Jumat, 14 Desember 2012

DATA ASKEP KELOMPOK GERONTIK ( UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PANDAAN )


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup bangsa Indonesia.
Dengan meningkatnya populasi lansia akan menyebabkan konsekuensi berupa besarnya biaya kesehatan karena sifat penyakitnya adalah penyakit degeneratif, kronis dengan multiple patologi sehingga memerlukan biaya penanganan yang mahal. Adat budaya bangsa Indonesia dalam kehidupan lansia adalah merupakan figur yang dihormati dan merupakan sumber daya yang bernilai tentang pengetahuan dan pengalaman hidup serta kearifan yang dimiliki masih dapat dimanfaatkan.
Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Dinegara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari. Pada tahun 1985 dan diperkirakan 50 % dari penduduk berusia diatas 50 tahun sehingga istilah “baby bom” pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Menurut Boedhi Darmojo, disebutkan bahwa orang lanjut usia (lebih 55 tahun), di Indonesia tahun 2000 sebanyak 22,2 juta atau sebanyak 10 % dari total penduduk dan diperkirakan jumlah tersebut meningkat pada tahun 2020 menjadi 29,12 juta atau 11,0 %. Peningkatan tersebut berkaitan dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 65 – 70 tahun pada 2000 menjadi 70 – 75 pada tahun 2020.
Meningkatnya umur harapan hidup tersebut akan terwujud bila
1) Pelayanan kesehatan efektif.
2) Angka kematian bayi menurun.
3) Adanya perbaikan gizi dan sanitasi serta
4) Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi.
Berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur harapan hidup akan memberikan dampak meningkatnya masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan proses degeneratif. Keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri.
Peran perawat dalam meminimalkan atau mengantisipasi masalah kesehatan pada lansia adalah dengan memberikan asuhan keperawaatan pada lansia baik dalam keadaan sehat maupun sakit pada tingkat individu maupun kelompok. Fokus asuhan keperawatan lansia adalah melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan mengoptimalkan fungsi fisik dan mental.
Panti Sosial Tresna Werdha “ Sejahtera” (PTSW”S”) merupakan salah satu sasaran pelayanan keperawatan yang komprehensif pada lansia dari individu maupun kelompok. Berkaitan dengan kondisi diatas kami mahasiswa PSIK FK UNAIR Angkatan III Kelompok 1 Gerbong 4 dalam pendidikan profesi ingin menerapkan konsep asuhan keperawatan tentang lansia secara langsung di Panti Sosial Tresna Werdha “ Sejahtera”  Pandaan, Pasuruan Jawa Timur.

1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan kelompok lanjut usia dalam kehidupan Panti secara profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti praktek keperawatan gerontik mahasiswa dapat:
1) Melakukan pengkajian keperawatan pada kelompok lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha “Sejahtera” Pandaan.
2) Mengidentifikasi masalah kesehatan atau keperawatan yang timbul pada kelompok lanjut usia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha “Sejahtera” Pandaan.
3) Membuat analisa SWOT terhadap masalah kesehatan atau keperawatan yang ada pada kelompok lanjut usia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha “Sejahtera” Pandaan.
4) Membuat rencana strategis untuk memberikan solusi terhadap masalah kesehatan atau keperawatan yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha “Sejahtera” Pandaan, dengan mempertimbangkan sumber daya, dana, sarana dan prasarana, serta kebijakan pemerintah pusat dan daerah.
5) Melaksanakan rencana strategis untuk mengatasi masalah kesehatan atau keperawatan pada kelompok lanjut usia yang ada di   Panti Sosial Tresna Werdha “Sejahtera” Pandaan.
6) Mengevaluasi hasil implementasi rencana strategis serta membuat kesimpulan dan saran.

1.3 Manfaat Kegiatan
1) Bagi Mahasiswa.
Dapat menerapkan konsep teori tentang asuhan keperawatan kelompok gerontik  yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha “Sejahtera” Pandaan.
2) Bagi lansia.
a. lansia mendapatkan pelayanan keperawatan secara komprehensif.
b. Lansia dapat mengenal masalah kesehatannya.
c. Lansia mendapat penjelasan tentang kesehatan secara sederhana.
3) Bagi Panti Sosial Tresna Werdha “ Sejahtera”
a. Dapat mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia.
b. Mendapatkan masukan tentang masalah kesehatan pada lansia serta alternatif pemecahannya.
4) Bagi institusi pendidikan.
Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia di lingkungan Panti.

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Panti Sosial
Panti sosial adalah unit pelaksana teknis di lingkungan DEPSOS yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial (Pasal 1 Kep. Mensos no.22/1995). Tugasnya adalah memberikan pelayanan kesejahteraan sosial dan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Proses pelayanan lanjut usia dalam Panti adalah proses bantuan pertolongan, perlindungan, bimbingan, santunan dan perawatan yang dilakukan secara sistematis, terarah, dan terencana dalam Panti yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lanjut usia. Panti Sosial Tresna Werdha “ Sejahtera “ Pandaan adalah unit pelaksana teknis dari kantor dinas sosial Provinsi Jawa Timur yang merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia, sehingga mereka dapat menikmati sisa hidupnya dengan diliputi ketentraman lahir batin.

2.2 Pelayanan Dalam Panti antara lain :
Pelayanan sosial : diberikan kepada klien dalam rangka menciptakan hubungan sosial dan penyesuaian sosial secara serasih dan harmonis diantara lanjut usia, lanjut usia dengan keluarganya, lanjut usia dengan petugas, lanjut usia dengan pimpinan Panti dan lanjut usia sengan masyarakat. Pelayanan sosial ini berupa konsultasi sosial, terapi sosial, konseling perorangan, bimbingan kelompok, pelayanan rekreasi,bimbingan ketrampilan merawat orang sakit atau meninggal (termasuk cara memandikan jenasah).
Pelayanan fisik : diberikan kepada klien dalam rangka memperkuat daya tahan fisik. Dalam bentuk : pelayanan kesehatan meliputi penyediaan tenaga dokter atau perawat, fisioterapi, penyediaan menu makanan tambahan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan, klinik lanjut usia, kebugaran, kerja bakti, pakaian, sarana dan prasarana hidup sehari-hari (peralatan mandi, tidur, sholat)
Pelayanan psikososial adalah diberikan kepada klien dalam rangka menciptakan situasi sosial psikologis yang memungkinkan tumbuhnya perasaan nyaman, senang dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Misalnya : konseling atau konsultasi psikososial.
Pelayanan ketrampilan adalah diberikan tidak saja untuk pengisian waktu luang, melainkan untuk meningkatkan produktivitas agar ia dapat menambah penghasilannya atau mempertahankan kemampuan atau ketrampilan
Pelayanan spiritual/keagamaan : diberikan kepada klien dalam rangka memperkuat mental/spiritual dan kerohaniaan terutama dalam melaksanakan peribadatan sehari-hari. Pelayanan yang diberikan antaralain : penyediaan sarana dan prasarana ibadah, bimbingan rohani.
Pelayanan pendampingan : diberikan dengan cara mendampingi setiap lanjut usia dalam melanjutkan kehidupan sehari-hari. Pelayanan ini bisa dilakukan baik oleh pengasuh, perawat atau pekerja sosial sesuai kondisi Panti.
Pelayanan bantuan hukum : diberikan kepada lanjut usia yang mengalami tindak kekerasan baik dalam pelayanan Panti maupun dalam keluarganya. Tujuannya untuk melindungi lanjut usia dari hal-hal yang tidak di inginkan yang menyebakan lanjut usia menjadi korban pihak-pihak tertentu yang kurang bertanggung jawab.

2.3 Aspek Sosial dan Budaya Lansia
Pembangunan di segala bidang menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik, dan usia harapan hidup makin meningkat, serta jumlah lanjut usia makin bertambah. Untuk meningkatkan kesejahteraan lanjut usia tersebut, oleh pemerintah bersama masyarakat telah digerahkkan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia dalam bentuk :
Perlindungan sosial.
Bantuan sosial.
Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
Pelayanan kesehatan.
Pemberdayaan lanjut usia agar mereka siap didayagunakan sesuai kemampuan masing-masing.
Mendorong agar lanjut usia bergabung dengan organisasi sosial atau organisasi lanjut usia atau organisasi masyarakat lainnya.
Upaya diatas akan lebih ditingkatkan lagi dimasa mendatang, baik ditujukan bagi lanjut usia potensial dan lanjut usia yang tidak potensial.
Disamping perbaikan dibidang kesejahteraan sosial, arus globalisasi dibidang komunikasi, informasi, transportasi, dan pendidikan niscaya menimbulkan pengaruh luar yang mengikis budaya masyarakat yang selama ini ada terhadap hubungan antar anggota keluarga mereka, termasuk yang tergolong lanjut usia. Nilai kekerabatan dalam kehidupan keluarga semakin melemah dalam  keluarga yang mengarah pada bentuk keluarga kecil, terlebih-lebih dalam masyarakat industri dimana lanjut usia terpisah dari anggota keluarga lainnya akibat urbanisasi. Anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan dan terpaksa hidup sendiri dan dalam kesepian. Dengan demikian, budaya “Tiga generasi dibawa satu atap” makin sulit dipertahankan, karena ukuran rumah didaerah perkotaan yang sempit, sehingga kurang memungkinkan para lanjut usia tinggal bersama anak, menantu dan cucunya.
Menggabungkan diri dengan organisasi sosial dan organisasi kemasyarakatan belum membudaya dan melembaga, sehingga pembinaan terhadap lanjut usia secara kelompok sulit dilakukan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu dilakukan upaya khusus yang dasarnya telah dirumuskan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dan tambahan lembaran Negara Nomor 3796.
Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual, yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap lanjut usia untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia. Menurut Undang-undang no.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia potensial (masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa) meliputi : pelayanan keagamaan dan mental spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan kesempatan kerja, pelayanan pendidikan dan pelatihan, pelayanan untuk mendapat kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum, pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum, bantuan sosial.
Dan untuk yang tidak potensial meliputi : pelayanan keagamaan dan mental spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum; pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum, perlindungan sosial. Ini adalah bentuk perlindungan sosial dan bantuan sosial dari pemerintah dan atau masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia,dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.
Upaya ini bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain permasalahan umum : masih besarnya jumlah lanjut usia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai kekerabatan, lahirnya kelompok masyarakat industri, masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia dan masih terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia dalam berbagai bisdang pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut usia, belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lanjut usia. Disamping itu menurut Departemen Sosial Republik Indonesi (1998), ada beberapa permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia yang salah satunya Adalah berlangsungnya Aging proses, yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penurunan peran sosialnya dan dapat menjadikannya lebih tergantung kepada pihak lain.
Jika dilihat dari aspek sosial dan budaya begitu banyak permasalahan yang timbul dan membutuhkan penanganan dari berbagai bidang dan melibatkan berbagai kelompok profesional, yang salah satunya adalah keperawatan ,yang merupakan bagian integral dari kesehatan yang mempunyai ilmu dan kiat-kiat tertentu didalam ikut bertanggungjawab meningkatkan kesejahteraan sosial usia lanjut. Kesehatan dalam pengertian UU no.13/1998 adalah Keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Aging proses membawa banyak perubahan pada badan/jasmani, jiwa, sosial dan ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam uraian teori tentang proses penuaan.
Dengan adanya udang-undang no.13 / 1998 adalah merupakan suatu kekuatan yang menjadi dasar untuk bekerja dan ini tentu perlu berkordinasi dengan departemen terkait yang menangani masalah lansia tersebut.

2.4 Teori Tentang Proses Menua
Sebelum membahas tentang teori tentang proses menua, terlebih dahulu diberikan batasan mengenai lanjut usia. Menurut Undang-undang No.13 Tahun 1998 Lanjut Usia dalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.

2.4.1 Teori Biologik
a. Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
b. Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
c. Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Pada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan  lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah  dipakai.
e. Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

2.4.2 Teori Sosial
a. Teori Aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
b. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontrol sosial
c) Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
a) lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.

2.4.3 Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow ,1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b. Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar  atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.

2.5 Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
2.5.1 Perubahan fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra  sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran  timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis  dan hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningg.
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang  dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Produksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban  bergerak. otot kam dan tremor.

2.5.2 Perubahan Mental
faktor-faktyor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi  matematika dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

2.5.3 Perubahan Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang diukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

2.6 Masalah masalah yang sering terjadi pada Lanjut usia
a. Masalah gizi
1) Gizi Berlebihan
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebihan, apalagi pada lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan tersebut sukar diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes melitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.

2) Gizi Kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun kemungkinan akan mudah kena infeksi pada organ-organ tubuh yang vital.

3) Kekurangan Vitamin
Bila konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang, apabila ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, lesu, dan tidak semangat.

b. Resiko Cedera (Jatuh)
Jatuh akan menyebabkan cedera jaringan lunak bahkan fraktur pangkal paha atau pergelangan tangan. Keadaan tersebut menyebabkan nyeri dan immobilisasi dengan segala akibatnya. Banyak faktor resiko yang dapat diidentifikasi serta tak sedikit hal-hal yang dapat dimodifikasi agar jatuh tak terjadi / tak terulang.
1) Faktor Resiko Internal
Gangguan penglihatan, gangguan adaptasi gelap, infeksi telinga, obat golongan Aminoglikosida, vertigo, perkapuran vertebra cervikal, gangguan aliran darah otak, artritis, lemah otot tungkai, hipotensi postural, pnemoni, penyakit sistemik (ISK, gagal jantung, dehidrasi, diabetes melitus, hipoglikemi).

2) Faktor Resiko Eksternal
Turun tangga, benda-benda yang harus dilangkahi, lantai licin, kain atau celana terlalu panjang, tali sepatu, tempat tidur terlalu tinggi atau terlalu rendah, kursi roda tidak terkunci, penerangan kurang, tempat kaki kursi roda, WC jauh dari kamar, WC terlalu rendah.

3) Tindakan
Identifikasi faktor resiko
Perhatikan kelainan cara berjalan/duduk
Romberg test
Uji keseimbangan sederhana
Berkurangnya lebar langkah
Modifikasi faktor resiko internal.

c. Delirium
Salah satu karakteristik pasien geriatri adalah gejala dan tanda penyakit tidak khas sesuai dengan organ/ sistem organ yang sakit. Seringkali suatu penyakit siatemik dimunculkan dalam bentuk gangguan kesadaran walaupun sistem saraf pusat tidak terganggu.Walaupun demikian penyakit susunan saraf pusat juga tetap dapat muncul dalam bentuk gangguan kesadaran. Dengan demikian maka perlu ditingkatkan kewaspadaan untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan – kelainan sistemik yang dapat mendasari delirium agar penyakit tidak berkembang menjadi berat.
Penyebab
Stroke, tumor otak, pneumonia, ISK, dehidrasi, diare, hiper/hipoglikemia, hipoksia dan putus obat.
Gejala
Kurang perhatian, gelisah, gangguan pola tidur, murung, perubahan kesadaran, disorientasi, halusinasi, sulit konsentrasi, sangat mudah lupa, hipoaktif, hiperaktif.
Sikap
- Sakit kepala / pusing dikaji dengan cermat.
- Perhatikan keluahan penglihatan
- Atasi batuk pilek meriang secepatnya
Identifikasi dan konsul lebih lanjut bila ada keluhan berkemih, nafsu makan berkurang, muntah berak, mual, berkeringat dingin, pingsan sesaat.

d. Immobilisasi
Immobilisasi atau berbaring terus ditempat tidur dapat menimbulkan atrofi otot, dekubitus dan malnutrisi serta pneumonia.
Faktor resiko :
Osteoartritis, fraktur, DC, stroke, demensia, vertigo, PPOK, hipotyroidi, gangguan penglihatan, hipotensi postural,anemia, nyeri, lemah otot, keterbatasan ruang lingkup gerak sendi, dan sesak nafas.

e. Hipertensi
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur dan tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah jantung, dan penyakit jantung kroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebro vaskuler.
Secara nyata kematian karena CVD, morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi. Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :
(1) Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan  atau tekanan diastolik sama atau lebih dari 90 mmHg.
(2) Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 190 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.


BAB 3
PENGKAJIAN

Bab ini membahas tentang hasil pengkajian kegiatan praktek keperawatan gerontik di PSTW “SEJAHTERA” Pandaan yang meliputi Identitas Panti, Latar Belakang Pendirian Panti, Visi, dan Misi Panti, Tujuan Panti, Struktur Organisasi, Denah Panti, Kapasitas Panti, Sarana dan Prasarana, Kegiatan Dalam Panti, hubungan lintas progran dan sektoral, masalah kesehat. Distribusi pendanaan serta data kesehatan pertahun dengan rincian sebagai berikut:

3.1 Pengumpulan Data
3.1.1 Identitas Panti
Nama Panti : Panti Sosial Tresna Werdha “SEJAHTERA”
Alamat : Jl. Dr. Soetomo – Pandaan. Telp. (0343) 631255
Type : A
Pengelola : Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

3.1.2 Latar Belakang Pendirian Panti
Landasan hukum Panti Sosial Tresna Werdha “Sejahtera” Pandaan mempunyai landasan hukum berupa : Pancasila dan UUD 1945, UU RI no. 13/1998 tentang kesejahteraan lansia, dan perda Provinsi Jawa Timur nomor 12/2000 tentang Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.
Panti Sosial Tresna Werdha “ Sejahtera “ Pandaan adalah unit pelaksana teknis dari kantor dinas sosial Provinsi Jawa Timur yang merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia, sehingga mereka dapat menikmati sisa hidupnya dengan diliputi ketentraman lahir batin.
Panti sosial Tresna Werdha “ Sejahtera” Pandaan didirikan pada tanggal  1 Oktober 1979 dengan nama “Sasana Tresna Werdha Sejahtera” Pandaan, yang mula-mula berkapasitas tempat tidur 30 orang dibawah naungan Depsos. Pada tanggal 17 Mei 1982 oleh Bapak Menteri Sosial Bpk. Sapardjo diresmikan pemakaiannya dengan Surat Keputusan Mensos  RI no. 32/HUK/KEP/V/1982 dengan kapasitas tampung 110 orang. Dan menempati areal seluas 16.464 M2  dengan batas wilayah sebagai berikut ; sebelah selatan Desa Klampok, sebeleh utara Desa Tengger, sebelah timur Desa Sukun, Sebeleh barat Desa Rajeg.
Pada tahun 1994 mengalami pembakuan penamaan “Unit Pelaksana Teknis pusat/Panti/sasana di lingkungan Departemen Sosial sesuai SK Mensos RI no. 14/HUK/1994 dengan nama “Panti Sosial Tresna Werdha Sejahtera” Pandaan.
Pada tanggal 24 April 1995 dengan berlakunya SK Mensos RI no. 22/HUK/1995 tentang organisasi dan tata kerja Panti sosial di lingkungan Depsos.
Melalui SK Mensos RI no. 8/HUK/1988 ditetapkan sebagai kategori Panti percontohan tingkat Provinsi dengan kapasitas tampung 110 orang.
Dan melalui perda Provinsi Jawa Timur nomor 12/2000 tentang Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur bahwa Panti Sosial Tresna Werdha “Sejahtera” Pandaan merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

3.1.3 Visi, dan Misi Panti
1) Visi.
Mewujudkan perlindungan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia terlantar baik jasmani maupun rokhani yang diliputi dengan rasa aman dan tentram lahir batin, rasa nyaman/ kerasan seperti tinggal dirumah sendiri, dapat berbagi rasa suka, duka, sosialisasi dengan sesama teman sebayanya.

2) Misi
Pelayanan sosial dan pemeliharaan kesehatan yang prima bagi lanjut usia terlantar didalam Panti, yang meliputi :
a. Menyediakan dan memberikan kebutuhan dasar, pelayanan perawatan dan kesehatan lanjut usia terlantar.
b. Memberikan dan meningkatkan bimbingan fisik, mental sosial dan keterampilan bagi lanjut usia terlantar.
c. Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat dalam pelayanan lanjut usia terlantar.
d. PSTW “Sejahtera” Pandaan merupakan suatu lembaga atau tempat untuk memberikan pelayanan serta kasih sayang terhadap para lanjut usia, jompo terlantar dengan memenuhi kebutuhan hidupnya yang meliputi perawatan, kesehatan fisik maupun spiritual.


3.1.4 Tujuan ,Prinsip, dan Fungsi Pelayanan Panti
1) Tujuan Umum.
Tercapainya kualitas hidup dan kesejahteraan sosial lanjut usia sehingga dapat menjalankan masa tuanya dengan tentram lahir dan bathin dalam artian terpenuhinya kebutuhan baik fisik, mental, sosial
2) Tujuan Khusus
a. Terpenuhinya kebutuhan rohani dengan baik, terutama dalam bidang :
Kebutuhan kasih sayang baik keluarga maupun dari masyarakat sekitar
Peningkatan gairah hidup yang tidak harus khawatir dalam sisa hidupnya
Terpenuhinya kebutuhan jasmani dengan baik terutama dalam bidang : Kebutuhan pokok hidup secara layak yaitu sandang, pangan dan papan.
Pemeliharaan kesehatan mereka dengan baik
Pemenuhan kebutuhan pengisian waktu luang dengan baik sesuai usia yang telah lanjut.
b. Terpenuhinya kebutuhan sosial dengan baik terutama dalam hubungannya dengan masyarakat sekitarnya.
3) Prinsip Pelayanan Panti
a. Pelayanan terhadap para lanjut usia di PSTW “Sejahtera” Pandaan sifatnya permanen .
b. PSTW “Sejahtera” Pandaan dalam pelayanannya mengutamakan bidang kebutuhan spiritual/keagamaan, sedangkan keterampilan yang diberikan bersifat mengisi waktu luang.
c. Pelayanan di PSTW “Sejahtera” Pandaan menggunakan berbagai macam pendekatan yang profesional jadi bukan hanya pendekatan pekerja sosial saja.
4) Fungsi PSTW “Sejahtera” Pandaan
a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial dengan kegiatan antara lain:
- Pembinaan agama dan kerohanian
- Perawatan kesehatan
- Pembinaan keterampilan untuk mengisi waktu luang
- Pemberian bimbingan sosial kemasyarakatan
b. Sebagai pusat informasi dan konsultasi, kegiatannya antara lain :
- Pengumpulan data
- Seleksi
- Penerimaan
- Case conference
c. Sebagai pusat pengembangan kesejahteraan sosial, kegiatannya antara lain :
- Observasi dan identifikasi
- Bimbingan mental dan bimbingan kemasyarakatan
- Rekreasi

3.1.5 Struktur Organisasi
Berdasarkan Kep.Gubernur Jatim No. 41 tahun 2001 tanggal 29 November 2001 tentang struktur organisasi Panti sosial tresna werdha “Sejahtera” Pandaan adalah sebagai berikut:















Keterangan:
Jumlah tenaga yang ada di Panti ada 33 pegawai dengan perincian sebagai berikut:
- Tenaga Organik  (PNS) : 26 orang
- Tenaga Honorer : 7   orang
- Pejabat Struktural : 4   orang
- Tenaga fungsional : 3   orang.

3.1.6 Denah Panti























Jl.  Desa Rajeg

Keterangan Denah:
1. Taman
2. Kantor
3. Wisma Teratai
4. Wisma Melati
5. Wisma Dahlia
6. R. Pertemuan
7. Kandang ayam
8. Kolam Ikan
9. Kandang Bebek
10. Pos Satpam
11. Kantor
12. Mesjidh
13. Poli Klinik
14. Wisma Kenanga 15. Gudang
16. Rumah Dinas
17. Wisma Cendana
18. Wisma Mawar
19. Gazebo
20. Rumah dinas
21. Ruang Ketrampilan
22. Dapur Umum
23. Wisma Anggrek
24. Wisma Seruni
25. Rumah Dinas
26. Wisma Flamboyan
27. Wisma Cempaka
28. Wisma Kemuning

3.1.7 Kapasitas Panti
Jumlah lanjut usia yang tinggal diPanti adalah:
1) Usia 60 – 74 tahun : 60   orang
2) Usia 75 – 89 tahun : 48   orang
3) Usia >90 tahun :   2   orang
Keseluruhan lansia yang tinggal di Panti    110 orang

3.1.8 Sarana dan Prasarana
1) Bangunan perumahan
Bangunan Panti merupakan bangunan permanen dengan dinding tembok, lantai kramik, atap genteng, ventilasi dan pencahayaan cukup yang terdiri dari:
a. Wisma sebanyak : 11 buah
b. Kantor : 2 buah
c. Ruang pertemuan : 1 buah
d. Mesjid : 1 buah
e. Ruang keterampilan : 1 buah
f. Ruang poliklinik : 1 buah
g. Gudang : 1 buah
h. Pos penjagaan : 1 buah
i. Ruang perawatan isolasi : 2 buah
j. Ruang perawatan khusus : 1 buah
k. Rumah dinas pegawai : 4 buah
(sumber data sekunder PSTW “ Sejahtera” 2002)
2) Sarana Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari Sumur bor
3) Jamban Keluarga
Jamban keluarga sejumlah 22 buah dengan perincian sebagai berikut:
a. Setiap wisma, poliklinik, ruang perawatan isolasi masing masing 2 buah jamban.
b. Ruang keterampilan 1 ruang, ruang perawatan khusus 2 dan rumah dinas 3 buah
4) Sarana pembuangan air limbah
Pengelolahan pembuangan air limbah menggunakan SPAL tertutup dengan septik tank menjadi satu dengan jamban.
5) Sarana ibadah
Sarana ibadah berupa  1 buah Mesjid.
6) Model tempat tidur
Tempat tidur kurang lebih 30 cm tanpa pengaman.
7) Penerangan
Lampu penerangan rata-rata tiap ruangan 20 watt, ventilasi dan sinar matahari yang masuk cukup baik.
8) Lantai rumah
Kondisi lantai baik, dari keramik namun cukup licin khususnya bila basah.
9) Kamar mandi dan WC
Kondisi cukup bersih, tidak ada pegangan tangan untuk menghindari lansia jatuh.
10) Ruang keterampilan
Kondisi cukup baik, cukup penerangan yang cukup dan peralatan keterampilan yang cukup.
11) Tempat olah raga, pertemuan dan kesenian
Olah raga dilakukan didalam ruang kesenian, pelaksanaan senam dilakukan setiap selasa, rabu, kamis dan jumat dimulai jam 07:30 WIB.
12) Ruang makan
Disetiap Wisma ada Ruang makan bersama, lansia mengambil makanan di dapur secara kelompok dan makan di wisma masing-masing
13) Meja Tamu
Pada setiap wisma terdapat satu set meja tamu dan TV
14) Kandang ternak
Terdapat 2 kandang ternak yaitu ternak ayam dan bebek, kondisi cukup bersih dan tidak berbau.
15) Kolam Ikan
Terdapat 6 kolam ikan yang tertata rapi dan kondisi cukup baik.
16) Poli klinik
Poli klinik terletak agak jauh dan letaknya diatas sehingga lansia merasa kesulitan untuk naik, biasanya petugas dari Puskesmas datang setiap hari Jum’at dan petugas kesehatan Panti keliling dari satu wisma kewisma yang lain.
17) Binatang di sekitar Panti
Binatang yang ditemukan disekitar Panti : kucing.

3.1.9 Kegiatan dalam Panti
Berdasarkan jadwal kegiatan lansia di PSWT “ Sejahtera” Pandaan yang disusun oleh kepala seksi rehabilitasi dan penyaluran adalah sebagai berikut:
1) Jadwal kegiatan lansia
No. Jam Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 04:30 – 05.30
05.30 - 06:30 Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan
2 06:30 – 07:30 Makan pagi Makan pagi Makan pagi Makan pagi Makan pagi Makan pagi Makan pagi
3 07:30 – 09:30 Bimbingan sosial (team) Bimbingan olah raga (Senam Tera) Bimbingan olah raga (Senam Tera) Bimbingan olah raga (Senam Tera) Bimbingan olah raga (Senam Tera) Kegiatan Individu Kegiatan individu
4 09:30 – 10.00 Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat
5 10:00 – 12:30 Bimbingan kesenian Bimbingan Keterampilan Bimbingan ketrampilan (team) Bimbingan keterampilan Kerja bakti Mushola kegiatan individu Kegiatan Individu
6 12:30 – 13:00 Makan siang Makan siang Makan siang Makan siang Makan siang Makan siang Makan siang
7 13:00 – 15:00 Istirahat Bimbingan mental agama Bimbingan mental agama Bimbingan mental agama. Bimbingan mental agama (Sholat jumat, Team) Bimbingan mental agama (petugas piket) Bimbingan mental agama (Petugas piket)
8 15.00 – 17.00 Kebersihan pribadi dan lingkungan Kebersihan pribadi dan lingkungan Kebersihan pribadi dan lingkungan Kebersihan pribadi dan lingkungan Kebersihan pribadi dan lingkungan Kebersihan pribadi dan lingkungan Kebersihan pribadi dan lingkungan
9 17:00 – 19:30 Makan malam, bimbingan mental Makan malam, bimbingan mental Makan malam, bimbingan mental Makan malam , bimbingan mental Makan malam , bimbingan mental Makan malam, bimbingan mental Makan malam , bimbingan mental
10 19:30 – 20.30 Hiburan nonton TV Hiburan nonton TV Hiburan nonton TV Hiburan nonton TV Hiburan nonton TV Hiburan nonton TV Hiburan nonton TV
11 2030 – 04:30 Kegiatan individu dan istirahat Kegiatan individu dan istirahat Kegiatan individu dan istirahat Kegiatan individu dan istirahat Kegiatan individu dan istirahat Kegiatan individu dan istirahat Kegiatan individu dan istirahat

2) Pelayanan Kesehatan pada Lansia
Pelayanan kesehatan yang diberiakan pada lansia terbatas pada lansia yang mempunyai keluhan, sedangkan kunjungan dari Puskesmas setiap minggu (Jumat) dengan memberikan pelayanan kesehatan pada lansia yang mempunyai keluhan dan pemeriksaan dilakukan hanya untuk satu wisma.

3.1.10 Hubungan lintas progran dan sektoral.
1) Lintas Program
Diselenggarakan melalui kerja antar Panti sosial dan atau dinas sosial luar daerah untuk proses seleksi klien yang akan ditinggal di Panti.

2) Lintas sektoral
Meliputi kerja sama bidang unit teknis serta dinas luar, dinas sosial yang meliputi departemen agama untuk pembinaan mental agama, departemen kesehatan dalam memberikan pengobatan dan perawatan, pemerintah daerah untuk mendapatkan fasilitas pemamfaatan sarana umum seperti Puskesmas tentang pengobatan dan perawatan anggota PSTW “Sejahtera” Pandaan, dengan dinkes berupa pelatihan – pelatihan dan pemerintah daerah dan organisasi kemasyarakatan dalam rangka pengiriman klien yang perlu dilayani Panti serta pihak keamanan setempat Koramil dan Polsek serta PSIK FK Unair.

3.1.11 Distribusi Pendanaan
1) Swadana
Tidak ada dana dari swa dana.
2) Donatur
Menerima donatur berupa uang dan makanan yang tidak menetap.
3) Dinas sosial
Biaya dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur tahun 2002 sebesar Rp 592. 949.372,- yang dialokasikan untuk biaya pegawai Rp. 255.526.872.-, belanja barang Rp. 288.082.500,-, pemeliharaan sebesar Rp. 30.740.000,-, biaya perjalanan Rp. 5.400.000,- dan biaya lain-lain (tambahan gizi lansia) sebesar Rp. 13.200.000,-.

3.1.12 Data Kesehatan Pertahun
1) Jumlah kematian
Sejak setahun terakhir  2002, adapun jumlah lansia yang meninggal dunia adalah 19 orang, dan sejak Pebruari sampai Maret 2003 ada 3 orang yang meninggal dunia.
2) Jumlah kesakitan
Data terakhir jumlah kesakitan yang dirawat diruang isolasi sejumlah 20 orang.

3.1.13 Masalah-masalah kesehatan pada Lansia di Panti
1) Nyeri persendian : 15 orang
2) Gangguan pendengaran : 29 orang
3) Gangguan penglihatan : 10 orang
4) Gangguan sistem peredaran darah : 24 orang
5) Gangguan status gizi : 44 orang
6) Gangguan aktivitas sehari-hari : 12 orang (data pemeriksaan lansia terlampir)

3.1.14 Tempat pelayanan kesehatan dan perawatan
1) Rumah sakit
Bekerjasama dengan Rumah sakit umum Pandaan
2) Puskesmas
Bekerjasama dengan Puskesmas Pandaan sebagai rujukan lansia yang sakit dengan pemeriksaan kesehatan serta pengobatan perawatan kesehatan secara rutin
3) Panti
Terdapat tenaga kesehatan lulusan SPK yang memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan..

3.1.15 Pelayanan kebutuhan sehari-hari
1) Kebutuhan nutrisi
Secara umum kuantitas dan kualitas gizi yang dikonsumsi lansia nilai gizi cukup
2) Kebersihan diri
Secara umum klien lansia mandi 2 kali sehari dengan menggunakan air sumur bor, Panti belum seluruhnya menyediakan air hangat untuk mandi
3) Pakaian
Pengelola Panti sudah menyediakan pakaian dan sudah dibagikan kemasing-masing klien
4) Pola komunikasi
Pola komunikasi yang ada di Panti antara pegawai dan klien lansia sudah cukup. Pola komunikasi antara klien sudah terjalin dengan baik
5) Kebutuhan spiritual
Lansia yang ada di Panti 83,6% beragama Islam, Katolik 12,7 %, dan Protestan 3,6 %.
Kegiatan pengajian dilaksanakan setiap hari jam 09.30 – 10.30 sesuai jadwal di masing-masing Wisma. Ceramah agama setiap hari setelah sholat magrib dan subuh.

3.2 Identifikasi Masalah Kesehatan/Keperawatan :
1. Hipertensi
2. Resiko terjadi trauma fisik/cedera (jatuh)
3. Rematik.
4. Defisit perawatan diri/personal hygiene.
5. Penurunan minat beraktivitas.

3.3 ANALISA SWOT
A. Umum.
Untuk menentukan permasalahan tadi maka dipergunakan analisa SWOT terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada.
KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN
- Pendirian Panti berdasarkan dasar hukum yang kuat dan operasionalnya diatur berdasarkan keputusan gubernur No. 41 tahun 2001
- Adanya UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan sosial lanjut usia
- Memiliki visi, dan misi yang jelas.
- Type Panti adalah type A Plus dan tergolong eselon IIIa
- Lokasi Panti jauh dari keramaian dengan udara yang sejuk.
- Adanya kerja lintas sektoral dan lintas program.
- Adanya sarana dan prasarana yang mendukung.
- Adanya jumlah tenaga sosial dan perawat kesehatan.
- Adanya sumber pendanaan yang tetap dari Dinas Sosial Provinsi Jatim.
- Adanya pengajian di masing-masing wisma tiap minggu
- Adanya bantuan dari organisasi masyarakat.
- Adanya upaya peningkatan SDM, terutama perawat kesehatan. - Tenaga yang kurang memadai secara kuantitas berdasarkan tingkat ketergantungan klien
- Tempat atau fasilitas umum untuk kegiatan lansia yang lokasinya lebih tinggi dari wisma, penataannya perlu modifikasi dengan pengaman (pagar pegangan)
- Belum tersedianya fasilitas pos pelayanan pelayanan kesehatan terutama untuk menangani masalah- masalah yang sifatnya darurat.
- Perubahan status Panti dari depsos ke pemda
- Kerjasama lintas sektoral dan lintas program belum optimal.
- Pengetahuan tenaga yang merawat jenazah dengan masalah khusus masih kurang
- Alokasi dana utuk lansia sangat minimal.
- Latar belakang sebagian lansia terlantar.
- Belum adanya tenaga gizi yang mengawasi kualitas makanan bagi para lansia.
- Pemanfaatan posko keamanan kurang optimal.
- Pemeriksaan kesehatan dari puskesmas, 1 bulan sekali.
- Bimbingan rohani tiap-tiap wisma kurang optimal, terpusat pada Mesjid.
- Adanya masalah kesehatan yang dialami oleh lansia yaitu: 29,6% gangguan pendengaran, 10,3% gangguan penglihatan, 25,2 % gangguan sistem peredaran darah,  12,4 % gangguan pemenuhan kebutuhan sehari hari, dan gangguan persendian 15,31 %. - Adanya lansia terlantar karena kurangnya perhatian keluarga tetapi tidak terlantar secara ekonomi
- Adanya kebijakan untuk pengembangan sumber daya manusia di bidang kesehatan.
- Kerja sama Panti dengan instansi lain (Rumah sakit, Puskesmas, dan instansi pendidikan terkait)
- Kemampuan Panti sebagai lahan praktek mahasiswa. - Pemeriksaan kesehatan lansia kurang intensif
- Keseimbangan nutrisi lansia kurang seimbang.
- Pengawasan dan tenaga yang kurang dapat terjadi resiko trauma fisik pada lansia.
- Tuntutan penghuni Panti untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik.


B. Khusus
Ruang perawatan isolasi :
Terdapat klien sebanyak 26 orang .

KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN
- Masing masing klien memiliki 1 tempat tidur
- Kemampuan klien untuk merawat diri
- Ada klien yang bisa membantu keperluan klien lain.
- Adanya sosial worker
- Penerangan ruangan cukup
- Adanya visi dan misi Panti sosial
- Adanya tenaga perawat di ruang isolasi. - Bau tak sedap
- Alat dipakai bersama
- Kurangnya dukungan mental.
- Tingkat ketergantungan klien parsial.
- Tenaga kesehatan kurang.
- Personal hygiene kurang
- Kamar mandi tak ada pegangan - Adanya bantuan dari mahasiswa praktek.
- Adanya kerja sama lintas sektoral./program
- Adanya kunjungan dari organisasi - Banyak semut
- Meningkatnya penyakit degeneratif

KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN
- - Ventilasi kurang
- Penggabungan perawatan antara klien dengan masalah psikologis
- Penerapan gizi belum diklasifikasi berdasarkan status kesehatan (umum)
- Adanya bantuan
- Adanya mahasiswa praktek
- Adanya dukungan dari organisasi - Penularan penyakit antar klien


BAB 4
PERENCANAAN

4.1 Perencanaan Gizi Secara Umum
Penatalaksanaan gizi pada usia lanjut bertujuan untuk mengubah faktor-faktor gizi yang dapat meningkatkan resiko penyakit kronik atau degeneratif. Selain itu untuk membantu para usia lanjut agar mempertahankan kesehatan, kesejahteraan dan kapasitas fungsionalnya secara optimal. Pengaturan diit pada usia lanjut yang tinggal di Panti werdha berbeda dengan yang tinggal dikeluarga. Mereka yang tinggal di Panti muda terkena masalah gizi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit kronik. Oleh karena penerapaan diit di Panti tidak bisa diberikan secara umum.  Sehingga perlu dilakukan penilaian status gizi secara menyeluruh.
Ada beberapa pedoman untuk memilih diit yang sehat ;
Pilihlah makanan yang bervariasi dan beraneka ragam untuk mendapatkan masukan gizi yang cukup dan lengkap.
Pada usia lanjut agar membatasi karbohidrat, lemak dan protein terutama dari sumber hewani.
Dianjurkan minum susu skim atau rendah lemak untuk mempertahankan konsumsi kalsium.
Gunakan garam beryodium dan batasi penggunaan garam tidak lebih dari satu sendok perhari
Dianjurkan mengkonsumsi sayuran berwarna hijau dan buah-buahan berwarna merah sebagai sumber zat gisi dan vitamin A.
Sarapan sangat bermanfaat untuk memelihara ketahanan fisik dan dapat meningkatkan produktifitas pada waktu bekerja.
Minum air putih matang sekurang-kurangnya delapan gelas untuk memperlancar proses metabolisme disamping bmencegah dehidrasi selanjutnya hindari minum-minuman berakohol.
Pilihlah bahan makanan yang segar dan tidak tercemar bakteri.





4.2 Gangguan Sistem Peredaran Darah (Hipertensi )
Tujuan : mempertahankan tekanan darah dalam keadaan stabil.
Rencana jangka panjang
a. Lakukan pemeriksaan rutin di Puskesmas bila ada lansia yang mengalami masalah kesehatan sebagai follow up terhadap kesehatan lansia.
b. Pengadaan tenaga kesehatan baru bagi peningkatan pelayanan kesehatan pada usila.

Rencana Jangka Pendek
a. Jelaskan pada usila tentang penyakit yang ia derita (Hipertensi) tentang pencegahan dan gejala.
b. Anjurkan usila untuk segera melapor kepada petugas kesehatan bila dirasakan adanya gejala hipertensi.
c. Anjurkan usila dengan hipertensi untuk mematuhi diet yang didapat dari Panti.
d. Lakukan pengukuran tekanan darah secara rutin minimal satu minggu sekali.
e. Anjurkan usila untuk minum obat sesuai dosis yang telah ditetapkan.
f. Lakukan pemeriksaan tekanan darah setelah usia mengkonsumsi obat hipertensi.
g. Kolaborasi dengan tim gizi (dapur) dalam pemberian diet pada usila dengan hipertensi. (Prinsip diet hipertensi terlampir).

4.3 Resiko terjadi trauma fisik/cedera (jatuh).
Tujuan : Terjaminnya keamanan bagi lansia yang dirawat di seluruh wisma.
Rencana Jangka Panjang
a. Sediakan sarana pengamanan bagi lansia, misalnya pegangan di jalan mendaki,  di kamar mandi, penghalang pada tepi tempat tidur.
b. Adanya pengawasan keamanan yang intensif dari petugas Panti.

Rencana Jangka Pendek
a. Sediakan sarana dan prasarana penunjang keamanan bagi lansia seperti alat bantu : tongkat, alas kaki dari karet dan keset yang menyerap air.
b. Dampingi klien yang beresiko saat melakukan aktivitas.
c. Modifikasi lingkungan yang sesuai bagi keamanan lansia.
a) Beri penerangan yang cukup (10 – 100 watt).
b) Pertahankan kondisi lantai agar tetap kering (tidak licin).
c) Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan lansia di samping lansia.
d) Tempat tidur tidak terlalu tinggi ( 50 cm dari lantai).
e) Jauhkan benda-benda yang berbahaya bagi lansia (klien terhindar dari benda yang membahayakan).

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah mahasiswa PSIK FK-UNAIR melaksanakan Praktek Klinik Keperawatan Gerontik di PSTW “Sejahtera“ Pandaan maka dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1. PSTW ”Sejahtera” Pandaan dalam proses berubah masih banyak keterbatasan antara lain, SDM, sarana dan prasarana serata hubungan lintas program dan lintas sektoral
2. Tersedianya Mesjid tempat kegiatan ibadah dan bimbingan spiritual
3. Pelayanan Kesehatan lansia masih kurang
4. Ada Tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan rasio lansia yang ada.
5. Dana Kesehatan yang dialokasikan untuk para lansia masih kurang

5.2 Saran
1. Perlu pengawasan dan perbedaan dalam penatalaksanaan menu terutama untuk lansia yang menderita penyakit tertentu misalnya tekanan darah tinggi.
2. Pelayanan kesehatan lansia perlu ditingkatkan dengan cara :
a. Pelayanan dari Puskesmas perlu diusulkan tidak saja bersifat kuratif, tetapi perlu juga pelayanan yang bersifat promotif dan preventif
b. Pelayanan keperawatan perlu diprioritaskan pada aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) meliputi : nmakan, minum, mandi, ganti pakaian, berdandan, dan toileting.
3. Pelayanan keperawatan terhadap lansia yang mengalami hipertensi :
• Observasi tanda vital (T/N/Rr/S)
• Kolaborasi tentang terapi dengan Medis / terapi yang didelegasikan
• Melaksanakan terapi keperawatan secara mandiri dan kolaboratif
4. Melaksanakan Health Education tentang perawatan mandiri dan cara hidup sehat bagi lansia baik secara individu maupun kelompok
5. Untuk jangka panjang perlu adanya penambahan fasilitas penunjang kesehatan (pegangan dikamar mandi) untuk kesehatan lansia keseluruhan dan optimalisasi balai pengobatan lansia yang dapat melayani lansia di Panti dan masyarakat umum disekitar Panti :
Perlu ditambahkan tenaga perawat di Panti dengan menghitung ratio : Jumlah lansia dengan perawat yang dibutuhkan
Perawat yang ada perlu mendapat / mengikuti pendidikan keperawatan berkelanjutan, mengingat tuntutan dan kebutuhan masyarakat masa kini

DAFTAR PUSTAKA

Capernito Lynda juall (1998), Buku Saku Diagnosa  Keperawatan  Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta

C. Long barbara (1996) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung

Darmojo dan Martono. (2000). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanju ). Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

Depkes RI. (2001). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Depkes RI. Jakarta.

Depkes dan Kesejahteraan Sosial. (2001). Acuan Umum Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Depkes & Kesejahteraan Sosial. Direktorat Jenderal Pelayanan Sosial. Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia. Jakarta.

Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa, EGC Jakarta

Wahyudi Nugroho (2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta

Lampiran
Kegiatan yang di Laksanakan dari Tanggal 17 Pebruari 2003 s/d 19 Maret 2003
Di Panti Sosial werdhaTresna Sejahtera Pandaan

1. Pengarahan dan orientasi dari pembimbing Panti dan akademik.
2. Melakukan pengkajian mengenai kondisi Panti dan penghuninya
3. Melakukan pemeriksaan pada usila meliputi : tekanan darah, nadi, respirasi, TB dan BB
4. Memberikan bantuan dalam pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) meliputi : memotong rambut, mencuci rambut, memotong kuku dan memandikan.
5. Menentukan masalah kesehatan di Panti
6. Membuat rencana strategi pemecahan masalah
7. Memberikan asuhan keperawatan kepada usila tentang kasus sesuai dengan masalah kesehatan usila
8. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi dan kesehatan lingkungan.
9. Membuat rencana strategi untuk pelaksanaan atau implementasi.
10. Mengikuti kegiatan lansia sesuai program Panti dan memberikan asuhan keperawatan pada lansia sesuai dengan kasus yang diberikan.
11. Koordinasi dengan pembimbing lahan atau Panti untuk pelaksanaan terapi kelompok.
12. Mempersiapkan pre-planing pelaksanaan kegiatan terapi kelompok dan permainan asah otak.
13. Melaksanakan terapi kelompok pada usila dengan permainan asah otak (cepat tepat dan TTS).
14. Memberikan penyuluhan tentang hidup sehat dan berguna di hari tua di masing-masing wisma.
15. Memberikan bimbingan mental (rohani) di Mesjid Panti dengan tema menyongsong hari esok dengan iman dan taqwa.

TEKA –TEKI SILANG

Nama  :
waktu :












Mendatar : Menurun :
1. Binatang pemakan rumput 1. Tempat air mengalir ke laut
5. Kepada (persamaan) 2. Sakit kepala
7. Makanan pokok 3. Itu lawan katanya
8. Kulit yang sangat tipis 4. Lawan sempit
11. Malu (jawa) 6. Kapal republik indonesia (disingkat)
12. Lawan besar 9. Inti nasional kencana (disingkat)
13 Negara tempat Ratu Elizabeth 10. Transportasi roda tiga

SATUAN ACARA PENYULUHAN




Pokok Bahasan : Hidup Sehat dan Berguna di Hari Tua
Sasaran             : Seluruh Lansia di masing-masing wisma
Waktu               : 20 menit
Hari / Tanggal  : Senin, 3 Maret 2003

I.   TUJUAN
Umum
Setelah diberi penyuluhan seluruh lansia memahami pentingnya hidup sehat dan berguna di hari tua sehingga dapat menikmati hari tua dengan bahagia, mandiri dan sejahtera.

Khusus
Setelah diberi penyuluhan semua lansia mampu :
1. Menjelaskan pengertian perubahan menjadi tua
2. Menyebutkan perubahan yang terjadi pada lanjut usia
3. Menyebutkan hal-hal baik yang dilakukan dalam menghadapi usia tua
4. Menjelaskan pentingnya perawaatn diri
5. Merawat kuku sendiri

II.   MATERI
1. Pengertian perubahan menjadi tua
2. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia
3. Reaksi dan sikap yang baik menghadapi hari tua
4. Pengertian, tujuan dan macam-macam perawatan diri
5. Cara perawatan diri.

III.  METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi

IV. MEDIA
1. Leaflet
2. Gunting kuku

V.   KEGIATAN PENYULUHAN
1. Pembukaan
• Memberi salam
• Menjelaskan tujuan penyuluhan.

2. Pengembangan
• Menjelaskan materi no. 1, 2, 3, dan 4
• Memberi kesempatan bertanya bila ada hal-hal yang kurang dimengerti
• Mendemonstrasikan cara memotong kuku yang baik dan benar.

3. Penutup
• Membuat kesimpulan materi penyuluhan
• Mengakhiri pertemuan dengan memberi salam

VI.   EVALUASI
1. Evaluasi Proses
Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif
2. Evaluasi Hasil
Penghuni wisma mengerti materi, tampak rapi dan bersih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar