Minggu, 17 Maret 2013

Penanganan preeklamsia

promo promo promo ::::::::::::
suplemen herbal tinggi kalsium
calcium nhcp tinggi badan
harga 170.000

Tujuan dasar penatalaksanaan unutk setiap kehamilan dengan penyulit preeklamsia adalah (Cunningha, 2006) :
1. Mencegah terjadinya preeklamsia berat dan eklamsia.
2. Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan janinnya.
3. Melahirkan janin hidup
4. Pemulihan sempurnah bagi kesehatan ibu.
Penanganan preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik di tunjukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus (Manuaba, 1998). Sedangkan menurut Angsar (2005) penatalaksanaan dibagi atas tingkatan preeklampsia itu sendiri, yaitu preeklampsia ringan, preeklampsia berat, eklampsia dan sindrom HELLP (haemolysis, elevated livr enzymes and low platelet).
1 preeklampsia Ringan
a. Kriteria diagnostik adalah:
1) Tekanan darah : > 140 /90 mmHg - < 160/110 mmHg. Kenaikan tekanan sistolik > 30 mmHg dan kenaikan desakan diastolik > 15 mmHg, tidak dimasukkan dalam kriteria diasnostik preeklampsia, tetapi perlu observasi yang cermat.
2) Proteinuria : > 300 mg/24 jam jumlah urine atau dipstick : >+1
3) Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diasnostik kecuali anasarka.
b. Pengelolaan preeklampsia ringan dapat secara rawat jalan (ambulatoir) dan juga rawat inap (hospitalisasi).
1) Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir)
a) Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di Indonesia tirah baring masih di perlukan
b) Diet regular : tidak perlu diet khusus
c) Vitamin prenatal
d) Tidak perlu pembatasan konsumsi garam
e) Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativum
f) Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu
c. Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi)
1) Indikasi preeklampsia ringan dirawat inap (hospitalisasi)
a) Hipertensi yang menetap selama > 2 minggu
b) Proteinuria menetap selama > 2 minggu
c) Hasil tes laboratorium yang abnormal
d) Adanya gejala atau tanda 1 (satu)atau lebih preeklampsia berat
2) Pemeriksaan dan monitoring pada ibu
a) Pengukuran tekanan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur
b) Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen
c) Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit dan penimbangan dilakukan setiap hari
d) Pengamatan dengan cermat gejala preeklampsia dengan impending eclampsia : nyeri kepala frontal atau oksipital, gangguan visus, nyeri kuadran kanan atas, nyeri epigastrium
3) Pemeriksaan laboratorium
a) Proteinuria dengan dipstick pada waktu masuk dan sekurangnya diikuti 2 hari setelahnya
b) Hematokrit dan trombosit : 2x seminggu
c) Tes fungsi hepar 2 x seminggu
d) Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat, dan BUN
e) Pengukuran produksi urine setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter tetap)
4) Pemeriksaan kesejahteraan janin
a) Pengamatan gerakan janin setiap hari
b) Nonstress test (NST) 2 x seminggu
c) Profil biofisik janin, bila NST nonreaktif
d) Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG, setiap 3-4 minggu
e) Ultrasound Doppler arteria umbilikalis, dan arteria uterine

d. Terapi medikamentosa
Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar, bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda preeklampsia dan umur kehamilan  > 37 minggu, ibu masih perlu diobservasi  selama 2-3 hari kemudian boleh dipulangkan.
e. Pengelolaan obstetrik
Pengelolaan obstetrik tergantung umur kehamilan
1) Bila penderita tidak inpartu :
a) Umur kehamilan < 37 minggu. Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm.
b) Umur kehamilan > 37 minggu
Kehamilan dipertahankan sampai timbul permulaan partus
Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan dapat di pertimbangkan dilakukan induksi persalinan
2) Bila penderita sudah inpartu :
Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan Partograf Friedman atau Partograf WHO.
3) Konsultasi
Selama dirawat di rumah sakit dilakukan konsultasi pada :
(a) Bagian penyakit mata,
(b) Bagian panyakit jantung, dan
(c) Bagian lain atas indikasi
2 preeklampsia berat
a. kriteria diaguostik adalah :
1) Tekanan darah : pasien dalam keadaan istirahat tekanan sistolik >  160 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg
2) Proteinuria : > 5 g/jumlah urine selama 24 jam atau dipstick : +4
3) Oliguria : produksi urine < 400-500 ml/24 jam
4) Kenaikan kreatinin serum
5) Edema paru dan sianosis
6) Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan  abdomen, disebabkan teregangnya kapsula Glisone. Nyeri dapat sebagai gejala awal ruptura hepar.
7) Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepala, skotomata, dan pandangan kabur.
8) Gangguan fungsi hepar : peningkatan alaline atau aspartate amino transferase
9) Hemolisis mikroangiopatik
10) Trombositopenia : < 100.000 / ml
11) Sindroma HELLP (haemolysis, elevated  liver  enzymes                                                and low platelet)
b. Pembagian preeklampsia berat
Preeklampsia berat dapat di bagi dalam beberapa kategori :
1) Preeklampsia berat tanpa impending eclampsia
2) Preeklampsia berat dengan impending eclampsia, dengan gejala-gejala impending :
a) Nyeri kepala
b) Mata kabur
c) Mual dan muntah
d) Nyeri epigastrium
e) Nyeri kuadran kanan atas abdomen
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah rutin,
2) Urin rutin,
3) Kimia darah

d. Dasar pengelolaan preeklampsia berat
Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan dasar sebagai berikut :
1) Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya : yaitu terapi medikamentosa dengan pemberian obat-obatan untuk penyulitnya (Angsara, 2008)
a) Segera masuk rumah sakit
b) Tirah baring miring ke kiri secara intermiten
c) Infus ringer laktat atau ringer dextrose
d) Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang
e) Pemberian antihipertensi, diberikan bila tekanan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik >110 mmHg. Obat antihipertensi yang di gunakan : Hidralazin, labetalol, nifedipin, sodium nitroprusid, diazoxide , metildopa, nitrogliserin, clonidin.
f) Pemberian diuretik bila ada indikasi edema, gagal jantung kongestif, dan edema paru.
g) Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang berlebihan.
2) Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya yang tergantung pada umur kehamilan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar