Sabtu, 16 Maret 2013

ASKEP KOMUNITAS LAPORAN BAB 2 DESA DENGKOL SINGOSARI MALANG

promo promo promo ::::::::::::
suplemen herbal tinggi kalsium
calcium nhcp tinggi badan
harga 170.000

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Komunitas Keperawatan
1.1  Pengertian Komunitas Keperawatan
            Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah lain berinteraksi. Kesehatan hidup manusia yag berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terlihat oleh suatu rasa identitas (KoentjaraNingrat:1990)
Masyarakat atau komunitas adalah bagian masayarakat yang bertempat tinggal disuatu wilayah (dalam arti geografi) dengan batas-batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih lebih besar dari anggota-anggotanya, dibanding dengan batas wilayahnya (Soejono, Soekanto:1992).

1.2  Ciri – Ciri Komunitas
Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat itu memiliiki ciri-ciri:
1)             Interaksi sesama masyarakat
2)             Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu
3)             Saling bergantung satu dengan yang lain
4)             Memilliki adat-istiadat tertentu/ budaya
5)             Memiliki identitas bersama

1.3  Ciri-ciri Masyarakat Indonesia
Dilihat dari sektor sosial dan kebudayaan masyarakat indonesia dibagi dalam tiga kategori dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)        Masyarakat desa
1.             Hubungan keluarga dan masyarakat sangat baik
2.             Hubungan didasarkan pada adat istiadat yang kuat sebagai organisasi sosial
3.             Percaya pada kekuatan-kekuatan gaib
4.             Tingakat buta huruf relatif tinggi
5.             Berlaku hukum tidak tertulis yang intinya diketahui dan dipahami oleh setiap orang
6.             Tidak ada lembaga pendidikan khusus, teknologi diwariskan oleh orang tua langsung kepada keturunannya
7.             Sistem ekonomi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan lainnya dan uang berperan sangat terbatas
8.             Semangat gotong royong dalam bidang sosial dan eonomi sangat kuat.
b)        Masyarakat madya
1.             Hubungan keluarga masih sangat kuat dan hubungan masyarakat milai mengendur
2.             Adat istiadat masih dihormati dan sikap masyarakat mulai terbuka terhadap pengaruh luar
3.             Timbul rasionalitas pada cara berfikir, kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan goib mulai berkurang dan mulai timbul kembali apabila kehabisan akal
4.             Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama pendidikan dasar dan menengah
5.             Tigakat buta huruf mulai menurun
6.             Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis
7.             Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah produksi pasaran, sehingga menimbulkan deferensiasi dalam struktur masyarakat karenanya uang semakin meningkat penggunaannya
8.             Gotong royong tradisional tinggal untuk keperluan sosial di kalangan kelurga dan tetangga dan kegiatan-kagitan umum lainnya didasarkan pada upah
c)        Masyarakat modern
1.             Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi
2.             Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka  dalam suasana saling mempengaruhi
3.             Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4.             Strata masyarakat di golongkan menurut ilmu dan keahlian yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga ketrampilan dan kejuruan
5.             Tingkat  pendidikan formal tinggi dan merata
6.             Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks
7.             Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya.

1.4  Ciri-ciri Masyarakat sehat
a)      Peningkatan kemampuan masayarakat untuk hidup sehat
b)      Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehaan terutama untuk ibu dan anak
c)      Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama pennyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatan mutu lingkungan hidup
d)     Peningatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningakatan status ssosial masyarakat
e)      Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit

1.5  Indikator Masyarakat Sehat
Menurut WHO beberapa indikator dari masyarakat sehat adalah:
1.   Keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat meliputi :
a.       Indikator Komprehensif
1)      Angka kematian kasar menurun
2)      Rasio angka mortalitas proporsional rendah
3)      Umur harapan hidup meningkat
b.      Indikator spesifik
1)      Angka kematian ibu dan anak menurun
2)      Angka kematian karena penyakit menular menurun
3)      Angka kelahiran menurun
2.      Indikator pelayanan kesehatan
a)   Ratio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang
b)   Distribusi tenaga kesehatan merata
c)   Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur rumah sakit, fasilitas kesehatan lain dan sebagainya
d)  Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan diantaranya rumah sakit, PMKS, rumah bersalin.
1.6  Asumsi Dasar Keperawatan Komunitas

a.         Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
b.         Pelayanan kesehatan berfokus pada tiga level prevensi: primer, sekunder, dan   tersier
c.         Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan dengan menggunakan  pendidikan & penelitian/evidence based practice termasuk
d.         Keunikan budaya setempat sebagai landasan praktik keperawatan
fokus pada keperawatan primer
1.7 Tujuan Keperawatan Komunitas
1.      Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui:
2.      Pelayanan keperawatan langsung pada aggregate atau komunitas
3.             Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, kelompok/komunitas dan sebaliknya.

1.8 Prinsip-Prinsip Dasar Etik Keperawatan Komunitas
1.      Kemanfaatan (beneficence)
2.      Tidak merugikan/mencelakakan (Nonmaleficence)
3.      Otonomi (Autonomy)
4.      Kesetiaan dan kejujuran (Fidelity & Veracity)
5.      Keadilan
6.      Akontabel (Accountability)
1.9 Fase-Fase Pengembangan Kelompok
1.      Orientasi : kaji tujuan anggota bergabung di dalam kelompok….
2.      Conflict : anggota kelompok tertarik utk mengontrol isu-isu….
3.              Kohesif (Cohesion) : anggota mulai menyadari waktu terus berjalan dan pekerjaan hrs diselesaikan
4.      Kerja (working): secara nyata melakukan tugas masing-masing
5.      Terminasi : tugas sudah selesai mencapai tujuan
1.10 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
1.      Proses kelompok
2.      Pendidikan keperawatan
3.      Intervensi professional keperawatan
4.      Kemitraan/kerjasama
5.      Pemberdayaan (empowerment) 
1.11 Peran Perawat Dalam Keperawatan Komunitas
1.      Pemberi yan kep/clinician
2.      Pendidik/penyuluh (educator)
3.      Pengelola/manajer kasus/ change agent
4.      Konselor /counselor
5.      Fasilitator/Kolaborator
6.      Advokat klien (advocate)
7.      Peneliti
8.      Penemu kasus di komunitas
9.      Discharge planner
10.  Role model

2. Konsep Dasar MMD ( Musyawarah Masyarakat Desa)
            Musyawarah masyarakat desa termasuk kedalam tahapan pengorganisasian masyarakat. Dimana pengorganisasian masyarakat terdiri atas 3 aspek penting, yaitu :
Proses
Masyarakat
Memfungsikan masyarakat
Tahapan pengorganisasian masyarakat menurut (Sasongko, Adi : 1978) menyebutkan langkah-langkah dalam pengorganisasian masyarakat sebagai berikut :
a.       Persiapan sosial :
Pengenalan masyarakat
Pengenalan masalah
Penyadaran masyarakat
b.      Pelaksanaan
c.       Evaluasi
d.      Perluasan
2.1 Pengertian
MMD adalah pertemuan perwakilan warga desa untuk membahas hasil Survei Mawas Diri (SMD) dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD (Wrihatnolo, 2007).
2.2 Tujuan MMD
Masyarakat mengenal masalah kesehatan diwilayahnya
a. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui pelaksanaan desa siaga dan poskesdes.
b. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan, melaksanakan desa siaga dan poskesdes.

2.3 Peserta MMD’
MMD harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas Puskesmas, dan sektor terkait di tingkat desa dan kecamatan (seksi-seksi pemerintahan dan pembangunan, BKKBN, Pertanian, Agama, dan lain-lain).

2.4 Pola penyelenggaraan MMD
Susunan tempat duduk sebaiknya berbentuk lingkaran (round table), tidak ada peserta membelakangi peserta yang lainnya, komposisi jangan seperti diruangan kelasPimpinan pertemuan duduk sederetan, setara dan berada diantara para peserta, tidak memisah atau duduk dikursi istemewaDuduk tidak harus selalu dikursi, boleh juga dilantai diatas tikar/permadani/matras.
2.5 Suasana MMD
Ciptakan suasana kekeluargaan yang akrab jangan cipatakan suasana formal dengan meja yang ditata seperti dimeja persidangan.


2.6 Waktu MMD
Mulailah tepat waktu, sesuai dengan rencana & jadwal , jangan sampai peserta menungguYang mengundang hadir terlebih dahulu, jangan terlambat.
2.7 Peran Ketua MMD
Mengarahkan pembicaraan agar jangan menyimpang dari arah yang ditetapkan.Menjadi penengah jika terjadi perselisihan pendapat dalam pembicaraan.Mengatur lalu-lintas pembicaraan diantara sesama pesertaKetua harus selalu berusaha memotivasi setiap pesertaKetua jangan terlalu banyak berbicara, ketua sebaiknya lebih banyak memandu,Ketua harus sabar, tidak emosional bila ada hal-hal yang menjengkelkan,Ketua harus jeli, cerdik dan segera bisa menangkap apa yang dimaksud oleh peserta,Setiap pendapat harus dihargai, jangan memaksakan kehendak untuk disetujui, Semua keputusan harus berdasarkan musyawarah, bukan paksaan,Ketua harus selalu memantau kepada bahasa tubuh, ekspresi, gerak-gerik peserta, apakah mereka kelihatan bosan/jengkel mendengarkan , bila perlu diselingi dengan gurauan untuk mencairkan (Ice Breaker)Bila ada hal-hal tekhnis yang kurang jelas, terutama tentang masalah/info yang berkaitan dengan kesehatan, dapat meminta kejelasan / penjelasan dari dokter Puskesmas / stafnya.

2.8 Langkah-langkah Penyelenggaraan MMD

A.    Persiapan :
·         Kader menyiapkan hasil analisis yang ditulis dalam lembar balik
·         Kader membantu kepala desa menyimpulkan acara, tata ruangan dan perlengakapan
·         Kader memotivasi atau mengajak para Tomas, Toga, pimpinan  Ormas yang ada didesa itu untuk hadir dalam MMD, agar dapat membantu memecahkan masalah bersama-sama
·         Mengajak kader-kader didesa tersebut yang lainnya untuk ikut hadir
B.     Proses
Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD
Dipimpin oleh Kades
Pengenalan masalah kesehatan dipimpin oleh bidan
 Menyajikan hasil SMD oleh kelompok SMD
Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan masalah dan hasil SMD
Rekomendasi teknis dari bidan
Penyusunan rencana pelaksana kegiatan dipimpin oleh Kades
Penutup
C.    Tindak lanjut
Kader membantu Kades menyebarkan hasil musyawarah tentang rencana kerja penanggulangan masalah dan membantu menindak lanjuti untuk kegiatan-kegiatan
Selanjutnya, mencari calon Kader baru, pelatihan Kader dan pelaksanaan kegiatan
D.    Tindak lanjut rencana kerja hasil MMD
Latihan Kader
Melaksanakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan
Memantau atau memonitor hasil kegiatan
Memotivasi warga agar kegiatan dibidang kesehatan dapat dikembangkan baik lokasinya maupun jenis kegiatannya
3. Konsep Dasar Medis
A. Defenisi.
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur klain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik termasuk penyakit jaringan ikat.
Klasifikasi.
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1. Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
4. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.

B. OSTEOARTRITIS
1. Defenisi
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.
Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD,1997).Atau gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).
Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
d. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

2. Patofisiologi
Osteoarthritis dapat dianggap sebagai hasil akhir banyak proses patologi yang menyatu menjadisuatu predisposisi penyakit yangmenyeluruh. Osteoarthritis mengenai kartiloago artikuler, tulang subkondrium ( lempeng tulang yang menyangga kartilago artikuler) serta sinovium dan menyebabkan keadaan campuran dari proses degenerasi, inflamasi, serta perbaikan. Proses degeneratif dasar dalam sendi telah berkembang luas hingga sudah berada diluar pandangan bahwa penyakit tersebut hanya semata-mata proses “aus akibat pemakaian” yang berhubungan dengan penuaaan.
Factor resiko bagi osteoarthritis mencakup usia, jenis kelamin wanita, predisposisi genetic, obesitas, stress mekanik sendi,trauma sendi, kelainan sendi atau tulang yang dialami sebelumnya, dan riwayat penyakit inflamasi, endokrin serta metabolic. Unsure herediter osteoarthritis yang dikenal sebagai nodal generalized osteoarthritis ( yang mengenal tiga atau lebih kelompoksendi) telah dikomfirmasikan. Tipe osteoarthritis ini meliputi proses inflamasi primer. Wanita pascamenopause dalam keluarga yang sama ternyata memiliki tipe osteoarthritis pada tangan yang ditandai dengan timbulnya nodus pada sendi interfalang distal dan proksimal tangan.
Gangguan congenital dan perkembangan pada koksa sudah diketahui benar sebagai predisposisi dalam diri seseorang untuk mengalami osteartritis koksa. Gangguan ini mencakup sublokasi-dislokasi congenital sendi koksa,displasia, asetabulum, penyakit Legg-Calve-Perthes dan pergeseran epifise destroyed femoris. Obesitas memiliki kaitan dengan osteoarthritis sendi lutut pada wanita. Meskipun keadaan ini mungkin terjadi akibat stress mekanik tambahan, dan ketidaksejajaran sendi lulut terhadap bagian tubuh lainnya karena diameter paha, namun obesitas dapat memberikan efek metabolic langsung pada kartilalago. Secara mekanis,obesitas dianggap meningkatkan gaya sendi wet arena itu menyebabkan generasi kartilago. Teori bourgeois metabolic yang berkaitan dengan danmenyebabkan osteoarthritis. Obesitas akan disertai dengan peningkatan masa tulang subkondrium yang dapat menimbulkan kekakuan pada tulang sehingga menjadi kurang lentur terhadap dampak beban muatan yang akan mentrasmisikan lebih besar gaya pada kartilago artikuler yang melapisi atasnya dan dengan demikian memuat tulang tersebut lebih rentan terhadap cidera.
Factor-faktor mekanis seperti trauma sendi, aktivitas olahraga dan pekerjaan juga turut terlibat. Factor-faktor ini mencakup kerusakan pada ligamentum krusiatum dan robekan menikus, aktivitas fisik yang berat dan kebiasaan ser berlutut.

3. Menifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan

4. Penatalaksanaan
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.

b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikularmemegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.


g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
1. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : kekakuan pada pagi hari.
Keletihan
Tanda: Malaise
Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot
2. KARDIOVASKULER
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
3. INTEGRITAS EGO
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan
Keputusasaan dan ketidak berdayaan
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan pada orang lain
4. MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat : mual.
Anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda: Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa
5. HIGIENE
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang lain.

6. NEUROSENSORI
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda: Pembengkakan sendi
7. NYERI / KENYAMANAN
Gejala: fase akut dari nyeri
Terasa nyeri kronis dan kekakuan
8. KEAMANAN
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. INTERAKSI SOSIAL
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi

B. ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.      kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan   intensitas (skala 0 – 10).
2.      Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
3.      berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
4.      biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
5.      dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
6.      anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi
7.      berikan masase yang lembut


kolaborasi
8.      Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat.

-Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.

-Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
-Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
- Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
-Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi
-Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari.
-Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
-Meningkatkan relaksasi / mengurangi tegangan otot
-Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi


Diagnosa 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI
RASIONAL
Ø Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
Ø Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
Ø Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
Ø Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
Ø Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.
üUntuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
üMeningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
üMemaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.

üMenghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
ü Untuk menekan inflamasi sistemik akut.

Diagnosa 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Kriteria Hasil : Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI
RASIONAL
Ø Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil
Ø Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam  lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.
ü Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.





ü Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi,



Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
INTERVENSI
RASIONAL
Madiri
Ø Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan biasanya dan perubahan yang terjadi.
Ø Berikan tempat tidur yang nyaman

Ø Instruksikan tindakan relaksasi

Ø Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.
Ø Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin.

Ø Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapi

Kolaborasi
Ø Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi

üMengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
ü Meningkatkan kenyamaan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis
ü Membantu menginduksi tidur

ü Meningkatkan efek relaksasi


ü Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk membantu mengubah posisi
ü Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun.

ü Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.

Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeri
Kriteri Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas per awatan sendiri secara mandiri
. INTERVENSI
RASIONAL
Ø Kaji tingkat fungsi fisik

Ø Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan
ØKaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri,
Ø Identifikasikasi untuk perawatan yangdiperlukan, misalnya; lift, peninggian dudukan toilet, kursi roda
üMengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan
üMendukung kemandirian fisik/emosional
ü Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
ü Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri

Implementasi
            Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan dan di lakukan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pemahaman dan penerimaan penanganan, pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi social, dan upaya komplikasi.

Evaluasi
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil yang di harapkan :
Ø  Mengalami peredaan nyeri
Ø  Tampak tenang dan bebas dari ansietas
Ø  Memperhatikan aktifitas perawatan diri secara efektif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar