Minggu, 17 Maret 2013

KARYA TULIS ILMIAH KEPERAWATAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Data demografi menunjukan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat menujukan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok umur 10-19 tahun adalah 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Soetjiningsih, 2007:1).
Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Datangnya haid pertama (menarche) dapat menimbulkan reaksi yang positif maupun negatif bagi remaja perempuan. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapat informasi tentang akan datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi maka akan merasakan pengalaman yang negatif. Kematangan seksual yang terlalu cepat atau lambat juga dapat mempengaruhi kehidupan psikososialnya, yaitu status mereka di dalam kelompok sebayanya.
Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya, mulai muncul kecemasan-kecemasan dan pertanyaan-pertanyaan seputar menstruasi, mimpi basah, ukuran buah dada, penis dan lain sebagainya. Selain tertarik kepada dirinya juga muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis, walaupun masih disembunyikan, karena itu mereka menyadari masih terlalu kecil untuk berpacaran.
Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-kesulitan yang membutuhkan suatu keterampilan untuk mengatasinya. Pada masa remaja mereka dihadapkan pada dua tugas utama, yaitu: mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua, membentuk identitas untuk tercapainya integritas diri dan kematangan pribadi.
Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari lingkungan dan ikatan dengan orang tua karena mereka ingin mencari identitas diri. Erikson mengatakan bahwa pada saat memasuki usia remaja, remaja akan dihadapkan pada suatu pertanyaan yang sangat penting yaitu tentang “Siapa aku?”. Dengan demikian remaja harus berusaha menemukan jawabannya baik untuk dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya (Soetjiningsih, 2007: 45-48).
Masa remaja adalah masa yang penting karena merupakan masa peralihan kemasa dewasa. Berbagai masalah dan perubahan-perubahan baik fisik, biologik, psikologik maupun sosial, harus dihadapi remaja dalam perjalanan hidupnya menuju masa dewasa. Dalam pada masa itu mereka menjadi tanggungjawab orang tua dan dewasa lainya dalam masyarakatnya sampai dia dewasa dan dapat mandiri (Moersintowarti, 2008: 169).
Timbulnya masalah pada remaja disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, yang terjadi pada masa remaja. Secara garis besar, faktor tersebut adalah adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat pada masa remaja yang akan memberikan dorongan tertentu yang sifatnya sangat kompleks, orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu, karena ketidaktahuannya serta membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan teknologi menyebabkan banjirnya arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi (Moersintowati, 2008:173).
Orang tua merupakan faktor penentu keberhasilan program pembinaan kesehatan remaja atau siswa, karena orang tua yang paling dekat dengan siswa. Penyuluhan secara langsung melalui media massa, koran, majalah, TV maupun radio, dan ceramah di sekolah.
Program yang dapat diberikan adalah penyuluhan bagi orang tua siswa salah satunya mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Selain orang tua, guru adalah ujung tombak pelaksanaan pelayanan kesehatan siswa di sekolah, maka perlu diberikan pelatihan khusus bagi mereka agar dapat membantu melaksanakan berbagai kegiatan tertentu, misalnya: pengamatan (Observasi). Pengamatan siswa secara sepintas lalu, misalnya : keadaan umum murid, baik keadaan penampilan umum atau kebersihan diri dan kebiasaan perilaku hidup sehat siswa sehari-hari, apakah ada siswa yang prilakunya menyimpang, apakah ada siswa yang mempunyai masalah baik kesehatan maupun psikososialnya, dll (Moersintowarti, 2008: 206).
Pada studi pendahuluan yang dilakukan penulis di SD Ardimulyo Singosari Malang didapatkan bahwa program kesehatan reproduksi remaja belum terlaksana di SD tersebut. Karena itu belum ada kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua siswa dalam melakukan pendidikan kesehatan reproduksi terhadap siswa, termasuk di dalamnya adalah upaya mempersiapkan masa pubertas pada siswa kelas 6 SD Ardimulyo Singosari Malang.
B. Perumasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
“Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya di SD Ardimulyo Singosari Malang?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui karakteristik responden.
b. Mengetahui pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja.
c. Mengetahui upaya yang dilakukan ibu mempersiapkan anak memasuki masa pubertas.
d. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Memberikan tambahan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja, khususnya dalam mempersiapkan anak memasuki masa pubertas.
2. Bagi Ibu (Subjek Penelitian)
Sebagai bahan masukan dan meningkatkan kesadaran dalam upaya mempersiapkan anaknya memasuki masa pubertas.
3. Bagi Institusi Pendidikan (SD)
Mengetahui keadaan kesehatan reproduksi siswanya dan hal yang melatarbelakangi (termasuk peran orang tua) sehingga dapat menentukan arah kebijakan dalam melaksanakan program kesehatan reproduksi remaja (KKR) di sekolah.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka.
1. Pengetahuan.
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Objek dalam pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra raba, rasa, penglihatan pendengaran dan penciuman. Karena itu pengetahuan dimungkinkan didapat dari berbagai sumber dan pengalaman. Dalam teori Bloom dikenal adanya enam tingkatan dalam pengetahuan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Untuk mengukur tingkatan kognitif ini dipergunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehention)
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya. Pada tingkatan ini, individu yang bersangkutan harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadapmateri atau substansi yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang depelajari berupa hukum-hukum, rumus, metode,dan sebagainya pada kondisi nyata.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen dalam struktur organisasi tersebut, yang terkait satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis atau formulasi menunjukkan kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu objek atau materi. Evaluasi ini dilaksanakan pada kriteria yang telah ada atau kriteria yang disusun yang bersangkutan.
Pengetahuan dapat disimpulkan sebagai pandangan subjek terhadap adanya stimuli yang di indra, kemudian diadopsi oleh subjek yang akan mempengaruhinya dalam bersikap dan mengambil keputusan. Pengetahuan kesehatan sebagai hasil dari pendidikan kesehatan akan berpengaruh pada pelaku kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi.
2. Kesehatan Reproduksi
Menurut UU No 23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Menurut WHO Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Dengan demikian kesehatan reproduksi dapat diartikan pula sebagai suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu mejalani fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman, termasuk mendapat keturunan yang sehat. Kesehatan reproduksi remaja ( Adolescence Reproduksi Health) adalah upaya kesehatan reproduksi yang dibutuhkan oleh remaja (Sujardi, 2002: IX).
Remaja merupakan kelompok usia tertentu yang defenisinya berbeda ditiap negara, bahkan didalam suatu negara tergantung pada sosial budaya dan kondisi lokal masing-masing (Surjadi, 2002, hal X).
Remaja didefenisikan sebagai periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mecakup aspek bilogis, kognitif dan perubahan sosial yang berlangsung antara 10-19 tahun (Sumiati 2009:10).
Menurut Soetjiningsih (2002), berdasarkan umur kronologisnya dan berbagai kepentingan, yaitu terdapat berbagai defenisi tentang remaja yaitu:
1. Pada buku-buku Pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah: bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
2. Menurut UU No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3. Menurut UU perburuhan, anak di anggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun.
4. Menurut UU perkawinan No. 1 tahun 1974, anak di anggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
5. Menurut Diknas anak di anggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah.
6. Menurut WHO, remaja bila anak telah berumur10-18 tahun.
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut:
1. Masa remaja awal/dini (Early Adolescence): umur 11-13 tahun.
2. Masa remaja pertengahan (Middle Adolescece): umur 14-16 tahun.
3. Masa remaja lanjut (Late Adolescence): umut 17-20 tahun.
        Yang dimaksud dengan remaja awal (Early Adolescence) adalah masa yang di tandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja mulai mencari identitas diri. Remaja pertengahan (Middle Adolescence). Di tandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa. Remaja akhir ( Late Adolescece). Ditandai dengan pertumbuhan biologis sudah melambat, tetapi masih berlangsung di tempat-tempat lain (Sumiati, 2009:11).
3. Pubertas
Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2007: 87).
Pubertas merupakan satu titik dalam masa Ado lens adalah waktu seorang anak perempuan mampu mengalami pembuahan/konsepsi yaitu dengan terjadinya menarche/haid pertama (Sayogo, 2006:4).
Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih, 2007: 1).
Pubertas yaitu waktu seorang anak perempuan mampu mengalami konsepsi yaitu menarche/haid pertama, dan adanya mimpi basah pada anak laki-laki (Moersintoarti, 2008:171).
Hurlock, Monks dan Knoers (2002) menyebutkan bahwa banyak perubahan yang terjadi pada masa pubertas, yaitu:
a. Perubahan Fisik.
Di antara perubahan fisik yang terjadi, yang paling tampak nyata pada masa pubertas adalah meningkatnya tinggi dan berat, serta kematangan seksual. Pada umumnya, lonjakan pertumbuhan yang menandai perubahan pubertas terjadi 2 tahun lebih awal pada anak perempuan dari pada anak laki-laki. Pada anak perempuan hal ini dimulai sekitar usia 10,5 tahun dan berlangsung selama 2,5 tahun. Sepanjang masa tersebut, anak permpuan bertambah tinggi badannya sekitar 3,5 inchi setiap tahun. Pada anak laki-laki lonjakan pertumbuhan dimulai sekitar usia 12,5 tahun dan juga berlangsung selama 2 tahun. Anak laki-laki pada umumnya selama waktu tersebut bertambah tinggi sekitar 4 inchi dalam setahun (Santrock, 2003: 9 1-92).
Pertumbuhan berat badan menggambarkan jumlah dari berbagai massa jaringan tubuh sehingga secara klinis sulit untuk di interpretasikan. Kenaikan berat badan selama masa pubertas sekitar 50% dari berat dewasa ideal. Di bandingkan dengan anak laki-laki, pacu tumbuh anak perempuan dimulai lebih cepat yaitu sekitar umur 8 tahun, sedangkan anak laki-laki baru pada umur 10 tahun. Tetapi pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti dari pada anak laki-laki. Anak perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi, sedangkan anak laki-laki baru berhenti tumbuh pada umur 20 tahun.
Memasuki masa pubertas, remaja perempuan telah mencapai kira-kira 60% berat dewasa. Dalam masa 3-6 bulan sebelum pacu tumbuh badannya kenaikan berat badan hanya sekitar 2 Kg/tahun. Kemudian terjadi akselerasi dan akhirnya mencapai 8 Kg/tahun. Sekitar 95% remaja normal kecepatan kenaikan berat badanya sekitar antara 5,5-10,5 Kg/tahun, sedangkan pada remaja laki-laki, rata-rata kenaikan berat badan sekitar 9 Kg/tahun, dengan 95% rata-rata remaja laki-laki matur mengalami kenaikan berat badan 6-12 Kg/tahun (Soetjiningsih, 2007: 6-7).
Para peneliti menemukan bahwa karakteristik pubertas pada anak laki-laki berkembang dengan urutan sebagai berikut: Perubahan ukuran penis dan testikel, pertumbuhan rambut yang masih lurus didaerah kemaluan, sedikit perubahan suara, ejakulasi pertama (biasanya melalui mimpi basah, masturbasi), rambut kemaluan tumbuh menjadi ikal, mulai masa pertumbuhan maksimum, pertumbuhan rambut ketiak, perubahan suara semangkin jelas dan mulai tumbuh rambut di bagian wajah.
Tiga hal yang paling jelas tampak mengenai kematangan seksual adalah bertambah panjangnya penis, membesarnya testis, dan tumbuhnya rambut wajah. Sedangkan ramaja putri pertumbuhan fisik pada awalnya payudara membesar atau rambut kemaluan mulai tumbuh. Kemudian tumbuh rambut ketiak. Sejalan dengan perubahan tersebut, tinggi badan bertambah dan pinggul menjadi lebih lebar dari pada bahu. Menstruasi pertama datang agak lambat di akhir siklus pubertas. Pada awalnya siklus menstruasi tidak teratur, dan mungkin juga tidak terjadi ovulasi pada setiap menstruasi selama beberapa tahun pertama sesudah menstruasi pertama (Santrock, 2003:92).
4. Karakteristik Masa Remaja.
Hurlock mengemukakan berbagai ciri dari remaja di antaranya adalah:
a. Masa remaja adalah masa peralihan.
Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya
secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa dan merupakan masa yang sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang di inginkan.
b. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan.

Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan peran dan minat, perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi ambivalen.
c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah.

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena tidak terbiasanya remaja menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain sehingga kadang-kadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
d. Masa remaja adalah masa mencari identitas.

Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan.

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berprilaku merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Dengan adanya stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena peran orang tua yang memiliki pandangan seperti ini akan mencurigai dan menimbulkan pertentangan antara orang tua dengan remaja serta membuat jarak diantara keluarga.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain, mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.

g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa

Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semangkin matang berkembang dan berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada prilaku yang di hubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.

5. Pengetahuan Ibu tentang Kesehatan Reproduksi

Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi adalah pengetahuan yang dimiliki ibu tentang aspek-aspek biologis seksualitas yang berkaitan dengan masa remaja dan implikasinya. Menurut Munawaroh pengetahuan itu meliputi :
a. Sistem reproduksi manusia, berisikan anotomi organ reproduksi dan fungsinya.
b. Kesehatan reproduksi, mencakup informasi mengenai kurun reproduksi sehat, perencanaan dan pengaturan waktu reproduksi, serta dampak pada ibu dan bayinya.
c. Penyakit menular dan AIDS, yaitu informasi mengenai jenis penyakit menular seksual (PMS), gejala yang muncul, dan penularan AIDS.
d. Mitos dan fakta seksualitas, berisikan beberapa informasi yang tepat dan tidak tepat yang diterima oleh remaja dari lingkungan disekitarnya.
e. Hak-hak reproduksi, tujuan utama pemahaman ini adalah agar remaja menyadari bahwah dirinya sendirilah yang memegang kendali atas dirinya.
Orang tua yang merupakan pihak pertama yang bertanggung jawab memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja seyogyanya menyesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Fokus pendidikan yang diberikan pada anak sesuai dengan kebutuhan perkembangannya. Untuk anak kelas satu SMP yang rata-rata umurnya adalah dibawah 15 tahun maka fokus untuk anak usia 11-13 tahun adalah pertumbuhan dan perkembangan remaja, masa akil baliq, perubahan fisik, psikis dan tingkah laku dan alat reproduksi baik organ maupun fungsinya, serta mitos dan fakta yang berhubungan. Untuk anak yang lebih besar (14-15 tahun) dapat dibicarakan mengenai masa subur, seks dan kehamilan, akibat kehamilan remaja, dan pengaruh teman/lingkungan terhadap kepribadian (Hastuti, 2003:11).
Selain pembinaan terhadap sasaran langsung/siswa orang tua merupakan faktor penentu keberhasilan program pembinaan kesehatan remaja/siswa, karena orang tua yang paling dekat dengan siswa. Penyuluhan bagi orang tua siswa mengenai kebutuhan remaja dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung melalui media massa, koran majalah, TV maupun radio, ceramah disekolah.
Program yang diberikan adalah penyuluhan pengetahuan kepada orang tua mengenai:
a. Kebutuhan gizi siswa.
b. Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja.
c. Pengetahuan tentang tumbuh kembang remaja, baik fisik maupun psikososial remaja.
d. Penyakit yang sering timbul dikalangan siswa.
e. Pencegahan penyakit dan timbulnya kecelakaan pada siswa.
f.      Pengetahuan tentang pertolongan pertama kecelakaan atau penyakit yang sering pada siswa.



Mengingat guru adalah ujung tombak pelaksanaan pelayanan kesehatan siswa disekolah, maka perlu diberikan pelatihan khusus bagi mereka agar dapat membantu melaksanakan beberapa kegiatan tertentu misalnya:
1. Pengamatan (Observasi). Pengamatan siswa secara sepintas lalu, misalnya keadaan umum murid baik keadaan penampilan umum/kebersihan diri dan kebiasaan prilaku hidup sehat siswa sehari-hari, apakah ada siswa yang mempunyai kebiasaan merokok atau prilaku menyimpang lainnya.
2. Deteksi/menemukan anak yang sakit dan bila perlu rujuk ke puskesmas.
3. Apakah ada siswa yang mempunyai masalah baik kesehatan maupun psikososialnya.
4. Pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS)/Life skill education (LSE).
5. Sekolah yang mempromosikan kesehatan.
6. Penimbangan dan pengukuran tinggi badan siswa setiap 6 bulan sekali.
7. Pemeriksaan ketajaman penglihatan (Visus) setiap 6 bulan sekali.
8. Penyuluhan kesehatan baik secara rutin yang diprogramkan maupun secara insidental bila ada waktu luang didalam sekolah maupun diluar kegiatan sekolah (Moersintowarti, 2008:206-207).
6. Upaya Ibu dalam Mempersiapkan Masa Pubertas
Upaya orang tua dalam mempersiapkan anaknya mengahadapi masa pubertas adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua dengan tujuan agar anak siap menghadapi masa pubertas dan permasalahan yang mungkin muncul.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mempersiapkan anak dalam mengahadapi masa pubertas yaitu:
a. Pembinaan religius
Pembinaan religius sangat diperlukan dalam hal mempersiapkan anak memasuki masa pubertas. Musa (2003) menyebutkan bahwa dalam mempersiapkan diri jalan teraman bagi orang tua adalah berpegang pada landasan agama. Penjelasan yang diberikan kepada anak mengenai kesehatan reproduksi senantiasa di bingkai dalam nuansa moral dan keagamaan.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Chairiah (2003) mengatakan bahwa orang tua kurang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja sehingga tidak mampu membekali pengetahuan kesehatan reproduksi secara aktif. Pemahaman orang tua yang keliru tentang kesehatan reproduksi juga mempengaruhi upaya dalam mempersiapkan anak menuju masa pubertas.
c. Interaksi orang tua dan anak.
Interaksi ini terjalin dalam komunikasi. Komunikasi adalah inti suksesnya hubungan orang tua dan anak. Komunikasi di landasi rasa respek terhadap anak, langsung, dan proaktif ( tidak perlu menunggu anak bertanya). Makin luas informasi yang diperoleh, makin besar kesiapan remaja menghadapi masa remaja dengan sebaik-baiknya.
d. Menanamkan konsep diri yang positif.
Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal itu meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya sendiri meliputi penilaian diri dan penilaian sosial.
e. Mengkondisikan lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif.
Salah satu upaya dalam mempersiapkan masa pubertas adalah menciptakan hubungan harmonis dalam keluarga. Hal ini mempermudah interaksi antar anggota keluarga. Dari berbagai studi dan pendapat para ahli memperlihatkan bahwa sikap keterbukaan, perhatian, cinta, dan rasa persahabatan yang di berikan oleh orang tua kepada remaja mampu membina pendidikan reproduksi dalam keluarga.
f. Pengawasan peer group.
Pada masa ini telah terbentuk peer group sesuai dengan tahap perkembangannya, dan anak-anak remaja umumnya percaya pada ucapan teman-temannya tersebut. Orang tua sama-sama dapat menunjukkan otoritas bila persoalan mengenai hal-hal yang prinsip yang tentu saja tetap dengan menggunakan tehnik yang tepat, tanpa prinsip duel sehingga ada pihak yang menang dan kalah.
g. Memfasilitasi tersedianya media massa yang terpercaya.
Salah satu ciri media pengajaran adalah mengandung atau membawa pesan atau informasi kepada penerima. Banyak media massa yang memberikan informasi keliru tentang reproduksi. Begitu juga dengan mudahnya akses terhadap penyedia layanan yang cenderung merusak prilaku seksual remaja.
h. Partisipasi dalam program kesehatan reproduksi remaja dan peer education di sekolah.
Program ini dilakukan dengan pendekatan komunikasi berkesinambungan antara keluarga dan sekolah. Pembinaan keluarga disekolah dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan metode pemecahan masalah pada siswa yang bermasalah. Penelitian Fuad menyebutkan bahwa sebaiknya peer education dipilih dari teman¬teman yang suaranya didengar sehingga mempunyai nilai kepercayaan bagi teman¬teman yang lain.






















BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “Hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas siswa kelas 6 SD Ardimulyo Singosari Malang”.
Variabel Independent Variabel Dependent
Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja Upaya
mempersiapkan masa pubertas


B. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.
C. Defenisi Operasional
N
O Variabel Defenisi Operasi onal Alat ukur Cara Ukur Hasil
Ukur Skala
1 Pengetahuan ibu tentang
kesehatan reproduksi Pengetahuan ibu
tentang kesehatan
reproduksi adalah
pengetahuan yang
dimiliki orang tua
tentang aspek-aspek
biologis seksualitas
yang berkaitan
dengan masa remaja dan implikasinya. Kuesioner Angket Baik:
(18-34) Kurang: (0-17) Ordinal













2 Upaya mempersiap kan masa
pubertas Upaya ibu dalam
mempersiapkan
masa pubertas Kuesioner Angket Baik:
(7-12) Kurang: Ordinal
adalah segala usaha (0-6)
yang dilakukan oleh
ibu dengan tujuan
agar anak siap
mengahadapi masa
pubertas serta segala
Permasalahannya
yang mungkin
muncul.
































BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.
B. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu siswa Kelas 6 SD Ardimulyo Singosari Malang berjumlah 122 orang.
2) Sampel
Sampel penelitian ini dengan cara total sampling, yaitu keseluruhan dari populasi sebanyak 122 orang. Tetapi yang bersedia mengisi dan mengembalikan kuesioner hanya 78 orang.
a. Kriteria inklusi
1. ibu yang anaknya berusia 11-13 tahun
b. Kriteria eksklusi
1. ibu yang memiliki anak berusia diatas 13 tahun

C. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah SD Swasta Harapan Medan. Alasan memilih lokasi penelitian ini adalah belum pernah diteliti pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan mulai Maret-Mei 2012
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapat izin dari ketua program D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang dengan mengajukan penelitian kepada Kepala sekolah SD Swasta Harapan Medan. Peneliti membagi lembar persetujuan (informed consent) yang dilanjutkan dengan pengisian kuesioner.
Untuk menjaga kerahasiaan, maka kuesioner yang diberikan tidak mencantumkan nama responden akan tetapi dengan menggunakan kode pada masing-masing lembar kuesioner tersebut sehingga hanya peneliti yang mempunyai akses terhadap informasi tersebut, dan informasi yang diperoleh hanya dipergunakan untuk penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti secara tertutup serta berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden. Instrumen ini berisi data pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi dalam upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner responden. Kuesioner ini berisi pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja. Bagian ini terdiri dari 34 pertanyaan. Untuk menilai pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja, dilakukan penilaian dengan kriteria menggunakan skala yang menyediakan dua alternatif jawaban.
Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut :
- Menentukan skor terbesar dan terkecil
Skor terbesar : 34
Skor terkecil : 0
- Menentukan nilai rentang (R)
Rentang = skor terbesar – skor terkecil
= 34-0 = 34
- Menentukan nilai panjang kelas (i)
Rentang (R)
Panjang kelas (i) =


= 34/2 = 17
- Menentukan skor kategori
Cukup = 0 + 17 = 17 (Dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar
menjawab 0-17 pertanyaan)
Baik = 17 + 17 = 34 (Dari jumlah pertanyaan, responden benar
menjawab 18-34 pertanyaan)
Kuesioner pertanyaan untuk mengetahui upaya ibu dalam mempersiapkan masa pubertas pada anaknya. Bagian ini terdiri dari 12 pertanyaan dilakukan penilaian dengan kriteria menggunakan skala yang menyediakan dua alternatif jawaban.
Untuk mandapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut :
- Menentukan skor terbesar dan terkecil
Skor terbesar : 12 Skor terkecil : 0
- Menentukan nilai rentang (R)
Rentang = skor terbesar – skor terkecil
= 12-0
= 12
- Menentukan nilai panjang kelas (i)
Rentang(R)
Panjang kelas (i) =
= 12/2= 6
- Menentukan skor kategori
Kurang = 0 + 6 = 6 (Dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar menjawab 0-6 pertanyaan)
Baik = 6 + 6 = 12 (Dari jumlah pertanyaan, responden benar menjawab
7-12 pertanyaan)
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas dimaksudkan agar pertanyaan yang termuat dalam kuesioner bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner tersebut. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya (á ≥ 0,05). Uji validitas akan dilakukan dengan content validity oleh pakarnya, yaitu dokter spesialis obstetri ginekologi dr. Ichwanul Adenin, SpOG.
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat kesetabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan reponden atas pertanyaan dari kuesioner. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika koefisien realibilitasnya lebih dari 0,5 (á ≥ 0,05) sudah memadai syarat reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 responden di SDN 101745 Medan Helvetia yang mempunyai kriteria sama dengan sampel pada bulan Maret, kemudian data diolah menggunakan SPSS dengan mencari nilai koefisien realibilitas Alpha Cronbach. Untuk pertanyaan pengetahuan didapat nilai alpha cronbach 0,764. Sedangkan pertanyaan upaya nilai alpha cronbach 0,789.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, kemudian peneliti meminta izin kepada Kepala Sekola SD Swasta Harapan Medan untuk melakukan penelitian dengan memberikan rekomendasi dari Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
Peneliti membuat persetujuan untuk responden yang akan diteliti dengan menyerahkan lembar persetujuan (informed consent). Selanjutnya, didalam informed consent peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang akan terjadi selama dan sesudah pengumpulan data dan mengatakan bahwa kerahasiaan identitas responden dapat di jaga dan apabila responden menolak untuk diteliti maka tidak dipaksakan.
Dalam lembar kuesioner tidak dituliskan nama responden untuk merahasiakan identitasnya, hanya kode tertentu pada lembar kuesioner serta hanya peneliti yang
mempunyai akses terhadap informasi tersebut, dan informasi yang diperoleh hanya dipergunakan untuk penelitian.
Data diperoleh dari kepala sekolah yaitu jumlah seluruh siswa kelas 6 SD Swasta Harapan Medan. Kemudian kuesioner dibagikan melalui siswa dan dibawa pulang kerumah untuk di isi oleh ibu masing-masing siswa, diberikan waktu 1 minggu untuk diisi setelah itu dikumpul kembali kepada guru bimbingan konseling.
H. Analisis Data
Analisa data hasil penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Analisa data yang dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Analisis Univariat
Yaitu menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui karakteristik dari subjek penelitian, tingkat pengetahuan, dan upaya yang dilakukan dalam mempersiapkan anak memasuki masa pubertas.
b. Analisis Bivariat
Yaitu untuk melihat hubungan 2 variabel dengan menggunakan sistem komputerisasi. Untuk uji hipotesis yang digunakan adalah chi square dengan signifikan (p<0,05) untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dalam upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.
























BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan di SD Swasta Harapan Medan dengan jumlah responden sebanyak 78 orang. Hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk analisa univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat yaitu sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui karakteristik dari subjek penelitian, tingkat pengetahuan, dan upaya yang dilakukan dalam mempersiapkan anak memasuki masa pubertas.
Adapun distribusi frekuensi dari karakteristik responden adalah berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.
Berikut ini tabel distribusi frekuensi dari karakteristik responden penelitian tersebut.
























Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Karakteristik Demografi Ibu Di SD Swasta Harapan Medan
2010
Karakteristik Frekuensi Persentase %
Umur
30-40 Tahun 36 46,2
41-50 Tahun 40 51,3
≥ 51 Tahun 2 2,6
Pendidikan
SD 1 1,3%
SMP - -
SMA 21 26,9%
D3 16 20,5%
S1 32 41,0%
S2 8 10,3%
Pekerjaan
Pedagang 1 1,3%
Wiraswasta 8 10,3%
PNS 11 14,1%
Guru 6 7,7%
Dokter 3 3,8%
IRT 49 62,8%
Penghasilan
< 1.000.000 27 34,6%
1.000.000-5.000.000 38 48,7%
> 5.000.000 13 16,7%

Berdasarkan atas tabel 5.1 diatas dapat dilihat dari 78 responden bahwa sebagian besar umur responden antara umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 40 orang (51,3%). Berdasarkan pendidikan responden sebagian besar adalah S1 yaitu sebanyak 32 orang (41,0%). Berdasarkan pekerjaan responden sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 49 orang (62,8%). Berdasarkan penghasilan responden sebagian besar berpenghasilan antara 1.000.000-5.000.000 yaitu sebanyak 38 orang (48,7%).







Tabel distribusi frekuensi menurut variabel penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Pengetahuan Ibu Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
Di SD Swasta Harapan Medan
Pengetahuan Frekuensi Persentase %
Kurang 28 35,9%
Baik 50 64,1%
Jumlah 78 100

Berdasarkan atas tabel 5.5 diatas dapat dilihat dari 78 responden bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 50 orang (64,1%).



































Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anaknya
di SD Swasta Harapan Medan
Upaya Frekuensi Persentase %
Kurang 17 21,8%
Baik 61 78,2%
Jumlah 78 100

Berdasarkan atas tabel 5.6 diatas dapat dilihat dari 78 responden bahwa sebagian besar upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya adalah baik yaitu sebanyak 61 orang (78,2%).
2. Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan antara variabel independen (variabel bebas) yaitu pengetahuan ibu tentag kesehatan reproduksi remaja dengan variabel dependen (variabel terikat) yaitu upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.



























Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Mempersiapkan Masa Pubertas
Pada Anaknya di SD Swasta Harapan Medan
Pengetahuan Upaya Mempersiapkan
Masa Pubertas Total p* OR
(95% CI)
Kurang Baik
n % n % N % 0,004 5,875
(1,6-21,4)
Kurang 9 33,3% 18 66,7% 27 100%
Baik 4 7,8% 47 92,2% 51 100%
Jumlah 13 16,7% 65 83,3% 78 100%

* chi square
Tabel menunjukkan bahwa analisa hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya diperoleh dari 27 orang responden yang berpengetahuan cukup memiliki upaya kurang yaitu 9 responden (33,3%),dan yang berpengetahuan cukup memiliki upaya baik yaitu 18 respnden (66,7%). Sedangkan dari 51 responden yang berpengetahuan baik memilik upaya kurang yaitu 4 responden (7,8%), dan yang berpengetahuan baik memiliki upaya baik 47 (92,2%).
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya diperoleh nilai p=0,008. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya. Sedangkan didapatkan nilai OR= 5,875 artinya ibu yang berpengetahuan baik berpeluang 5,875 kali untuk dapat melakukan upaya yang baik juga dalam mempersiapkan anaknya memasuki masa pubertas.













B. PEMBAHASAN
a. Pengetahuan Ibu tentang Kesehatan Reproduksi remaja di SD Swasta Harapan Medan.
Berdasarkan atas tabel pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi remaja (tabel 5.1) diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi remaja sebanyak 50 orang (64,1%), sedangkan yang berpengetahuan kurang sebanyak 28 orang (35,9%) dan upaya responden mempersiapkan masa pubertas pada anaknya sebagian besar baik yaitu sebanyak 61 orang (78,2%), sedangkan yang upayanya kurang yaitu sebanyak 17 orang (2 1,8%). Hal ini menunjukkan bahwa responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi remaja.
Pada bagian kuesioner terdapat pertanyaan tentang anatomi reproduksi wanita terdiri atas enam item, dimana lima item adalah benar dan satu item salah. Dari ke enam item tersebut, umumnya responden mengetahui bahwa rahim, vagina dan indung telur adalah bagian dari organ reproduksi perempuan, sedangkan item pinggul banyak dijawab salah oleh responden. Anatomi organ reproduksi laki-laki terdiri atas empat item, dimana tiga item adalah jawaban benar, dan satu item salah. Untuk organ reproduksi laki-laki, responden umumnya telah mengenal bahwa penis, testis, dan scrotum adalah organ reproduksi laki-laki, sedangkan jakun bukan. Sedangkan pada pertanyaan menstruasi adalah tanda kedewasaan anak perempuan umumnya dijawab benar oleh responden, begitu juga dengan pertanyaan mimpi basah adalah tanda kedewasaan anak laki-laki sebagian besar responden juga menjawab benar. Untuk item tanda-tanda kedewasaan anak perempuan jawaban yang benar adalah haid, payudara membesar, tumbuh rambut kemaluan dan timbul jerawat. Sedangkan jawaban yang salah adalah timbul rambut diketiak dan diwajah, kulit lebih kasar, timbul keringat yang berlebihan pada ketiak, otot membesar dan perubahan suara. Untuk item tanda-tanda kedewasaan pada anak laki-laki jawaban yang benar adalah mimpi basah, timbul jakun, tumbuh rambut kemaluan, tumbuh rambut diketiak dan wajah, kulit lebih kasar, timbul keringat yang berlebihan pada ketiak, otot bertambah besar, dan perubahan suara.
Menurut pendapat Notoadmojdo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan disini menyangkut segala sesuatu yang dipahami dan diketahui oleh responden tentang kesehatan reproduksi remaja.
Menurut WHO Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta pro sesnya. Dengan demikian kesehatan reproduksi dapat diartikan pula sebagai suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu mejalani fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman, termasuk mendapat keturunan yang sehat. Kesehatan reproduksi remaja (Adolescence Reproduksi Health) adalah upaya kesehatan reproduksi yang dibutuhkan oleh remaja (Sujardi, 2002).
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari Hastuti (2003) tentang pengetahuan orang tua tentang kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas 1 SLTPN Martapura Kalimantan Selatan, dimana pengetahuan orang tua tentang kesehatan reproduksi remaja cenderung pada kategori sangat kurang (37,5%).
Penelitian Primulyani (2002) mendapatkan bahwa karakteristik usia responden (ibu siswa SLTP), tingkat pendidikan dan penghasilan keluarga mempengaruhi persepsi ibu terhadap kesehatan reproduksi remaja. Ini mungkin berhubungan dengan akses informasi yang lebih baik dibanding dengan ibu berusia muda, berpendidikan rendah, dan berpenghasilan rendah.
Penelitian Hikmah (2002), karakteristik orang tua SMU yang berupa umur, pendidikan, dan pekerjaan tidak mempengaruhi pengetahuan kesehatan reproduksi siswa SMU. Ini karena sumber informasi remaja tentang kesehatan reproduksi remaja umumnya adalah teman sebaya mereka.
b. Upaya ibu dalam mempersiapkan masa pubertas pada anaknya di SD Swasta Harapan Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki upaya baik, yaitu dari 78 responden 61 responden (78,2%) diantaranya menunjukkan upaya yang baik dalam mempersiapkan masa pubertas pada anaknya dan 17 responden (21,8%) menunjukkan upaya yang kurang dalam mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.
Upaya orang tua dalam mempersiapkan anaknya mengahadapi masa pubertas adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua dengan tujuan agar anak siap menghadapi masa pubertas dan permasalahan yang mungkin muncul. Antara lain: Pembinaan religius, meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, interaksi orang tua dan anak, menanamkan konsep diri yang positif, mengkondisikan lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif, pengawasan peer group, memfasilitasi tersedianya media massa yang terpercaya, partisipasi dalam program kesehatan reproduksi remaja dan peer education di sekolah.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari Hastuti (2003) tentang pengetahuan orang tua tentang kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas 1 SLTPN Martapura Kalimantan Selatan, dimana upaya orang tua mempersiapkan masa pubertas pada anaknya cenderung pada kategori cukup (34,4%).
c. Hubungan Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya
mempersiapkan masa pubertas pada anaknya di SD Swasta Harapan Medan.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,004 terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) artinya ada hubungan pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya atau dengan kesimpulan Ho ditolak. Ini berarti bahwa untuk meningkatkan upaya mempersiapkan masa pubertas dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja bersamaan dengan faktor-faktor lakin yang berpengaruh, seperti halnya karakteristik ibu. Peningkatan variabel pengetahuan ibu saja tanpa ada upaya meningkatkan variabel yang berpengaruh tidak akan secara mutlak meningkatkan upaya ibu dalam mempersiapkan masa pubertas anaknya.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari Hastuti (2003) yang mana hasil penelitiannya diketahui bahwa adanya hubungan yang bermakna (sig<0,05) antara pengetahuan orang tua tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya. Dengan nilai p=0,472 (berada pada rentang 0,7-0,9). Ini membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.
1. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti telah berupaya semaksimal mungkin untuk memperoleh data yang sebenarnya dan tetapi tidak ada mengontrol kondisi yang berkaitan dengan proses dan asli penelitian secara optimal, namun berbagai kendala yang tidak jarang muncul sehingga berbagai kelemahan dan keterbatasan pada saat melaksanakan penelitian ini, antara lain:
a. Penelitian ini rawan terhadap bias karena dalam pengumpulan data tidak diambil secara langsung oleh peneliti, tetapi meminta bantuan melalui guru bimbingan konseling di SD Swasta Harapan Medan sendiri yang sebelumnya telah dilakukan diskusi untuk pelaksanaan penelitian. Kuesioner dibagikan melalui para siswa kemudian dibawa pulang untuk diisi oleh ibu mereka diberi waktu selama 1 minggu dan setelah itu dikumpul kembali melalui guru bimbingan konseling.
b. Pengisian kuesioner oleh responden tidak diawasi oleh peneliti, sehingga memungkinkan responden untuk menjawab hal yang tidak sebenarnya dari keadaan responden yang bersangkutan.
c. Dari 122 responden hanya 78 responden yang mengembalikan kuesioner dengan berbagai alasan diantaranya kuesioner hilang, belum diisi oleh ibunya, ibunya sedang tidak dirumah, responden tidak bersedia mengisi, single parent dan lain-lain.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pengujian hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi remaja sebanyak 50 orang (64,1%).
2. Sebagian besar responden memiliki upaya yang baik dalam mempersiapkan masa pubertas pada anaknya yaitu sebanyak 61 orang (78,2%).
3. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi remaja dengan upaya mempersiapkan masa pubertas pada anaknya, karena diperoleh nilai p=0,004.
B. Saran
1. Pihak Sekoah SD Swasta Harapan Medan
Agar dapat melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan reproduksi remaja oleh pihak sekolah kepada orang tua siswa yang diselenggarakan bersamaan dengan saat pertemuan orang tua dengan pihak sekolah misalnya: rapat BP-3, ataupun pertemuan khusus lainnya.
2. Untuk Responden
Agar lebih meningkatkan pengetahuan khususnya tentang kesehatan reproduksi remaja dan meningkatkan upaya dalam mempersiapkan masa pubertas pada anaknya, sehingga para remaja tidak merasakan dampak negatif dari perubahan yang dihadapi pada masa pubertas.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan untuk melanjutkan penelitian ini dengan metode indepth interview agar mendapat data yang lebih lengkap tentang upaya yang dilakukan orang tua untuk mempersiapkan masa pubertas pada anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar