BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah bayi lahir yang disebabkan oleh hipoksia janin
rahim yang berhubungan dengan faktor-faktor timbul dalam kehamilan, persalinan
atau segera setelah bayi lahir, keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas
dan morbilitas bagi bayi baru lahir.
Insiden asfiksia perinatal di negara maju berkisar
antara 1,0 – 1,5% tergantung dari masa gestasi dan berat lahir. Insiden
asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5% sedang bayi prematur 0,6%. Di
Indonesia prevelen asfiksia berkisar
0,3% kelahiran (1998), atau setiap tahunnya sekitar 144.900 bayi dilahirkan
dengan asfiksia berat (Abd. Sukadi dkk).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bayi
asfiksia berat memiliki dampak yang buruk dan total dalam pertumbuhan dan
perkembangan bayi cerebral palsi, retardasi mental IQ rendah dan lain-lain.
Walaupun angka prevelensinya rendah sekitar 1,4% dari jumlah kelahiran normal
tetapi merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas bagi bayi baru lahir.
Sehingga perlu penanganan secara tepat bila asuhan kebidanan pada By. Ny. “W”
dengan asfiksia berat di Bapelkes RSD Jombang.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan umum
|
1.2.2
Tujuan khusus
Dalam melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. “W“ umur I hari dengan
asfiksia berat diruang Anggrek Balelkes RSD Jombang.
Penulis diharapkan dapat :
1.2.2.1 Melakuakan pengkajian
data.
1.2.2.2.
Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan.
1.2.2.3.
Mengantisipasi masalah potensial.
1.2.2.4.
Mengidentifikasi kebutuhan segera.
1.2.2.5.
Merencanakan suatu tindakan yang komperhensif
1.2.2.6.
Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana.
1.2.2.7.
Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan.
1.3
Cara Penyusunan Asuhan Kebidanan
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain :
1.3.1
Wawancara
Langkah pertama untuk menyusun data dasar
adalah dengan wawancara klien. Wawancara adalah pola komunikasi yang dilakukan
untuk tujuan spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik. (Potter,
2005)
1.3.2
Pemeriksaan fisik
Adalah pengumpulan data dengan pemeriksaan
fisik secara inspeksi, palpasi dan auskultasi untuk memeriksa klien secara
menyeluruh. (Potter, 2005)
1.3.3
Data diagnostik dan laboratorium
Sumberdata pengkajian yang terakhir adalah
hasil dari pemeriksaan diagnostik & laboratorium, hasil pemeriksaan ini
untuk memastikan perubahan yang teridentikasi dalam riwayat kesehatan &
pemeriksaan fisik. (Potter, 2005)
1.3.4
Tinjauan literatur
Menelaah literatur medis dan farmakologis tentang
penyakit mambantu melengkapi data dasar, tiujauan ini meningkatkan pengetahuan
mengenai gejala, pengebotan dan prognosis dari penyakit spesifik dan menetapkan
standar praktik terpeusik. (Potter, 2005)
1.3.5
Dokumentasi
Dokumentasi
data adalah bagian terakhir dari pengkajian yg lengkap. Kelengkapan dan
keakuratan diperlukan ketika mencatatkan data. Semua data yang berkaitan dengan
setatus klien dimasukkan bahkan informasi yang tampak tidak menunjukan
abnormalitas sekalipun harus dicatat. (Potter, 2005)
1.4
Tempat dan waktu
Dalam membuat asuhan kebidanan ini dibuat pada saat praktek pada
tanggal 2 Oktober sampai dengan 14 Oktober 2006 Diruang Anggrek Bapelkes RSD
Jombang.
1.5
Manfaat penyusunan Asuhan kebidanan
1.5.1.
Bagi penulis
Membantu meningkatkan wawasan dalam menerapan ilmu yang telah di berikan
dalam perkuliahan & mengimplementasikannya dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarakat.
1.5.2.
Bagi infeksi
Memberikan tambahan sumber kepustakaan & pengetahuan serta bahan asuhan
dalam penyusunan asuhan kebidanan pada masa akan datang
1.5.3.
Bagi lahan praktek
Menambah dan meningkatkan pelayanan dengan cara meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan yang lebih modern dalam melaksanakan asuhan kebidanan terhadap
klien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
PENGERTIAN
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana
keadaan bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, Rustam. 1998).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak
dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan
makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan selanjutnya. (Manuaba. 1998)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi
tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. (Prawiraharjo, Sarwono, 2002)
2.2.
ETIOLOGI
Hipoksia
janin yg menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas
serta transpor O2 dari ibu kejanin sehinga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dalam menghilangkan CO2 gangguan ini dapat berlangsung secara menahun
akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara mendadak
karena hal- hal yg di derita ibu dalam persalinan. (Prawiraharjo, Sarwono.
2002)
2.3.
ASFIKSIA DALAM KEHAMILAN
|
Asfiksia
graviditas tidak begitu penting seperti asfiksia yang terjadi sewaktu
persalinan, karena tidak dapat dilakukan tindakan untuk menolong janin.
(Mochtar, Rustam. 1998)
2.4.
ASFIKSIA DALAM PERSALINAN
Disebabkan oleh:
2.4.1.
Kekurangan oksigen, misalnya pada
o
Partus lama (CPD, serviks kaku &
atonia/inseria uteri)
o
Rupture uteri yang memakai kontraksi uterus.yang
terus menerus mengganggu sirkulasi darah ke placenta
o
Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada
placenta
o
Prolapsus : tali pusat akan tertekan antara
kepala & panggul.
o
Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak
tepat pada waktunya.
o
Perdarahan banyak, misalnya placenta previa dan
solusio plasenta.
o
Kalau plasenta sudah tua dapat terjadi
postmaturitas (serotinus), disfungsi uri.
2.4.2.
Paralisis pusat pernafasan, akibat trauma dari luar
seperti karena tindakan forseps, atau trauma dari dalam seperti akibat obat
bius. (Mochtar, Rustam. 1998)
2.5.
PATOGENESIS
2.5.1.
Bila janin
kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah rangsangan
terhadap N. vagus sehinga bunyi jantung janin menjadi lamban. Bila kekurangan O2
ini terus berlangsung, N vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari N. simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan
menghilang. Secara klinis tanda – tanda asfiksia adalah denyut jantung janin
yang lebih cepat dari 160 x/menit atau kurang dari 100 x/menit halus dan
irreguler, serta adanya pengeluaran mekoneum.
2.5.2.
Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar
sebagai tanda janin dalam asfiksia.
Jika DJJ normal dan ada mekonium; janin mulai
asfiksia
Jika DJJ lebih dari 160 kali per menit dan ada
mekonium janin sedang asfiksia.
Jika DJJ kurang dari 100 kali per menit dan
ada mekonium; janin dalam keadan gawat.
2.5.3.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin, dan
bila kita periksa kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam
paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis, bila janin lahir alveoli tidak
berkembang.
2.6.
DIAGNOSIS
in utero
~
DJJ irregular dan frekuensinya lebih dari 160
atau kurang dari 100 kali permenit
~
Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak
kepala)
~
Analisa air ketuban / amnioskopi
~
Kardiotokografi
~
Ultrasonografi
Setelah
bayi lahir
~
Bayi tampak pucat dan kebiru – biruan serta
tidak bernafas
~
Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka
ada gejala neurologik seperti kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/
tidak menagis.
2.7.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada kekurangan O2
dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan
asfiksia dan pulih kembali harus diperkirakan kemungkinannya menderita cacat
mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa yang akan mendatang.
2.8.
KLASIFIKASI KLINIK NILAI APGAR
2.8.1
Asfiksia berat ( nilai APGAR 0 – 3 )
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen
terkendali karena selalu di sertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus
bikarbonas 7,5 % dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan; dan cairan glukosa 40
% 1-2 ml per kg berat badan diberikan via vena umbilicus.
2.8.2
Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4 - 6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas
normal kembali.
2.8.3
Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7 – 9)
2.8.4
Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Penilaian Apgar Score
SCORE
|
0
|
1
|
2
|
A :
Apperaence
Warna kulit
|
Biru –pucat
|
Tubuh merah
ekstremitas biru
|
Seluruh tubuh
merah
|
P : Pulse
(denyut jantung)
|
Tidak ada
|
< 100 x/menit
|
> 100 x/menit
|
G :
Grimance
(Refleks)
|
Tidak ada
|
Menyeringai
|
Menangis
|
A :
Activiy
(tonus otot)
|
Tidak ada
|
ekstremitas flexi
|
Gerakan aktif
|
R :
Respiration
(Pernafasan)
|
Tidak ada
|
Lambat
tidak terurus
|
Menagis kuat
|
2.9.
PENATALAKSANAAN
Sejak muka bayi terlihat, bersihkan muka, hidung dan mulut kemudian isap
lendir perlahan mulai mulut kemudian
hidung.
Ø
AS : 7-10 : - Hisap
lendir dimulut, hidung.
- Bersihkan
badan (boleh dimandikan), dikeringkan jangan hipotermi.
- Kontak dini
(30 menit setelah lahir).
- Observasi
tanda vital sampai + 2 jam.
Ø
AS : 4-6 : - Hisap
lendir dimulut, hidung.
- Bersihkan
badan (tidak dimandikan), dikeringkan, jangan hipotermi.
- Beri
rangsangan taktil (tepuk telapak kaki) Max. 15-30 detik, bila belum berhasil :
O2.
- Detak jantung
< 100 x/menit : lakukan bagian masuk
dan pijat jantung.
Ø
AS : 0-3 : - Penatalaksanaan
asfiksia berat (sesuai bagian)
Langkah
resusitas BBL
2.10. ASUHAN
KEBIDANAN PADA By. Ny. “N” DENGAN
ASFIKSIA BERAT
2.10.1.
Pengkajian
Pengkajian adah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai
informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien pengkajian dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu anamnesis, observasi, pemeriksan fisik, pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan di laboratium, dan dengan cara lain. Data yang
diperlukan berbeda untuk setiap jenis penyakit yang diderita klien.
Pada pengkajian bayi diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada
keluarga dan tim kesehatan yang merawat klien dan disampaikan oleh keluarga/tim
kesehatan.
A.
Data Subyektif
Adapun data dari bayi asfiksia berat antara lain.
1)
Identifikasi bayi, yang perlu dikaji dengan menggunakan
nama ibu yang bertujuan agar dapat mengenal bayi sehingga tidak keliru dengan
bayi yang lain, jenis kelamin agar tidak terjadi kesalahan.
2)
Identitas penanggung jawab, meliput : nama, umur,
agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan & alamat.
3)
Keluhan utama
Bayi tampak pucat dan kebiru – biruan serta tidak bernafas & menangis
kurang baik/tidak menagis.
4)
Riwayat penyakit sekarang
Bayi lahir secara apa, bayi lahir tidak dapat bernafas secara spontan AS
: 1 - 3
5)
Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa yang pernah diderita keluarga dan hubungan ada/tidak dengan
keadaan bayi sekarang
6)
Riwayat neonatal
a.
Prenatal
· Berapa umur kelamin ?
· Apakah ibu menderita
penyakit kronis selama hamil, termasuk salah satu dibawah ini :
o
Hepatitis B, TBC, DM atau sifilis
(gejala/seropositif) ?
o
Apaka ada komplikasi selama hamil? Jika ya, sudahkah
mendapat terapi ?
b.
Natal
· Apakah ada infeksi uterus atau demam yang dicurigai sebagai
infeksi berat saat persalinan sampai 3 hari sesudahnya ?
· Adakah ketuban pecah dini (KPD) lebih dari 18 jam?
· Apakah ada kesulitan/komplikasi pada persalinan termasuk hal dibwah
ini ?
ð
Gawat janin
ð
Partus lama
ð
Bedah besar
ð
Malposisi atau malpresentasi (misal letak
sungsang)
ð
Komplikasi lain.
c.
Post natal
Tanyakan pada ibu atau tenaga kesehatan atau orang yang membawa bayi
mengenai :
·
Bagaimana keadaan bayi sesaat setelah lahir
~
Apakah
bayi bernafas pada menit pertama
~
Apakah bayi memerlukan resustasi ? Jika ya,
selama berapa menit
~
Apakah gerak dan tangis bayi normal ? (Depkes RI,
2005)
7)
Riwayat Psikolososial Budaya
Kehadiran bayi diharapkan keluarga atau tidak, keluarga sangat mengkhawatirkan
bayi atau tidak sewaktu bayi dalam keadaan sakit.
8)
Pola Kebiasaan
a.
Pola nutrisi
Refleks menelan dan menghisap yang lemah. Pemberian makanan melalui mulut
dimulai ketika bayi sudah dalam keadaan stabil dan pernafasan terkendali dengan
baik.
b.
Pola elminasi
Berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, pengeluaran mekonium, biasanya
terjadi dalam waktu 12 jam.
c.
Pola Aktivitas
Refleks dan gerak pada tes neuorologis tampak tidak resisten, gerak
refleks hanya berkembang sebagian, menelan, mrnghisap dan batuk sangat lemah/
tidak efektif, tidak ada menurunnya tanda neuorologis, mata mungkin tertutup/
mengatup. (Surasmi, 2003)
B.
Data Obyektif
Adalah data yang diperoleh melalui
pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
a.
Keadaan Umum
Kesadaan bayi asfiksia berat, lemah, jelek.
b.
Pemeriksaan Fisik
1)
Inspeksi
Kepala : Batas dahi dan rambut
kepala tidak jelas, kepala relatif lebih besar dibanding badan, rambut tipis.
Muka : Apakah bayi tampak
pucat atau tidak, kulit muka bayi tampak oedem atau tidak, keriput ada/tidak
Mata : Simetris atau
tidak mata mungkin tertutup/ mengatup sklera tampak putih/ tidak ikterus
ada/tidak
Hidung : Simetris atau tidak,
apakah ada kelainan bentuk, terdapat polip atau tidak, apakah terdapat
pernafasan cuping hidung, ada sekret atau tidak.
Mulut : Simetris atau tidak,
cyanosis atau tidak, terdapat kelainan bentuk bibir atau tidak, mukosa bibir
lembab atau kering.
Telinga : Simetris atau tidak,
tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, dan telinga lunak,
mudah dilipat
Leher : Ada pembesaran
kelenjar tyroid atau tidak, ada pembesaran vena jugularis atau tidak
Dada : Jaringan kelenjar
mammae masih kurang, puting susu berbatas jelas, areola licin serta datar
simetris / tidak terdapat tarikan intracoste/ tidak
Abdomen : Terdapat pembesaran hepar,
limfe atau tidak, tali pusat berdarah atau tidak, berbau atau tidak
Genetalia : Jenis kelamin laki-laki/perempuan,
penis berlubang atau tidak
Anus : Apakah terdapat
artesia ani/tidak.
Ekstrimitas : Kedua tangan dan kaki
simetris atau tidak, oedem atau tidak, terdapat gangguan pergarakan atau tidak
cyanosis central/periver.
2)
Palpasi
Kepala : Caput succedaneum
ada/ tidak, cephal hematom ada/ tidak
Ketiak : Terdapat pembesaran
kelenjar lymfe/tidak
Abdomen : Tali pusat bersih/tidak
masih terdapat sisa darah
Genetalia : Testis belum turun
kedalam skrotrum
Anus : Apakah terdapat
atresta ani/ tidak
Ekstrimitas : Oedem/ tidak
3)
Auskultasi
Dada : Apakah ada
ronchi/wheezing, denyut jantung ada/tidak dan berapa frekuensi tiap menit.
Abdomen : Ada bunyi bising
usus/tidak, berapa frekuensi tiap menit.
c.
Pemeriksaan neurologi
~
Refleks suckling lemah
~
Refleks morro lemah
~
Refleks babynski lemah
~
Refleks tonick neck lemah
d.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium artinya untuk diagnosa yang tepat sehinga dapat
memberikan terapai yang tepat penentu faktor komplikasi perlu dilakukan dengan
tes spesifik, seperti darah.
~
Glukosa darah laboratorium (untuk
mengetahui hipoglikemia)
~
Kalsium
serum ( untuk mengetahui hipokalsemia)
~
Analisis gas darah untuk menentukan pH serum
(asidosis)
~
PaO2 (tes untuk hipoksia)
e.
Terapi yang di dapat
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut adalah :
~
Anti biotika untuk mencegah infeksi skunder
~
Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan
ginjal dan menurunkan cairan paru
~
Fenobarbital
~
Vitamin F untuk menurunkan produksi radikal
bebas oksigen
~
Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk
mengobati apnea
2.10.2.
Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Pengelompokan data yang telah dikumpulkan selanjutnya di identifikasi
sehingga muncul masalah/diagnosa .
DS : Keluarga mengatakan anak keberapa, usia
kehamilan, tanggal lahir, sejak lahir
bayi lemah.
DO : Keadaan umum : lemah, cyanosis central,
kesadaran : apastis, somnolen, koma.
A-S
: 1- 3; PB ≤ 46 cm, LK ≤ 33 cm, LD ≤ 30 cm, rambut lanugo masih banyak.
2.10.3.
Antisipasi Masalah Potensial
Masalah yang timbul dan bila tidak diatasi akan mempengaruhi keadan bayi
misalnya :
~
Sembab otak
~
Anuria/ oligouri
~
Obstruksi yang fungsional
~
Komplikasi resusitasi pneumutoraks
~
Perdarahan otak
~
Hiperbilirubinemia
~
Kejang sampai koma
~
Hipoglikemia
~
Hipotermia
~
Kerusakan integritas kulit
~
Gagal nafas
2.10.4.
Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan keseimbangan antara proses pelaksanaan dengan waktu dibutuhkan
data baru, senantiasa dikumpulkan dari evaluasi, dan di identifikasi jika ada
yang membahayakan segera diupayakan penanganannya.
1.
Memberikan resusitasi
2.
Memberikan O2
2.10.5.
Intervensi
Rencana keadan mencakup diagnosa
dan tindakan untuk menetapkan tindakan yang dilakukan tim melengkapi masalah
atau diagnosa dapat dibuat bersama pasien dan keluarga berdasarkan urutan
prioritas masalah asfiksia berat.
Tujuan : Setelah mendapatkan
asauhan kebidanan selama 30 menit diharakan membutuhkan O2 terpenuhi
Kreteria hasil : Keadaan
umum : cukup, sesak berkurang, tidak cyanosis, tidak ada pernafasan cuping, hidung tidak ada tarikan intracosta
RR normal : 30 - 60 x/mnt.
Intervensi
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Masukan dalam incubator
Rasional : menghindari terjadinya kehilangan panas
melalui proses evaporasi
3. Keringkan dan selimuti bayi dengan
kain bersih dan hangat
Rasional : menghindari terjadinya kehilangan panas
melalui proses evaporasi
4. Atur posisi dengan kepala ekstensi
Rasional : dengan posisi ekstensi maka jalan nafas
lebih bebas sehingga udara dapat masuk ke paru-paru secara maksimal
5. Berikan O2 dosis tinggi
dengan head box
Rasional : membantu memenuhi kebutuhan O2
pada bayi
6. Bersihkan jalan nafas dengan
menghisap lendir / secret secara berkal
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi
7. Puasakan bayi untuk sementara
Rasional : untuk mencegah aspirasi selama bayi dalam
kondisi asfiksia
8. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : deteksi dini adanya komplikasi
9. Ganti popok dan kain yang basah
dengan kain yang kering dan bersih
Rasional : untuk mencegah terjadinya iritasi kulit dan
hipotermi.
10. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi
Rasional : pemberian terapi yang tepat akan
memperbaiki prognosa
2.10.6.
Implementasi
Langkah ini dilaksanakan oleh bidan berdasarkan rencana yang telah
ditetapkan pada langkah pelaksanaan, bidan dituntut melakukan tindakan
kebidanan secara mandiri tetapi pelaksanaan dalam menyelesaikan kasus sewaktu –
waktu bisa melaksanakan kegiatan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
2.10.7.
Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses kebidanan, evaluasi ialah tindakan
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang
diperlukan sesuai dengan kriteria kebidanan ditulis dalam bentuk cacatan
perkembangan yang mencakup SOAP.
S : Adalah data yang diperoleh dari wawancara
langsung data ini menyatakan bagaimana keadaan pasien setelah diberikan
tindakan kebidanan.
O : Adalah
data yang diperoleh dari observasi pemerikasan
A : Adalah peryataan yang diambil atau terjadi atas
data subyektif & obyektif.
P : Adalah merupakan perencanan yang ditentukan sesuai dengan
masalah yang terjadi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
MRS : 06 Oktober 2006 Jam : 03.00 WIB
Tanggal pengkajian : 06 Oktober 2006 Jam : 03.00 WIB
3.1.1. Data Subyektif
1. Biodata
1) Identitas bayi
Nama : By Ny “W”
Umur : 1 hari
Jenis kelamin : laki – laki
Anak ke : I
2) Identitas orang tua
Nama ibu : Ny “W” Nama ayah : Tn
“A”
Umur : 24 tahun Umur : 25
tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan : -
Alamat : Kedung Papar, Alamat : Kedung Papar,
Peterongan
Jombang Peterongan, Jombang
2. Keluhan utama
|
3. Riwayat penyakit sekarang
Bayi lahir SC, tidak dapat
bernafas spontan sesak , cyanosis
central, AS : 3-4
4. Riwayat penyakit keluarga
Ibu klien mengatakan
bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit DM, asma, hipertensi,TBC
dan sebagainya.
5. Riwayat neonatal
1) Pre natal
Ibu klien mengatakan bahwa
ini anak yang pertama, ibu ANC 7 x ke bidan dan waktu mual dan muntah diberi
tablet Fe & Vitamin, ibu tidak pernah menderita penyakit apapun, ibu tidak
pernah minum jamu dan pijet selama hamil dan, mendapatkan suntikan TT 2x.
2) Riwayat natal Ibu melahirkan bayi
dengan umur kehamilan 29/30minggu, ditolong oleh DSOG secara SC atas indikasi
letak lintang dan fetal distress pada tanggal 06 oktober 2006 jam 02.35 WIB,
BBL: 1120 gram, PBL: 36 cm, LD: 22cm, MO: 29, FO: 28, SOB: 26. A-S: 3-4.
3) Riwayat post natal
Setelah bayi lahir
dilakukan resusitasi dan ternyata tidak berhasil, keadaan umum jelek, S : 36,5o
C, bayi merintih sesak (+), warna kulit biru, lebam/mengkilat.
6. Riwayat psikososial
Kelahiran bayi ini
sangat diharapkan keluarga dan sekarang keluarga sangat mengkhawatirkan keadaan
bayinya.
7. Kebutuhan dasar
1) Pola nutrisi
Sementara bayi puasa ð bayi di infus D10% - 100 cc/24 jam
2) Pola eliminasi
BAB mekoneum 1 x,
lembek, warna hitam
BAK 1 x warna jernih
3) Pola aktivitas
Gerak bayi lemah
3.1.2. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah, sesak,
Kesadaran : apatis
BB : 1120 gram
PB : 36 cm
RR : 90 x/menit, cepat dan dangkal
Nadi : 100 x/menit
Lingkar kepala : MO : 29 cm
FO : 28
cm
SOB : 26
cm
LD : 29 cm
Suhu : 36,5o C
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : simetris, rambut hitam, halus dan tipis.
Muka : merah, terdapat lanugo
Mata : simetris, sklera putih, terdapat secret mata,
mata tertutup
Hidung : simetris, tidak ada secret, terdapat pernafasan
cuping hidung, terpasang O2 dengan head box
Mulut : simetris, bibir kering, cyanosis centralis
Telinga : simetris, tidak ada secret dan telinga sangat tipis
dan lembek
Dada : simetris, bersih, ada tarikan intracosta,
vena-vena membayang, dada lebam
Abdomen : tali pusat basah, ada sisa perdarahan
terbungkus kasa kering
Genetalia : jenis kelamin laki-laki, penis berlubang
Anus : tidak ada atresia ani
Ekst. Atas : tampak merah, kulit lebam-lebam, oedem,
ujung-ujung kuku biru, cyanosis, terdapat vernic caseosa
Ekst. Bawah : tampak merah, kulit lebam-lebam, oedem,
ujung-ujung kuku biru, cyanosis, terdapat vernic caseosa
b. Palpasi
Kepala : teraba UUB dan UUK datar, belum menutup
Dada : dada teraba cekung
Abdomen : tidak kembung (tidak meteorismus)
Genetalia : testis belum turun pada skrotum
Anus : teraba lubang
Ekstremitas : oedem, lebam/mengkilat
c. Auskultasi
Dada : denyut jantung 120 x/mnt cepat dan dangkal
tidak ada ronchi dan wheezing
d. Perkusi
Perut : tidak kembung
3. Reflek
Reflek sucking : lemah
Reflek morro : lemah
Reflek babynsky : lemah
Reflek tonick neck : lemah
Reflek graps : lemah
4. Terapi
Infus D10% -
100/24 jam
Injeksi Vit. K 1 mg (IM)
Injeksi Cefo (IV)
3.2. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Diagnosa : Bayi Ny “W” umur 1 hari dengan asfiksia berat
Ds : Ibu mengatakan melahirkan bayi dengan umur
kehamilan 29 / 30 minggu, ditolong oleh DSOG secara sactio caesarea pada
tanggal 06 – 10 – 2006 ; Jam 02.35 WIB.
Do : - KU
lemah, sesak
- Kesadaran apatis
- BB : 1120 gram
- PB : 36 cm
- AS : 3 – 4
- Lingkar kepala :
- MO : 29 cm
- FO : 28 cm
- SOB : 26 cm
- RR : 90 x/menit, cepat dan dangkal
- Terdapat tarikan intercosta
- Warna kulit, mulut, ekstremitas biru
- Reflek :
- Reflek sucking : lemah
- Reflek morro : lemah
- Reflek babynsky : lemah
- Reflek tonick neck : lemah
- Reflek graps : lemah
3.3. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
o
Gagal
nafas
o
Hipotermi
berat
3.4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
o
Pemberian
oksigen 8 liter / menit
o
Perawatan
dalam incubator
3.5. INTERVENSI
Diagnosa : By Ny “W” umur 1 hari dengan asfiksia berat
Tujuan : Setelah mendapatkan asuhan kebidanan selama 30
menit diharapkan kebutuhan O2 terpenuhi
Kriteria : Keadaan umum cukup, warna kulit merah muda, tidak
cyanosis, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada tarikan intracosta, RR
normal : 30 – 60 x/menit, AS : 7 – 10, Suhu : 36.5 – 37.5 0C
Intervensi
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi
2) Masukan dalam incubator
Rasional : menghindari terjadinya kehilangan panas
melalui proses evaporasi
3) Keringkan dan selimuti bayi dengan
kain bersih dan hangat
Rasional : menghindari terjadinya kehilangan panas
melalui proses evaporasi
4) Atur posisi dengan kepala ekstensi
Rasional : dengan posisi ekstensi maka jalan nafas lebih bebas
sehingga udara dapat masuk ke paru-paru secara maksimal
5) Berikan O2 dosis tinggi dengan
head box
Rasional : membantu memenuhi kebutuhan O2 pada
bayi
6) Bersihkan jalan nafas dengan menghisap
lendir / secret secara berkal
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi
7) Puasakan bayi untuk sementara
Rasional : untuk mencegah aspirasi selama bayi dalam
kondisi asfiksia
8) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : deteksi dini adanya komplikasi
9) Perawatan bayi baru lahir (perawatan
tali pusat, ganti popok)
Rasional : untuk mencegah terjadinya iritasi kulit dan
hipotermi.
10) Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi
Rasional : pemberian terapi yang tepat akan memperbaiki
prognosa
3.6. IMPLEMENTASI
Tanggal : 06 Oktober
2006
1. Jam 03.00 WIB
Mencuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan : memakai skot, memakai alas
kaki, memakai masker
2. Jam 03.05 WIB
memasukan dalam
incubator
3. Jam 03.08 WIB
Mengeringkan dan
menyelimuti bayi dengan kain bersih dan hangat
4. Jam 03.13 WIB
Mengatur posisi dengan
kepala ekstensi
5. Jam 03.15 WIB
Memberikan O2
dengan head box
6. Jam 03.18 WIB
Memuasakan bayi untuk
sementara
7. Jam 03.20 WIB
Mengobservasi tanda-tanda
vital
TTV Respirasi : 90
x/menit
Nadi : 130
x/menit
Suhu : 36,5o
C
8. Jam 03.25 WIB
Melakukan pengukuran antropometri
MO : 29 cm PB : 36 cm
FO : 28 cm LD : 22 cm
SOB : 26 cm
9. Jam 03.30 WIB
Mengganti popok dan kain
yang basah dengan kain yang kering, melakukan perawatan tali pusat, memuasakan
bayi untuk sementara.
10. Jam 03.33 WIB
Memberikan jalan nafas dengan
menghisap lender / sekret
11. Jam 06.00 WIB
Memasang infus D10%
- 100 cc/24 jam
12. Melakukan kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian terapi :
a. Injeksi Vit K 1 mg (IM)
b. Cefo 100 mg (IV)
c. Perawatan bayi dalam inkubator
3.7. EVALUASI
Tanggal : 06 Oktober 2006 Jam : 03.30 WIB
Diagnosa : By Ny “W” dengan asfiksia berat
S : Ibu mengatakan bayinya tidak menangis, lemah
O : Keadaan umum lemah, sesak, cyanosis sentral,
pernafasan cuping hidung, ada tarikan intracosta, RR : 88 x/mnt
A : Bayi Ny “ W “ dengan asfiksia berat, Ku lemah
P : Intervensi dilanjutkan
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
2. Masukan dalam incubator
3. Keringkan dan selimuti bayi dengan
kain bersih dan hangat
4. Atur posisi dengan kepala ekstensi
5. Berikan O2 dosis tinggi dengan head
box
6. Bersihkan jalan nafas dengan
menghisap lendir / secret secara berkal
7. Puasakan bayi untuk sementara
8. Observasi tanda-tanda vital
9. Ganti popok dan kain yang basah
dengan kain yang kering dan bersih
10. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi
Bayi
dipindahkan ke ruang NICCU jam 09.30 WIB
(Dengan
KU lemah, sesak, cyanosis central, pernafasan cuping hidung, ada tarikan intracosta,
RR : 88 x/menit)
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Asfiksia
neonatorum adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan
Pada
pengkajian By Ny “W” dengan asfiksia berat data yang dapat ditemukan diantara
lain :
Sesak,
cyanosis, tidak menangis, kesadaran apatis, jantung lemah dan warna kulit biru
serta lebam.
Diagnosanya
adalah By Ny “W” umur 1 hari dengan asfiksia berat, antisipasi masalah
potensial terjadi gagal nafas, dan identifikasi kebutuhan segeranya adalah
pemberian O2.
Dalam
memenuhi atau menangani masalah tersebut pada perencanaan tindakan pelaksanaan asuhan
kebidanan penulis melakukan berdasarkan tujuan dan kriteria hasil. Pada
evaluasi diagnosa By Ny “W” umur 1 hari dengan asfiksia berat diperoleh hasil
dari tujuan dan kriteria sesuai dengan bebas waktu yang telah ditetapkan.
4.2. SARAN
4.2.1. Bagi lahan praktek
Diharapkan petugas lebih
bisa bertindak lebih cepat dan tepat dalam menghadapi segala hal yang bersifat
darurat.
4.2.2. Bagi pendidikan
|
4.2.3. Bagi mahasiswa
Dengan mendapatkan pengalaman
diharapkan menerapkan apa yang telah didapat dalam perkuliahan dengan kasus
nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan menguraikan manajemen Hellen
Varney.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba,
Ida Bagus Gde, 1999, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC
Arief,
Mansjoer, Wahyu Wardani, Kapita Selekta Kedokteran Jilid II, Jakarta : 2006
Dr.
Soewarsih, Spa, Mata. Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. 2006
Prawirohardjo,
Sarwono. 2002, Ilmu Kedokteran, Jakarta
Mochtar,
Rustam, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC, 1998
Potter
Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Jakarta : EGC. 2005
Surasmi,
Asrining. Perawatan Bayi Resiko Tinggi, Jakarta : EGC. 2003
Depkes,
RI, Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Perawat,
Bidan Di Rumah Sakit Rujukan Dasar, Jakarta. 2005
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. “W” UMUR I HARI
DENGAN ASFIKSIA BERAT DI RUANG
ANGGREK
BAPELKES RSD JOMBANG
Oleh
:
DEWI RATNA
NIM
: 04.218
AKADEMI KEBIDANAN HUSADA
JOMBANG
2006
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan asuhan kebidanan yang berjudul “Asuhan kebidanan pada By. Ny. “W”
Umur I Hari Dengan Asfiksia Berat Di Ruang Anggrek Balpelkes RSUD Jombang.
Asuhan kebidanan dibuat guna memenuhi persyaratan
dalam rangka menyelesaikan tugas praktek klinik kebidanan pada semester V.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan asuhan kebidanan
ini penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan serta dukungan dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada :
1.
Dra. Soelijah Hadi M.Kes selaku Direktur Akademik
Kebidanan Husada Jombang.
2.
Sri Endah AMK selaku pembimbing praktik di ruang
Anggrek Balpelkes RSUD Jombang.
3.
Nur Hayati, Amd.Keb selaku dosen pembimbing Akademi
Kebidanan Husada Jombang
4.
Semua pihak yang membantu dan mendukung dalam pembuatan
ASKEB ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan asuhan kebidanan
ini banyak kekurangan dan mengingat kemampuan kami yang terbatas serta waktu
yang sangat singkat, untuk itu penulis mengharap saran dan kritik dari pembaca
yang bersifat membagun dari kesempurnaan asuhan kebidanan selanjutya.
Penulis berharap semoga asuhan kebidanan ini berguna
bagi pendidikan umumnya dan bagi penulis khususnya.
Jombang, 9 Oktober 2006
Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar