BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ageing process dalam perjalanan
hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang
dikaruniai umur panjang, hanya lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada
masing-masing individu. Secara individu, pada usia di atas 60 tahun tejadi
proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental,
sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari
pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular
menjadi penyakit tidak menular atau akibat penuaan (degeneratif).
Penyebab kematian karena penyakit
jantung, pembuluh darah dan tuberkulosa pada saat ini menduduki urutan pertama
pada kelompok lanjut usia, selanjutnya kanker dan stroke (CVA). Oleh karena
peran serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan lanjut usia perlu dikembangkan
secara optimal.
Sebagai seorang perawat
professional dalam memberikan bantuan kepada lanjut usia melalui pendekatan
proses keperawatan perlu memperhatikan aspek pendekatan fisik, psikis, sosial
dan spiritual. Dalam hal ini memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan dan
perlindungan untuk pertolongan lanjut usia secara individu maupun kelompok
seperti di rumah / lingkungan keluarga, panti sosial Tresna Werdha maupun puskesmas
yang diberikan oleh perawat.
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik di harapkan
mampu menerapkan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami masalah
kesehatan.
2. Tujuan
khusus
Setelah menyelesaikan pengalaman
belajar klinik PSTW di harapkan mampu:
a. Mengidentifikasi
data yang sesuai dengan masalah kesehatan yang di hadapi oleh lanisa.
b. Merumuskan
diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah kesehatan yang di hadapi oleh
lansia.
c. Menyusun
rencana tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul.
d. Melaksanakan
rencana keperawatan yang telah di susun.
Memodifikasi rencana yang telah di susun agar dapat di
laksanakan oleh lansia sesuai dengan kemampuan lansia.
e. Mengevaluasi
pelaksanaan asuhan keperawatan.
f. Mendokumentasikan
asuhan yang telah di berikan secara benar.
C. Metodologi
Asuhan keperawatan ini menggunakan
metode diskriptif dalam bentuk studi kasus pada klien/ lansia yang mempunyai
masalah kesehatan di Panti sosial Tresna Werdha Pandaan. Adapun langkah
penulisan asuhan keperawatan yaitu:
1. Studi
pustaka dengan mempelajari literatur ilmiah yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan lanisa.
2. Studi
kasus dengan melakukan asuhan keperawatan pada lansia yang berada di panti
sosial Tresna Werdha, yang diawali dengan pengumpulan data fokus,
biopsikososial spiritual melalui wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi
data dan semua data yang menunjang untuk penegakan suatu diagnosa keperawatan.
Setelah data terkumpul, data dianalisis untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
Kemudian penulis memberikan intervensi secara langsung pada klien selama 5 hari
dan melakukan evaluasi pada hari terakhir.
BAB 2
Tinjauan Pustaka
A.
Konsep Lansia
1.
Pengertian lanjut Usia
Proses menua merupakan suatu yang
fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut
usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998
adalah 60 tahun.
2.
Teori tentang Proses menua
2.1.Teori Biologik
- Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
- Pemakaian dan Rusak
- Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh ,
suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Sad jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
- teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya
sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
- Teori radikal bebas
Tidak stabilnya redikal bebas
mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan
protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
2.2.Teori Sosial
a. Teori
ktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
b. Teori
Pembebasan
Dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
a) Kehilangan
peran
b) Hambatan
kontrol sosial
c) Berkurangnya
komitmen
c. Teori
Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup
seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi
lansia.
Pokok-pokok dari teori
kesinambungan adalah :
a) lansia
tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan,
akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang
harus dipertahankan atau dihilangkan
b) Peran
lansia yang hilang tak perlu diganti
c) Lansia
dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
2.3.Teori Psikologi
a. Teori
Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut
teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 1954). Kebutuhan ini memiliki
urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi,
mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b. Teori
individual jung
Carl Jung
(1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase
kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda,
usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego,
ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini
kepribadian digambarkan terhadap dunia luar
atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri
(introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap
individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental
3.
Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
3.1.Perubahan fisik
a.
Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih
besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b.
Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan,
lambat dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi
membran timpani, terjadinya pengumpulan
serum karena meningkatnya keratin
c.
Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul
sklerosis dan hlangnya respon terhadap
sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang
pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d.
Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan
menjadi kaku , kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah
berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningg.
e.
Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku
sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya
sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f.
Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga
menyebkan gizi buruk , indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput
lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas
saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g.
Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron
menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika
urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc
sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat
retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun.
Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,
elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang
dan menjadi alkali.
h.
Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua
produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate
(BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan
testosteron.
i.
Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat
kehilangan jaringan lemak, kulit kepala
dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung
menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j.
Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya
dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot
, sehingga lansia menjadi lamban
bergerak. otot kam dan tremor.
3.2.Perubahan Mental
faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama
perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan
umum
c. Tingkat
pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan
jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari
yang lalu
b. kenangan
jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak
berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal
b. Berkurangnya
penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
3.3.Perubahan Perubahan Psikososial
a. Pensiun
: nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan
dalam pekerjaan
b. Merasakan
atau sadar akan kematian
c. Perubahan
dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
4.
Patofisiologi
Proses menua
- Sidroma klinis berkaitan dengan seluruh otak
- Sindroma klinis umumnya berkaitan dengan teritorial pembuluh karotis
- Sindroma klinis utamanya berkaitan dengan teritorial pembuluh vertebrobasiler
Akibat :
- Apraxia, kaku otot,refleks meningkat dan tendensi u/condong kebelakang
- Gangguan jalan (gait)
- Demensia
- Inkontinensia
- Serangan otak sepintas(transient ischemic attack)
- Gangguan bicara, monoparesis, hemiparesis, hipestesi ataupun anestesi
- Jatuh, ataksia, nistagmus,pusing,mual-mual
Diabetes Mellitus,hiperlipidemia, hiperviskositas,Kelainan
jantung, koagulopati
Hypertensi
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan
mobilitas fisik
b. Gangguan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
c. Resiko
cedera
d. Resiko
terjadi stroke
B.
Konsep Penyakit Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya
tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi 90
mmHg.
2. Etiologi
Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam
faktor antara lain:
- Kelelahan - Proses penuaan
- Keturunan - Diet yang tidak seimbang
- Stress - Sosial budaya
Akibat/ komplikasi dari penyakit
hipertensi:
Gagal jantung, gagal ginjal,
stroke (kerusakan otak), kelumpuhan.
3. Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah
jantung dan tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya
normal. Kelainannya terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan
perifer ini disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot
polos pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka
akan dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol
berupa penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya
hipertropi dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak
mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat
dengan adanya sklerosis koroner.
4. Tanda
dan gejala
-
Sakit kepala
-
Perdarahan hidung
-
Vertigo
-
Mual muntah
-
Perubahan penglihatan
-
-Kesemutan pada
kaki dan tangan
-
Sesak nafas
-
Kejang atau koma
-
Nyeri dada
5.Pencegahan
a.
Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara
lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis
keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
1. Mengatur
diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2. Dilarang
merokok atau menghentikan merokok.
3. Merubah
kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4. Melakukan
exercise untuk mengendalikan berat badan.
b.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan
bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:
-
Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik
dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
-
Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat
terkontrol secara normal dan stabil mungkin.
-
Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang
lain harus dikontrol.
-
Batasi aktivitas.
C. Asuhan
Keperawatan
1
Pengkajian
-Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas
pendek, gaya hidup monoton
Tanda: Frekwensi jantung
meningkat, perubahan irama jantung
-
Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi,
penyakit jantung koroner.
Tanda: Kenaikan tekanan darah,
tachycardi, disarythmia.
-
Integritas Ego
Gejala: Ancietas, depresi, marah
kronik, faktor-faktor stress.
Tanda: Letupan suasana hati,
gelisah, otot mulai tegang.
-
Eliminasi
Riwayat penyakit ginjal,
obstruksi.
-
Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai
(tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat
badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda:
Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
-
Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing berdenyut,
sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses
berpikir,memori, perubahan retina optik.
Respon motorik: penurunan kekuatan
genggaman tangan.
-
Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: Angina, nyeri hilang
timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
-
Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan
dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat
merokok.
Tanda:
Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.
-
Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi, cara
brejalan.
5. Fisiologis/fisik
1. Stratus
gizi
IMT = Kg BB normal laki
laki = 18 -25
(TB)2 wanita = 17 – 23
2. Intake
cairan dalam 24 jam
-
Kondisi kulit
-
Kondisi bibir , mukosamulut, gigi
-
Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya
-
Evaluasi kemampuan penglihatan , pendengaran dan mobilitas
-
Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan
sistem digestif, nafsu makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, rasa dan
aroma
-
Kebiasaan waktu makan ( 2 –3 X sehari, snak dll)
6. Psikososial/afektif
1
Kebiasaan saat makan ( makan sendiri, sambil nonton
TV,dll)
2
situasi lingkungan(kapasitas penyediaan makanan,
pengolahan dan penyimpanan makanan)
3
sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola
nutrisi dan eleminasi
4
Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi
7. Pemeriksaan
tambahan/laborat
Analisa darah
:
Kreatinin : indekz
massa otot
Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit,
dalam kekebalan seluler, enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur
jaringan
-
Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas).
-
BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
-
Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
-
Kalsium serum
-
Kalium serum
-
Kolesterol dan trygliserid
-
Px tyroid
-
Urin analisa
-
Foto dada
-
CT Scan
-
EKG
Prioritas keperawatan:
-
Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
-
Mencegah komplikasi.
-
Kontrol aktif terhadap kondisi.
-
Beri informasi tentang proses/ prognose dan program
pengobatan.
Pohon Masalah
Dx Kep
Gangguan mobilitas
fisik.Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, resiko cedera, resiko stroke,
resiko stroke berulang
Monoparase,hemiparase
hemistesia/anestesia
Hipertensi/hipotensi
Intolerasi aktifitas
Nyeri akut
Gangguan
mobilitas fisik
Labilitas teknan darah
Faktor Menua
1.
Resistensi pembuluh darah perifer
2.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah
3.
Katup jantung menebal/kaku
5.Kemungkinan Diagosa Keperawatan
1) Intoleran
aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan O2.
Tujuan/ kriteria:
-
Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/
diperlukan.
-
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang
dapat diukur.
-
Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi
fisiologi.
Intervensi:
-
Kaji respon terhadap aktifitas.
-
Perhatikan tekanan darah, nadi selama/ sesudah istirahat.
-
Perhatikan nyeri dada, dyspnea, pusing.
-
Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal:
menggunakan kursi saat mandi, sisir rambut.
-
Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan.
-
Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri
secara bertahap jika dapat ditoleransi.
-
Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.
2) Nyeri
(akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Hasil yang diharapkan: melapor
nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.
Intervensi:
-
Pertahankan tirah baring selama fase akut.
-
Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan
nyeri seperti pijat punggung, leher, tenang, tehnik relaksasi.
-
Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan nyeri kepala,misal: membungkuk, mengejan saat buang air besar.
-
Kolaborasi dalam pemberian analgetika, anti ancietas.
3) Kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder
terhadap kerusakan neuron motorik atas.
Kriteria:
Klien akan menunjukkan tindakan
untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi:
1) Ajarkan
klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang tidak
sakit pada sedikitnya empat kali sehari.
R/ Rentang
gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki
fungsi jantung dan pernafasan.
2) Lakukan
latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai empat kali
sehari. Lakukan latihan dengan perlahan untuk memberikan waktu agar otot rileks
dan sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi untuk mencegah regangan pada
sendi dan jaringan.
R/ Otot
volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak digunakan. Kontraktur
pada otot fleksor dan adduktor dapat terjadi karena otot ini lebih kuat dari
ekstensor dan abduktor.
3) Bila
klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.
R/ Mobilitas
dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat menyebabkan
kontraktur permanen.
4) Siapkan
mobilisasi progresif.
R/ Tirah
baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah tiba-tiba (hipotensi orthostatik) karena darah kembali ke sirkulasi
perifer. Peningkatan aktivitas secara bertahap akan menurunkan keletihan dan
peningkatan tahanan.
5) Secara
perlahan bantu klien maju dari ROM aktif ke aktivitas fungsional sesuai
indikasi.
R/ Memberikan dorongan pada
klien untuk melakukan secara teratur.
4) Resiko
tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik
atau persepsi.
Kriteria hasil:
-
Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko
terhadap cedera.
-
Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.
-
Meminta bantuan bila diperlukan.
Intervensi:
1)
Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
R/ Membantu menurunkan cedera.
2)
Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah
ajarkan klien untuk melakukan:
-
Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum
digunakan.
-
Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak
terdeteksi.
-
Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit
dilemaskan dengan lotion emoltion.
R/ Kerusakan
sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.
3) Lakukan
tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu.
R/ Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat
meyebabkan regangan atau jatuh.
4) Anjurkan
klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
R/ Klein
dengan masalah mobilitas, memerlukan pemasangan alat bantu ini dan
DAFTAR PUSTAKA
Capernito Lynda juall ( 1998), Buku
Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta
C. Long barbara ( 1996) Perawatan
Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung
Donges Marilyn E (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa, EGC Jakarta
Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan
Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta
R.Boedhi Darmojo dkk. (1999), Geriatri, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar