
- I.
PENGKAJIAN
-
Kaji identitas pasien.
-
Kaji riwayat ibu tentang alat kontrasepsi yang digunakan sebelumnya.
-
Kaji pengetahuan ibu tentang kontrasepsi dan komitmen pasangannya terhadap IUD
yang dipilih.
-
Kaji data frekuensi koitus.
-
Kaji apakah ibu memiliki satu atau lebih pasangan seksual serta metode
kontrasepsi yang digunakan.
-
Kaji pola keyakinan dan budaya klien.
-
Kaji dan catat dengan teliti tentang respon verbal dan non verbal ketika ibu
mendengar berbagai metode kontrasepsi.
-
Kaji pertimbangan rencana kehidupan reproduksi klien.
-
Kaji adanya kontraindkiasi dari pemasangan IUD.
-
Kaji pasien dan panjang rahim dalam pemeriksaan pinggul.
- II.
DIAGNOSA
- Resiko
tinggi infeksi b.d penggunaan metode kontrasepsi IUD.
- Resiko
tinggi pola perubahan seksual b.d takut hamil.
- Rasa takut
b.d efek dari penggunaan kontrasepsi
- Disstres
spiritual b.d ketidaksesuaian keyakinan atau budaya dalam pemilihan
kontrasepsi.
III. INTERVENSI
Dx I
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan dapat mengurangi atau mencegah infeksi dengan kriteria
hasil:
- Tidak
terdapat tanda-tanda infeksi.
Tindakan Keperawatan:
- Ajarkan klien memeriksa benang
IUD setiap kali haid dan pada waktu evaluasi serta sebelum koitus.
Rasional: Mendeteksi kemungkinan IUD
keluar dari rahim tanpa diketahui.
- Kaji adanya kehamilan saat IUD
dalam rahim.
Rasional: Mengurangi resiko abortus
yang terjadi akibat IUD masih dalam rahim.
- Kaji adannya alergi terhadap
tembaga.
Rasional: Adanya alergi tembaga
menyebabkan adanya ruam.
- Beri tahu tentang tanda-tanda
komplikasi potensial.
Rasional: Mendeteksi dini adanya
komplikasi.
Dx II
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan rasa takut ibu/klien akan efek samping dari pemasangan
kontrasepsi hingga/menurun kriteria hasil:
- Klien lebih
siap untuk dilakukan pemasangan IUD.
Tindakan Keperawatan:
- Diskusikan bersama klien
tentang efek samping dari kontrasepsi.
Rasional: Membantu mengurangi rasa
takut akan efek samping kontrasepsi.
Dx III
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan rasa takut ibu/klien saat melakukan hubungan seksual
hilang/berkurang dengan kriteria hasil:
- Ibu
mengatakan tidak takut lagi untuk melakukan hubungan seksual.
Tindakan Keperawatan:
- Jelaskan serta diskusikan
bersama klien tentang keuntungan dan kerugian dari penggunaan kontrasepsi
IUD.
Rasional: Membantu mengurangi rasa
takut klien.
- Diskusikan tentang cara yang
aman melakukan hubungan seksual.
Rasional: Menambah pengetahuan klien
tentang cara hubungan seksual yang baik.
Dx IV
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan klien lebih yakin dengan penggunaan kontrasepsi yang
dipilih dengan kriteria hasil:
- Klien
menyatakan tentang kepahamannya tentang kontrasepsi yang dipilih.
Tindakan Keperawatan:
1.Diskusikan bersama kilen
tentang mitos/keyakinan/agama/budaya yang dimiliki klien berkaitan dengan
pemasangan IUD.
Rasional: Membantu meyakinkan klien
dengan kontrasepsi yang dipilih.
IV. EVALUASI
- Rasa takut ibu akan efek
samping dan kontrasepsi yang digunakan hilang.
- Tidak terjadinya
infeksi/infeksi menurun.
- Ibu tidak takut lagi melakukan
hubungan seksual.
- Ibu yakin dengan kontrasepsi
yang telah dipilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar